Kapas dan Betadine

Sesampainya di rumah Nahen. Lalitha pun segera mencari kotak P3K.

“Lo duduk disitu,” titah Lalitha, “kotak P3K dimana?” lanjutnya.

“Lemari deket dapur kalo gak salah,” jawab Nahen.

Lalitha pun mencari kotak P3K itu, setelah ketemu ia kembali ke ruang tamu.

“Lo sih ah, kenapa coba pake tarik-tarik baju dia segala kan jadi gelut,”

“Bawel, mending obatin dulu deh sakit nih, sshhh perih,” ringis Nahen.

Lalitha mengambil sedikit kapas dan meneteskannya dengan sedikit betadine lalu mengoleskan pelan di sudut bibir Nahen.

“Shhh, sakit Tha,”

“Tahan yaelah jangan kaya anak kecil,”

Saat Lalitha mengobati lukanya, Nahen tak sengaja memandangi Lalitha.

“Lo lagi khawatir gini cantik banget, Tha” batinnya dalam hati.

Lalitha mendongkakan kepalanya, kini mata mereka bertemu dan saling bertatapan. Jantung mereka berdetak sangat kencang dan tidak karuan karena posisi mereka begitu dekat.

Nahen mengulurkan tangannya untuk menyelipkan rambut Lalitha yang berantakan.

“Lo obatin sendiri,” ucap Lalitha tiba-tiba sambil memberikan kapas yang Ia pegang kepada Nahen.

“Gue pulang, bye,” pamit Lalitha.

Lalitha pun berdiri dari duduknya dan segera pulang.

Nahen hanya tersenyum memandangi perempuan perlahan mulai menghilang dari pandangannya.

“Jantung gue aman, aman, aman.” batinnya dalam hati.