Pengakuan Nahen (2) dan Peresmian

Nahen POV

Setelah pulang dari apartemen tadi, aku mampir ke rumah Lalitha. Aku menunggunya di depan gerbang rumahnya, tak lama Litha pun keluar dan menyuruhku untuk masuk kedalam.

Seperti biasa rumahnya sepi karena orang tuanya sibuk bekerja dan bibi yang biasa ada di rumahnya akan pulang jika malam hari.

“Na, ada apa?” tanya dia.

Litha melihatku, memperhatikan dari ujung kepala hingga kaki. Kini ia fokus melihat tanganku yang agak terluka karena memukuli Kainan.

“Kamu ini kenapa? Abis berantem? Sama siapa?” pertanyaan bertubi dari Litha.

Aku terdiam tak menjawab pertanyaannya.

Litha merentangkan tangannya. “Mau peluk?”

Aku mengangguk dan memeluknya, terasa sangat hangat. Ia mengelus punggungku dengan lembut sampai tak sadar kalau aku meneteskan air mata di pelukannya.

“Kenapa, hm?” tanyanya lembut.

“Tha, aku minta maaf, maaf aku banyak menyembunyikan sesuatu dari kamu.” ucapku dengan suara serak.

“Kamu nangis? Kenapa? Cerita aja,”

“Tha, aku pernah bilang kalau aku punya saudara tiri? Itu Kainan, Tha. Dan kamu bertanya aku habis berantem sama siapa? Sama Kainan karena dia yang menyebarkan video Shane.”

Kini pelukannya semakin erat, sepertinya Litha mengerti perasaanku saat ini.

“Lebih mirisnya, Shane ternyata mantan Kainan. Kamu tahu? Shane itu sepupu aku. Bertapa marahnya ketika aku tahu kalau sepupuku di gauli oleh kakak tiriku sendiri” lanjutku.

“Udah? Ada yang mau di keluarin lagi?”

“Aku minta maaf, Tha. Maaf telah membohongimu, menyembunyikan semua ini.”

“Gak apa-apa, aku ngerti, Na. Aku tahu pasti ada alasan di balik semua ini ya? Na, aku percaya sama kamu, Sudah aku maafkan.”

“Tha, ada satu lagi yang aku sembunyiin,” ucapku.

“Apa?”

“Tha, aku sayang sama kamu.”

“Iya sayang sebagai teman, kan?”

“Gak, Tha, aku sayang kamu sebagai wanita. Maaf aku lancang.”

Sepertinya Lalitha kaget mendengar perkataanku, terlihat kalau dia melepaskan pelukannya.

“Na, gue sempet berfikir apakah gue salah waktu itu minta pacaran pura-pura sama lo. Ternyata salah ya, karena gue juga mulai sayang sama lo dan melihat lo sebagai pria, Na”

Aku tak cukup kaget mendengar pernyataan Litha, karena selama ini menjalankan hubungan palsu denganku ia terlihat seperti menikmati peran itu.

“Yaudah, lo milik gue sekarang begitu pula gue milik lo.” ucapku.

“Gak ada penolakan!” lanjutku.

Lalitha hanya tersenyum, senyum manis yang membuat terngiang-ngiang dalam otakku.

“Yaudah, obatin dulu tangannya ya?”

“Bokap sama nyokap ada?” tanyaku

“Keluar tadi bilangnya mau malam seninan jalan-jalan berdua doang,”

Aku mengangguk. “ Oke, aku mau di obatin tapi nanti peluk lagi,”

“Iya sayang”

“THAA!!” teriakku.

“APA SIH?” teriaknya tak mau kalah.

“Aba-aba dulu kek, jantung gue nih.”

“Lebay ah,”

Begitulah malam ini, kami telah meresmikan hubungan palsu ini menjadi hubungan yang sesungguhnya.