Tinkerbell

Bukannya bermain Play Station, Nahen, Jovan, Arkasa dan Aurellio malah menonton Tinkerbell sambil memakan cemilan yang disediakan oleh Ibu Jovan. Tak lupa selain menonton dan makan mereka juga berjulit alias bergibah yang di sertai obrolan random lainnya.

“Na, itu beneran si Litha di tagih duit selama pacaran?” tanya Jovan.

“Iya,” jawabnya singkat.

“Terus di kasih?” tanya Aurel.

Nahen hanya mengangguk sambil mengunyah buah pear yang sedang ia makan.

Arkasa mengumpat. “Sinting sekali kau Kainan. Kalo gue jadi dia beneran deh gue mau left dari bumi terus new life.”

New life, new life lo pikir game bisa new life,” cetus Aurel.

Jovan bertanya kembali. “Lo lagi ga nyembunyiin sesuatu kan dari kita, Na?”

Bukannya fokus menonton, kini semua mata tertuju pada Nahen. Nahen terdiam dia berpikir apakah harus ia menceritakan yang sesungguhnya.

5 menit menunggu jawaban Nahen, akhirnya ia membuka suara.

“Oke, jadi gini..”

“Sebenernya gue itu...”

Semua kini benar-benar fokus kepada Nahen.

“Gue emang pacaran beneran sama Litha,”

“Alah anjing,” umpat Jovan sembai melempar makaroni pedas yang ia pegang dan hendak ia makan.

Arkasa memegang dahinya frustasi. “Nyesel gue nungguin jawaban lo, Na.”

Sedangkan Aurel hanya memandang Nahen sinis.

“Apa Rel? Ngajak berantem? Atau mau gue jodohin sama Atta?”

“Asu,” jawab Aurel.