Saudara (?)

Nahen baru saja sampai di rumahnya setelah mengantarkan Lalitha pulang. Ia melihat sekeliling rumahnya yang sepi, hanya ada Bi Ijah asisten rumah tangga Ibu Tirinya.

“Den Nahen baru pulang?” tanya Bi Ijah.

Nahen tertawa hambar. “Hehe, iya Bi abis nganter Litha dulu tadi.”

“Oh iya, Ibu sama Bapak lagi keluar dulu sebentar, nanti juga pulang lagi,”

“Oh oke Bi, ya sudah Nahen mau ke kamar dulu ya Bi,”

Nahen pun berjalan ke kamarnya dengan langkah gontai, ia mengantuk sebab begadang semalaman menjaga Lalitha.

Saat membuka pintu, Nahen tersontak kaget karena ada seorang lelaki sedang duduk di kursi yang menghadap ke arah jendela. Lelaki itu terlihat seumuran dengannya. Ia membelakangi Nahen sehingga ia tidak sadar kalau Nahen ada di belakangnya.

“Lo siapa? Berani-beraninya masuk kamar gue,”

Lelaki itu membalik badannya pelan dan memberi senyuman sumringah untuk menyambut kepulangan adiknya. Tapi naas kejadian ini tidak seperti yang di inginkan oleh lelaki itu. Mereka berdua malah tersontak kaget berbarengan.

“LO?!!” ucap mereka berdua.

“Anjing lo ngapain di kamar gue hah?” tanya Nahen

Alih-alih menjawab, lelaki itu malah memberikan pertanyaan yang sama terhadap Nahen. “Lo juga ngapain di sini bangsat?”

“Ini rumah gue.” jawab Nahen.

Lelaki itu pun memberikan jawaban yang sama. “Lah ini juga rumah gue.”

Saat mereka berdua bingung, tiba-tiba Farrel dan Acha datang setelah mendengar kegaduhan dari arah kamar Nahen.

“Hey, kalian berdua sudah bertemu ternyata.” ucap Farrel.

“Nahen kenalkan ini kakak tiri kamu Kainan, dan Kainan kenalkan ini adik tirimu Nahen,” ucap Acha mengenalkan sembari menepuk bahu mereka berdua.

“Akur-akur ya kalian, sebentar lagi makan siang nanti kita makan bareng ya, kita ngobrol, dan Nahen Papah mau bicara juga sama kamu. Sudah ya kita tinggal dulu.”

Nahen memegang dahinya frustasi. “Keluar lo dari kamar gue, najis banget gue punya kakak kaya lo!” titah Nahen.

“Idih siapa juga yang mau jadi kakak lo? Gue juga ogah kali punya adik kaya lo,” ucap Kainan tak mau kalah.

“Keluar anjing!”

Kainan pun menuruti perintah Nahen untuk keluar dari kamarnya. Saat melangkah keluar Kainan menghampiri Nahen dan membisikan sesuatu. “Gue punya hal besar buat lo, gue gak nyakitin lo atau Lalitha secara langsung, tunggu aja tanggal mainnya.”

“Lo gak usah deket-deket sama Litha, gak usah cari gara-gara sama gue!” ancam Nahen sembari mendorong Kainan agar menjauh darinya.

Mimpi buruk, sungguh Nahen tidak pernah membayangkan kalau dirinya dan Kainan adalah saudara.