DALEM, DEK?
Natasha sedang membereskan meja makan setelah makan malam berdua dengan kekasihnya itu di kontrakan Clayton. Kini, Clayton tengah berada di ruang tengah bergelut dengan laptopnya dan ditemani pukul tujuh malam. Natasha memperhatikan kekasihnya yang tengah serius itu, ia pun membuatkan secangkir minuman hangat untuk Clayton, Natasha berjalan menghampiri kekasihnya itu dan duduk di sofa bersebelahan dengan Clayton.
“Banyak yang dikerjain, ya?” tanya Natasha saat netranya melihat layar laptop Clayton dimana terpampang banyak sekali setting dari beberapa software yang harus dikerjakan. Clayton mengangguk lalu menyesap minuman hangat yang Natasha buatkan itu.
“Nyebelin dan ribet, exactly, segala pakai rusak ini laptop,” ucap Clayton dan direspon dengan tawa renyah Natasha. Wanita yang masih menjadi kekasih Clayton itu menaruh dagunya di pundak Clayton dan ikut memperhatikan apa yang kekasihnya kerjakan, tangannya melingkar di tubuh Clayton, di bahu dan ia kaitkan tangannya di leher Clayton, pipi Natasha ia sandarkan di pundak kekar itu. Clayton pun menghentikan kegiatannya lalu duduk bersandar sambil merangkul kekasihnya itu.
“Natasha,”
“Dalem?” tanya Natasha, yang artinya apa dalam bahasa jawa halus.
“Udah nggak sakit, perutnya?” ujar Clayton, Natasha tersenyum lalu membelai pipi kekasihnya itu dan mengangguk.
“Iya, aku udah urus ijin, kata dokter juga suruh jaga kesehatan rutin minum obat dulu, biar siklus haid juga lancar, aku belum haid,” ujar Natasha yang dibalas pelukan Clayton.
“Tapi kita belum ngapa-ngapain.”
“Ya jangan ngapa-ngapain dulu sebelum nikah, stress!” gerutu Natasha. Natasha menelusupkan wajahnya di sela leher Clayton dan menghirup aroma khas tubuh kekasihnya itu, beberapa saat berlalu mereka hanyut dalam peluk dan diam dalam seribu bahasa. Tak ada kata yang tercuat, hanya ada dua hati yang saling berdesir.
“Makasih ya, Clay.”
“Makasih buat apa?”
“Semuanya. Perhatian kamu dan cara kamu jagain aku.” Clayton pun merenggangkan pelukan dan menyingkapkan rambut Natasha ke belakang telinganya sehingga paras ayu kekasihnya itu dapat terlihat jelas.
“That’s my responsibility, latihan jadi calon suami, right?”
Natasha menggeleng dan berkata, “I love you, Clayton.” Clayton pun Natasha meraih tangan Clayton dan ia letakkan salah satu telapak tangan kekar itu di dadanya.
“Rasanya kalau lagi sama kamu, dipeluk aja kayak gini.” Benar saja, jantung Natasha berdegup sedikit cepat saat itu. Clayton pun gantian meraih telapak tangan Natasha dan membawa tangan Natasha ke dadanya, “Dan aku belum pernah rasain debar ini sebelumnya, my first girlfriend.” Lalu setelahnya Clayton membawa kedua tangan Natasha untuk ia genggam dan ia kecup punggung tangan Natasha itu. Memang benar, Natasha adalah yang pertama bagi Clayton untuk disebut kekasih tapi Clayton bukan yang pertama bagi Natasha. Sebelumnya, Natasha pernah menjalin hubungan sekali dengan seseorang tapi tidak senyaman dengan Clayton. “Bareng terus, ya?” kata Natasha. Detik setelahnya Clayton menarik tubuh wanita di depannya dalam dekap dan kehangatan, berulang kali ia mencium pipi Natasha, dan mendekap seakan tak ingin melepaskannya.
“Clayton,” bisik Natasha.
“Dalem, sayang?”
“Aaaaaaaaaaaaaa, gemes.....” jerit Natasha lirih di pelukan Clayton yang membuat Clayton sedikit terkekeh tapi Clayton hujam puncak kepala Natasha dengan kecupan dari bibirnya.