ADRIAN FAMS
Malam ini makan malam keluarga Adrian terasa lengkap. Jevin sudah kembali dari Rumah Sakit meski belum bisa bekerja seperti biasa. Lauren dan Willy juga datang ke makan malam kali ini.
Selama makan malam keluarga, sesekali Lea melihat ke arah Mevin yang nampak akrab dengan seluruh anggota keluarga, tak ada sedikitpun raut kesedihan di wajah Mevin. Pada binar mata Mevin yang Lea tatap selalu muncul bayangan Grace saat menangis, bagaimana anak lelakinya begitu tulus mencintai seorang wanita yang saat Lea melihatnya, ia bak berkaca pada dirinya dulu yang rapuh.
Kali ini rintik gerimis setelah hujan deras mengalun merdu menemani Lea, Jeremy, Lauren, Willy, Mevin, Letta dan Jevin menikmati makan malam.
“Grace gimana, udah di singapore?” tanya Jevin yang duduk berhadapan dengan Lea sambil menatap Mevin yang duduk di sebelah Mamanya.
Lea dan Jeremy saling menatap, takut kalau saja pertanyaan Jevin mengubah suasana.
“Udah, thanks God semua aman, dia udah ketemu seseorang yang nanganin dia disana, saran dari James. Doain ya, and also thank you for help her at that time,” kata Mevin tersenyum.
Jevin mengangguk-angguk dan terseyum juga, “that’s what brother for, take it easy bro.” Lea kembali menatap Jeremy, dan Jeremy mengangguk pelan sambil sedikit tersenyum mengisyaratkan bahwa semua akan baik-baik saja.
Lea menatap ke arah anaknya dan berkata, “Mama bersyukur punya kembar yang saling bantu, menantu kaya Willy yang sigap, Letta yang telaten ngurus rumah tangga waktu Jevin sakit,” katanya.
“Dan Lauren yang sat set sat set kalau ada apa-apa,” tambah Jeremy.
“Kadang tuh Lauren lebih sat set daripada si kembar, tahu, Pah.” Lauren berkata dengan nada mengejek.
“Lu ngomong gitu sekali lagi gue sundut lak-lakan lu ya.” Jevin membalasnya dengan nada kesal tapi hal itu membuat Lea dan Jeremy terkekeh.
“Jangan dilawan, Jevin, kata gue mah jangan,” kata Willy yang masih sibuk memotong daging di piringnya.
“Haha, Ci yang sabar ya ngadepin kaum adam di sini,” bisik Letta yang sebenarnya bisa di dengar oleh semua anggota keluarga.
“Ci kalau di rumah ini nggak ada yang berpihak sama lo, tenang aja, emang kaya gitu seharusnya,” kini giliran Mevin dengan celetukannya membuat semua anggota keluarganya terbahak.
Sungguh sebuah karunia bagi keluarga Lea dan Jeremy, perlahan keadaan keluarganya dipulihkan, setidaknya kedua anak kembar mereka baik-baik saja. Jevin kembali dengan sehat, Mevin menjalani hari dengan senyum, meski kita tidak pernah tahu apa yang di dalam hati Mevin tapi setidaknya sebagai keluarga kita bisa ada untuk satu sama lain.
Sekiranya tidak bisa membantu banyak, cukup dengan menjaga keadaan hati agar tidak terpuruk, namun ditengah kehangatan keluarga malam itu, Lea masih sempat memikirkan Grace dan khawatir dengan keadaan Grace. Sungguh naluri Lea sebagai seorang ibu tidak bisa berbohong. Kekuatan dan ketangguhan Lea dan Grace memang tidak jauh berbeda. Maka dari itu Lea selalu bisa memahami keadaan emosi Grace dan batin gadis yang dicintai Mevin itu.