AKHIR CERITA RAYMOND DAN EILENE

Embun pagi dan bau khas pagi hari Eilene nikmati bersama Raymond hari ini. Raymond pernah bilang bahwa Eilene adalah jelita, kata Eilene, Raymond adalah dunia. Raymond selalu pulang ke pelukan Eilene walaupun kadang Eilene dihantui mimpi buruk, mereka menjadi rumah bagi satu sama lain. Peluk Eilene sekarang dapat Raymond miliki selamanya, tubuhnya dan senyumnya juga milik Raymond saja.

Diantara karang yang tersapu ombak diantara pasir yang terbentang Raymond menggenggam tangan Eilene. Langkah mereka dibelai angin yang menawan, segala mimpi indah dan mimpi buruk sudah mereka bersama. Raymond berhenti sejenak dan menatapku lekat lalu memeluk Eilene.

“Aku nggak pernah salah mencintai kamu.” Sedetik kemudian birai mereka bertaut bertukar perasaan yang berulang kali luruh namun masih utuh. Dahi keduanya bertaut satu sama lain setelahnya, Raymond ucapkan sejuta kata sanjungan bagi Eilene.

“Aku sayang kamu.” “Kamu ibu yang hebat buat calon bayi kita.” “Kamu buktiin kamu nggak kalah sama sakit.” “Kamu nafasku, Eilene.” Dari jarak sedekat ini Eilene ia lihat, indah sekali sorot mata Raymond. Senyum indah itu tetap ada, senyum Raymond masih sama.

“Eilene, hidup untuk waktu yang lama, ya?” setelah Raymond mengatakan hal itu keheningan mengisi keduanya, detak jantung Eilene bertambah cepat seketika, karena saat itu juga Raymond mulai melepaskan genggaman dan berjalan meninggalkan Eilene dengan sedikit berlari, kadang berjalan mundur dan melambaikan tangan kepada Eilene. Eilene berlari kecil, mengejarnya, meski kadang ia terantuk dan hampir terjatuh, Eilene tetap melanjutkan langkahnya. Jalan yang Eilene lalui perlahan berubah menjadi sebuah jalan setapak, ia mulai bingung. Eilene terlonjak kaget, ia berbalik badan, menoleh kesana kemari, Raymond tidak ada di sana. Jalan setapak itu ia susuri dengan langkah cepat. Beberapa kali sudah terantuk namun belum terjatuh. Henti sejenak, ia lihat Raymond dari kejauhan, ia tersenyum lega.

“Hati-hati, Eilene!” seru Raymond nyaring. Eilene mempercepat langkahnya, ia tidak sabar untuk menggapai Raymond.

Eilene tersenyum senang, ia berjalan sedikit santai, sebentar lagi akan ia jumpai sang pemilik raga yang ia cinta. Senyum Raymond merekah, bahkan Raymond buka lengannya lebar agar sang puan langsung dapat ia dekap. Sedikit lagi, Eilene percepat langkahnya. Hingga akhirnya kini Eilene tiba di hadapan Raymond, mereka saling tersenyum. Saat Eilene hendak memeluk Raymond, pria itu memundurkan langkahnya.

“Kenapa?” tanya Eilene.

“Enggak bisa peluk kamu, sayang. Aku mau peluk tapi aku enggak bisa. Aku mau pergi. Kamu jaga diri, ya? Titip anak kita.” Raymond turunkan tangannya perlahan. Senyum itu masih ada diwajah Raymond, masih merekah namun ada segelintir lara yang terselip. Raymond yang gagah tampak dengan sedikit lesu dalam pilu kali ini.

“Raymond―” Eilene meremas ujung bajunya sambil menatap Raymond nanar.

“Ini pusaraku, Eilene, sayang. Kamu lupa? Aku pamit.” Usai kalimat itu selesai dirapalkan, Eilene jatuh terduduk lesu. Raymond mulai pudar oleh cahaya terang, perlahan bayangannya pergi. Perlahan bayangannya hilang. Raymond tidak disana lagi.

Yang Eilene tunggu tidak akan memberiku kecup dan peluk, yang Eilene bisa hanya meringkuk memeluk lukanya sendiri, seketika pilunya membiru dalam penantian menunggu sang penghuni rumah yang tak akan kembali. Deburan ombak membawa bayangnya selamanya, semilir angin membawa dan menghembuskan bagian terkecil kenangan Eilene dengan Raymond pergi selamanya. Sesak mendesak dalam dadanya, sebuah sayatan besar mengenai hati Eilene. Didalam sunyi hatinya tertoreh gemuruh luka, tubuh Eilene seketika lemas mengantarkan jiwaku pada sebuah kenyataan buruk.

Saat Eilene menemukannya, Eilene kehilangannya dalam sekejap saja, ia tidak akan pulang ke pelukan Eilene. Mengingatnya meremukkan hati Eilene yang sudah menjadi kepingan. Segala kenangan dan bayang Raymond kini hanya bisa Eilene genggam dan simpan dalam doa dan pejamnya. Tak akan hilang, hanya tak ada dalam rupa raga lagi.

Eilene tidak diharuskan melupa akan semua tentang Raymond. Kecelakaan beberapa waktu lalu mebawa Raymond pergi selamanya, kecelakaan yang dialami Raymond dan Eilene membuat Eilene ada di ambang hidup dan pergi. Raymond dengan segala sadarnya mendonorkan jantungnya untuk sang puan agar bisa melanjutkan kehidupannya. Sekalipun Raymond kehilangan hidupnya Eilene hanya diharuskan menerima semua kenyataan yang ada. Jika sudah berurusan dengan perpisahan abadi maka mautlah yang punya kehendak paling luas di sini. Sebuah penerimaan akan keadaan mau tidak mau harus mulai diterima dan dijalani. Hangatnya dekap Raymond dan tawa khas Raymond akan selalu teringat di hati Eilene.

Sejatinya pertemuan keduanya hanya sejauh doa. Raymond ada di dalam setiap sadar dan pejam Eilene. Kesempatan bersama Raymond hanya sebentar, kepergiannya selamanya, Raymond tidak lagi bisa Eilene miliki, walaupun ia hanya singgah namun untuk Eilene, Raymond tetaplah rumah. Harapan Eilene untuk hidup bersama dengan Raymond kini seperti uap―semakin tinggi semakin menghilang. Setidaknya Eilene selalu menyelipkan nama Raymond setiap saat, di dalam doa dan pejamnya. Eilene sentuh perutnya yang membesar, “Aku akan kuat buat anak kita, Raymond.” tangisan Eilene mengudara saat ini juga. Ia menyentuh pusara yang bertabur kelopak bunga segar itu, pejamkan mata dan sampaikan doa kepada sang Kuasa untuk sang pemilik hati, Raymond Richard Nathanael. Sampai bertemu di keabadian. Saat itu juga, Eilene merasakan ada yang merangkul tubuhnya, Hansen ada di sana, Hansen adalah mantan kekasih Eilene dimana mereka berdua menjalin hubungan saat masih di bangku SMA. Sebelum kepergian Raymond, pria itu sudah menitipkan pesan kepada Hansen yang memang masih mencintai Eilene dengan segenap hati. Benar saja, setelah kepergian Raymond, Hansen selalu disana selalu ada di samping Eilene.

“Raymond udah bahagia, sekarang aku yang jagain kamu sesuai permintaan Raymond,” kata Hansen lembut saat Eilene menatapnya sendu.

“Hansen ...”

“Anak kamu sama Raymond itu anak aku juga.” Hansen mengulas senyum tipis sambil mengusap lembut pipi Eilene. Sedetik kemudian, Eilene luluh dalam pelukan hangat bersama Hansen. Eilene yakini bahwa Raymond melihatnya dari atas sana, Eilene yakin bahwa Hansen yang ada saat ini memang sebaik-baiknya pengganti posisi Raymond dalam menjaga Eilene. Karena sejatinya Raymond dan Eilene hanya sejauh doa.

END