Alicia and Grace
Pada akhir bulan ini, Alicia melihat banyak perkembangan dari Grace. Alicia merasa emosi Grace mulai stabil dan tidak ada hal yang membuat trigger seperti perdebatan dengan Mevin ataupun pihak keluarga yang menghubunginya.
Sedari tadi, Grace hanya menghabiskan waktu menonton pertunjukan bersama Alicia di Gardens by the Bay. Alicia menoleh memandangi Grace yang tersenyum bahagia. Sudah berbulan-bulan Grace ada di Singapore, sepertinya memang titik terang kesembuhan Grace mulai terlihat.
“Grace,” kata Alicia sambil menyenggol lengan Grace.
“Ya?” tanya Grace.
“Are you happy now? Feel better than before?”
“Seperti yang kamu bilang, I find myself, a new me. Aku sadar, perlahan aku ngerti kalau semua luka itu akarnya di aku. Daripada aku lari, lebih baik aku disini sembuhin semuanya satu per satu dan berdamai pelan-pelan. Kalau aku ngehindar terus dan lari terus gimana mau selesai. And here I am, the new Grace, thank you for guiding me and show the pathway for me.” Ucapan Grace mengundang rasa haru di dalam diri Alicia.
“Aku cuma bantu kamu, kamu yang nyari jalan itu, kamu yang hebat dan kuat bisa nemuin jalan dan obat untuk hati kamu itu. Terima kasih ya, Grace udah bertahan. Tapi aku sedih, nggak lama lagi kamu pulang ke Indonesia. Jangan lupa sama aku ya nanti, jangan lupa perjalanan kamu disini juga nggak gampang, Grace ... aku bangga sama kamu, sama perjuangan kamu.” Alicia memelankan suaranya.
Ia meraih tangan Grace, “ini, jangan disakiti lagi, ya?” ucapnya lagi. Grace mengangguk dan matanya berkaca-kaca. Ia langsung memeluk Alicia, tidak bisa bohong, Grace menangis di pelukan Alicia.
“Terima kasih juga udah sabar dan selalu bantu aku. Makasih udah nggak pernah kasih judgement ke aku. Makasih udah memanusiakan aku. Kamu bukan hanya dokter, tapi sahabat, juga kakak yang baik buat aku. Sampai aku mati pun aku nggak akan lupa sama kamu. You have a special part in my life, Alicia.”
“Jangan aku dengar kamu sakit lagi, ya. Kalaupun kamu ada di titik terendah kamu, please let me know, just call me and share your pain with me. Dan aku berterima kasih sama kamu karena kamu ada di sini aku bisa lihat dunia yang belum pernah aku lihat sebelumnya, permasalahan krusial yang kamu hadapi dan segala beban yang kamu bagi sama aku. Kuat, ya ke depannya. Ya?” Mendengar ucapan Alicia itu Grace mengangguk dan memeluk Alicia lebih erat lagi.
Selama tiga jam lebih Alicia dan Grace menghabiskan waktu malam itu untuk membicarakan banya hal. Rencana Grace ke depannya untuk pindah tempat kos, rencana Grace yang ingin bekerja lagi, serta banyak hal lagi. Mereka asyik bercengkrama dan tertawa, jangan ada lagi air mata. Grace tahu ia memang dibuang oleh keluarganya, Grace tahu dan paham betul sebagian orang menganggap dirinya aib atau sampah tapi masih ada banyak orang yang menganggapnya anugerah dan berkat, sesuai namanya―Grace.