Behind Cathlyn
Perihal masa lalu sisca dan Dominic cukup panjang. Satu tahun lalu sebelum Dominic menjatuhkan hatinya kepada Cathlyn ia pernah menjalin hubungan tanpa status dengan Fransisca. Awalnya mereka saling kenal melalui dating app lalu berlanjut ke dan mereka bertemu beberapa kali. Dominic sebenarny hanya ingin have fun dari awal. Dominic sudah mengingatkan agar tidak melibatkan perasaan satu sama lain namun perhatian berlebih yang Dominic berikan membuat hati Sisca luluh. Ia terlalu terenyuh dan tersentuh akibat perhatian dan perlakuan lembut Dominic saat bercengkrama, sekedar hangout atau bahkan saat mereka berdua cuddle melepas penat dan beban pikiran.
Ada perasaan dari Sisca yang sudah lama mengendap. Sisca menempuh pendidikan di luar negeri yang membuat Sisca tidak sering berada di Indonesia membuatnya jarang bertemu Dominic dan saat ia tidak ada disini untuk waktu yang lama ternyata Dominic pria pujaannya sudah menjatuhkan hati kepada Cathlyn. Rindu yang Sisca rasakan seakan tak akan berbalas temu lagi tapi ia terlanjur merindukan pria ini.
Sisca merindukan saat dimana ia duduk berdua di bar dengan Domi mengobrol seputar kehidupan kepelikan keluarga dan meneguk beberapa shot alcohol sebagai obatnya, sama-sama menyulut rokok dan mengepulkan asap ke udara seakan bersamaan mengepulkan dan mengeluarkan beban pikiran.
“Maybe kita nggak lebih dari sekedar FWB, Sisca. Jangan pernah libatin perasaan lo sama gue.” Ucapan Dominic masih terngiang jelas di benak Sisca kala itu. Dominic memang termasuk pria yang gampang depresi. Ia selalu lari ke hal-hal seperti rokok, alkohol, bar, atau night club dimana hal hal tersebut juga disukai Sisca. Gadis itu menaruh perhatian lebih, dan perasaan lebih dari sekedar FWB kala itu, sampai sekarang.
Dominic memang tergolong berani untuk mengajak orang yang bukan kekasihnya untuk cuddle atau bahkan one night stands. Tapi hal itu tidak pernah ia lakukan pada Cathlyn. Kali ini selepas berdebat dengan Ayahnya, Dominic ingin menemui Cathlyn namun kekasihnya itu tidak bisa dihubungi, ia bosan dan butuh teman, melihat pesan yang terus menerus Sisca kirimkan Dominic pun memilih pergi menemui Sisca. Setelah ia pergi ke bar. Pekat roma parfum khas Dominic tercium saat lelaki itu sudah memasuki apartement Sisca.
Gadis itu membukakan pintu untuk Dominic dengan antusias. Ia tahu lelaki di depannya ini sedang mengalami frustrasi perihal keluarganya. Mata Dominic terlihat sangat sayu dan merah, Dominic berjalan agak sempoyongan.
“Lo mabok ya?!” Tanya Sisca sembari mengunci pintu apartement nya, Dominic melepas jaketnya lalu melempar ke sofa Sisca lalu menghempaskan badannya di sofa itu. Sisca mengikutinya dan duduk di sebelahnya, TV yang sedari tadi menyala riuh menemani Sisca menunggu Dominic pun ia matikan. Sisca mendekat kepada Dominic sosok pria yang ia rindukan itu yang tengah menyandarkan tubuhnya di sofa, Dominic memijit mijit keningnya seperti orang frustrasi. Sisca menyandarkan dagunya di bahu Dominic manja, memegang pipi Dominic dan mengarahkan kepadanya.
“Hey, I know lo sakit hati banget, but life must go on Dominic, if you want to do something yang nggak salah why not gitu, lakuin aja apa yang lo mau. Iya nggak?! And where is your girlfriend?” tanya gadis itu,
Dominic menatap Sisca, “Cathlyn lagi sibuk kayaknya.” Jawaban Dominic membuat Sisca hanya mendengus, Sisca menyadari ia masih menyukai Dominic namun ia menyadari hati Dominic masih bertaut kepada Cathlyn.
“See?! Bahkan disaat lo butuh temen bahkan butuh pacar lo, dia kemana? Come on lah.” Perkataan Sisca hanya dibalas tatapan sinis Dominic. Akhirnya Sisca beranjak mengambil sebotol whiskey dan kembali ke ruang tamunya. Ia menuangkan satu sloki untuk Dominic dan untuk dirinya.
“Let’s have fun and forget all those shit things, Dominic!” ucap Sisca sambil menyodorkan se-sloki whiskey kepada Dominic sambil menggodanya menyentuh dagu Dominic sambil memiringkan senyumnya. Tanpa pikir panjang Dominic mengambilnya dan langsung meneguk habis satu sloki minuman itu dan menuangkannya lagi lalu meneguknya lagi.
“Fuck I’m tired!” Dominic meracau.
“Tell me anything, look at me, ada gue yang nunggu lo selama ini ngapain lo masih aja sama Cathlyn yang nggak ada pedulinya sama lo,” kata Sisca.
“Nggak usah sebut dan bawa-bawa Cathlyn!” pekik Dominic dengan nada tinggi.
Ada sedikit kebencian di hati Sisca yang menyelip akan sosok Cathlyn yang dipuja Dominic. Sedangkan ia tidak bisa seperti Cathlyn yang memenangkan hati Dominic. Sisca menyadari keadaan Dominic yang bertambah mabuk. Ia mendorong Dominic sampai tubuh Dominic terpojok di sandaran sofa. Sisca duduk di paha Dominic dan menghadapkan wajahnya dengan wajah lelaki itu.
Melihat Dominic dari jarak dekat Sisca menyadari ketampanan Dominic yang bertambah dan tidak berubah. Bau alcohol dan tubuh yang berdekatan itu kini semakin mendekat, Dominic menarik gadis di depannya dekat dan wajah mereka yang semakin dekat kini bisa merasakan hembusan nafas satu sama lain. Mereka mulai melumat bibir satu sama lain.
“Would you stay here tonight?” tanya Sisca sesaat merenggangkan ciuman mereka. Dominic dengan wajah yang sayu mengangguk. Sisca menyeringai puas, perlahan Sisca mendekatkan wajahnya kepada Dominic lagi, lelaki itu memejamkan matanya, tangannya melingkar di pinggang wanita di depannya, menarik Sisca ke dalam pelukannya, bibir mereka saling bertemu. Dominic tidak membuka matanya sama sekali. Sisca kaget atas sikap Dominic dan tersenyum puas ia berkuasa atas Dominic sekarang walaupun dilihatnya ujung mata Dominic meneteskan setetes air mata.
“I want to make you mine,” ucap Sisca di dalam hati.
Sisca menekan tengkuk leher Dominic dan membuat ciumannya bertambah dalam, ia memainkan surai Dominic. Dominic bangkit berdiri dan menggendong tubuh Sisca, lalu menidurkannya di sofa untuk merubah posisi. Kini tubuh Dominic berada di atas tubuh Sisca, ciuman Dominic berlanjut ke bagian leher Sisca. Yang membuat gadis itu sedikit menggeliat geli dan mendongakkan kepalanya membiarkan Dominic mengeksplor leher jenjangnya, ciuman Dominic naik lagi ke bibir Sisca dan gadis itu mulai kehabisan nafas dan mendorong pelan dada bidang Dominic.
“Just forget her please,” ucap Sisca. Dominic tidak menghiraukan ucapan Sisca dan menghipnotis Sisca lagi dengan ciumannya. Deru nafas Dominic bisa Sisca rasakan di sekujur wajahnya ia semakin gila dibuat Dominic, perlahan tangan Sisca mulai menuntun Dominic melepaskan kaos hitam polosnya.
DAMN!
Tubuh Dominic begitu sempurna. Sisca semakin tergila-gila dengan Dominic, perawakannya yang sempurna menurut Sisca membuatnya semakin menyukai Dominic. Sisca masih membalas ciuman Dominic liar, lidah mereka saling bermain satu sama lain, Dominic benar-benar sudah kehabisan akal sehatnya kali ini. Tangan Dominic bergerilya mengangkat tanktop yang Sisca kenakan dan mengelus bagian perut serta pinggang Sisca yang membuat gadis itu semakin mabuk kepayang. Tangannya bergerak menuju bagian pinggang dan seluruh tubuh Sisca, tak dibiarkannya satu inchi pun terlewatkan. Dominic menambah panas permainan dengan mengeksplor bagian tubuh Sisca dengan bibirnya dan lidahnya, leher, dada, perut ia absen satu persatu tanpa terkecuali. Sisca bukan lagi pasrah, ia memang membiarkan Dominic merajai permainan kala itu, bahkan kalau boleh jujur sampai kapanpun ia ingin Dominic merajainya, asalkan Dominic lepas dari Cathlyn.
Dominic sudah tertidur pulas tanpa mengenakan kaos, ia tergeletak lemas di sofa, Sisca yang sedari tadi duduk di lantai dan menatap Dominic dari sebelah tiada henti mengelus surai hitam lelaki yang sedang terlelap di depannya.
Sesekali ia belai pipi Dominic lalu mengecup bibir dan pipi Dominic sesaat bergantian. Dominic yang terlelap tidak menyadarinya sama sekali.
“Kapan lo mau buka hati buat gue sih, Dom?” bisik Sisca lirih.
Dominic menggeliatkan tubuhnya lalu menghadap ke Sisca, matanya masih terpejam, bau alcohol masih tercium jelas.
“Cathlyn...” ucapan Dominic dibawah sadar itu ternyata bisa membuat Sisca cemburu dan sangat marah di dalam hatinya.
“Fuck, that girl again haha.” Tawa kesal dilontarkan Sisca