Bertemu Alicia

Untuk pertama kalinya Grace bertemu Alicia tanpa ditemani Tela karena Tela harus bekerja hari ini. Sedikit tidak bergairah sebenarnya tapi entah mengapa Grace merasa ia harus bertemu Alicia hari ini. Alicia mengajaknya untuk makan malam bersama, Grace menuju tempat yang Alicia kirimkan, kakinya melangkah seakan tanpa beban, dengan sukarela.

Mendung tidak mengganggu dan membuat Grace mengurungkan niatnya untuk bertemu Alicia. Maka sampailah Grace di tempat yang dijanjikan. Grace masuk ke sebuah restoran dan benar saja disana sudah ada Alicia di sebuah meja bersama seorang pria, tunggu, siapa itu?

Maka saat Grace melangkah kesana, Alicia langsung menyambut Grace dengan senyum sumringah dan sebuah pelukan hangat, Grace membalasnya. Lalu saat Grace duduk di hadapan Alicia, dokter itu memperkenalkan pria di sebelahnya.

“Grace, ini Rick, suami saya.” Rick adalah pria dewasa yang menikahi Alicia beberapa tahun silam. Ia juga bekerja di Singapore tapi bukan sebagai dokter seperti Alicia.

“Halo, Grace, saya Rick.” Pria itu berjabat tangan dengan Grace.

“Grace.”

Maka selama makan malam itu, suasana hangat dan ketiganya bisa memiliki bahan obrolan yang tidak habisnya. Grace lebih banyak menjawab pertanyaan dari Rick dan Alicia, seputar keseharian dan kegiatan yang dilakukan. Rick dan Alicia juga menceritakan bagaimana mereka bertemu di Indonesia. Sungguh, suasana cair tidak seperti dugaan Grace sebelumnya yang mengira bahwa mungkin pertemuan itu akan canggung. Nyatanya tidak.

“Kalian udah lama berumah tangga?” tanya Grace.

“Sudah, hitungan tahun. Tapi ya kami masih berdua aja,” jawab Alicia tersenyum.

“Masih menunda momongan? Atau ada hal lain?” tanya Grace.

“Belum dikasih, udah sama-sama berjuang, tapi belum dikasih. Kalaupun nggak dikasih nggak masalah.” Rick tersenyum lalu meneguk minumannya.

“Tuhan nggak jawab doa?”Grace mengernyitkan dahinya, Alicia terkekeh kecil lalu menepuk pundak Rick, “he said, kalaupun seterusnya harus berdua nggak masalah. Kita bisa adopsi anak kalau udah siap.”

“Saya menikahi Alicia, waktu itu saya hanya berdoa kalau saya hanya mau Alicia, saya mau hidup sama dia. Dalam segala kondisi, termasuk punya anak atau enggak. Saya sama Alicia juga bisa adopsi anak kalau kita sama-sama siap. Dengan segala kesibukan saat ini masih belum mungkin kayaknya. Tapi itu nggak melunturkan sedikitpun niat dari diri saya untuk hidup sama Alicia.” Kalimat itu Rick ucapkan selagi Alicia dan Grace memandangnya lekat, terhipnotis akan setiap kalimat tulus yang mereka dengar dari Rick.

“Kalau Tuhan nggak kasih aku dan Rick anak juga nggak papa, yang penting dia ada di setiap saya buka mata dan tutup mata waktu mau tidur, mendampingi di segala kondisi seperti apa yang dia udah janjikan di hadapan Tuhan. Karena janji di hadapan Tuhan itu nggak main-main, right?” tanya Alicia. Grace mengangguk.

“Ketika Tuhan nggak jawab doa kita itu hanya ditunda, bukan Tuhan nggak jawab. Disiapin kok sama Tuhan sama rencana dan hal indah lain, waktunya aja yang berbeda. Ujiannya Tuhan itu special, jadi untuk semua yang kamu hadapi berarti Tuhan pilih kamu buat alami itu, bukan saya atau kami berdua.” Rick berkata dengan nada teduh.

“Tapi Tuhan kasih semua kesakitan ke aku, capek, lelah secara manusia, lelah sama diri sendiri,” balas Grace.

“Kalau lelah sama diri kamu yang ini, yang lama, kenapa nggak kamu coba untuk lihat diri kamu yang baru. Coba sebentar, belum pernah, kan?” tanya Alicia lagi yang membuat Grace berpikir menerawang. Masih mencerna perkataan Alicia.

“Sama kaya kamu, apapun yang kamu hadapi. Sekali kamu janji di hadapan Tuhan tentang apa yang akan kamu kerjakan ke depannya, pegang itu, Tuhan akan pelihara kamu. He will provide. And please remember that kematian hanya menyelesaikan masalah kita saat itu juga, yang kamu pikir itu selesai. Nyatanya enggak, akan banyak masalah lagi bahkan setelah kepergian. Tapi masalah abadi dan kesakitan abadi setelah itu juga akan kamu alami, in afterlife.” Kalimat penutup dari Alicia membuat Grace sadar, kehangatan pembicaraan seperti ini sudah jarang ia dapatkan, sudah jarang ia rasakan, nyaris tidak pernah. Bahkan sekarang Grace menangis saat itu juga, di hadapan Alicia dan Rick. Setiap kalimat yang mereka lontarkan memang membuka pikiran Grace lebih luas.

Alicia berpindah ke bangku sebelah Grace dan memeluknya, Grace menumpahkan segala tangisnya di pelukan Alicia. Kebaikan demi kebaikan dari orang-orang sekitar Grace mulai Grace rasakan, setelah segala duka dan kesakitannya selama ini. Karena memang Tuhan tidak selalu janji kalau setelah hujan akan ada pelangi, tapi Tuhan selalu janji jika usai hujan bahkan badai sekalipun perlahan itu semua akan reda.

Selama ini Grace juga berdebat dengan dirinya sendiri karena belum bisa menerima kalau dirinya tidak sempurna karena banyak kejadian. Tapi ketidaksempurnaan itu jangan dijadikan alasan untuk tidak menerima diri sendiri. Grace dianggap aib oleh Mamanya, tapi Grace adalah pribadi yang special di mata Tuhan. Maka Tuhan juga berikan Mevin untuk Grace, mereka berdua adalah hambaNya yang sama-sama special.

Mendahului takdir Tuhan apa ada jaminan di kehidupan kekal setelah ini? Tidak. Pikirkan lagi sebelum melangkah. Dan jika keluarga Grace ataupun siapapun yang mengalami hal serupa seperti Grace yang tengah membaca tulisan ini, ingatlah, Keluarga bukan hanya yang sedarah atau terikat karena ikatan darah. Keluarga adalah mereka yang memeluk kita penuh kasih saat kita berada di titik terendah dalam hidup kita.