BROTHER

Kalau semua hal yang ada di dunia itu adalah takdir, semua pasti sudah digariskan sejak awal. Dengan apa pilu harus direngkuh? Entah apa yang direncanakan sang empunya kehidupan dengan segala pertemuan dan hal-hal yang dititipkan. Kondisi Jevin ternyata lebih parah dari Jeremy. Lea, Lauren dan Mevin nampak sangat gusar.

“Keluarga pasien Jevin dan Jeremy?” tanya sang dokter.

“Saya Mamanya,” kata Lea sambil bergegas mendekati sang dokter. Sebuah ketakutan besar bermukim di pandangan mata Lea.

“Kondisi pasien Jeremy bisa ditangani, kita bisa pindahkan ke ruang rawat inap. Untuk Jevin dia kehilangan banyak darah, apakah ada yang golongan darahnya sama dengan pasien? Kantong darah kami kekurangan stok untuk golongan darah Jevin,” kata-kata sang dokter terangkai menyiratkan duka mendalam. Mimpi buruk apa yang baru saja Lea alami?

“Saya aja dok, saya Mamanya golongan darah saya sama dengan Jevin.” Kata sang dokter.

“Ma, aku juga sama kaya Jevin kan? Aku bisa kan ma?” sanggah Mevin.

“Mama kan lagi sakit,” kata Lauren.

“Kondisi pendonor harus sehat.” Ucapan sang dokter membuat mereka terdiam.

“Saya aja, Dok.” Kata Mevin sambil berjalan mendekati sang dokter.

Temaram sedikit terang saat itu, walaupun perputaran detik waktu seakan berjalan lambat karena Lea, Lauren dan Mevin dihinggapi ketakutan, namun ada sedikit kelegaan saat mendengar Mevin bisa mendonorkan darahnya untuk Jevin. Akhirnya saat itu Lea ditemani Lauren menunggu di ruang tunggu dengan sedikit harap yang beradu dalam kecemasan. Doa terbaik mereka panjatkan untuk kesembuhan kedua anggota keluarganya.

“Lo harus bangun lagi, nggak papa buat lo benci gue karena mungkin lo ngerasa gue terlalu dibanggakan padahal lo yang anak kandung Mama Papa. Itu bener kok, bahkan gue belum pernah lihat langsung wajah Mama yang melahirkan gue. Tapi asal lo tahu, Jevin gue beruntung banget ada dan dibesarkan di keluarga ini. Jadi kembaran lo walaupun sebenernya enggak, tapi gue nggak bisa lihat lo sakit. Setelah ini bangun ya, Vin?” bisik Mevin dalam hatinya sebelum berjalan mengikuti suster yang memandunya menuju ruangan untuk menjalani tranfusi darah untuk Jevin.