DINNER WITH ADRIAN FAMS

Malam ini usai kejadian romantis di pinggir pantai tadi, suasana makan malam keluarga di hotel menjadi bertambah hangat, mengingat malam ini juga malam terakhir sebelum mereka semua meninggalkan kota Yogyakarta dan semua ceritanya. Interpretasi tentang “Bahagia” kini bertambah luas jika menilik ke belakang mengingat perjalanan mereka berdua yang tidak mudah.

Formasi lengkap, Jeremy, Lea, Willy dan Lauren serta anak mereka Shannon yang tertidur pulas di pangkuan Lauren, Jevin dan Letta serta Mevin juga Grace. Jika diterka rasanya mustahil Mevin dan Grace bisa mengarungi hubungan mereka dan segala perjalanan yang melelahkan dengan segala cobaan yang menderu. Bukan tanpa alasan, Mevin mempersiapkan segala sesuatu untuk Grace. Memberikan sebuah pernikahan yang akan dibicarakan setelah mereka pulang dari Yogyakarta.

“Pulang dari sini, kita ke rumah Grace, ya. Buat ngobrol sama Papa kamu ke depannya gimana. Tapi .... Ini, tante punya sesuatu buat Grace.” Lea berkata sambil mengeluarkan sebuah kotak dan menyerahkannya untuk Grace.

“Iya, nanti Grace juga bakalan kasih tahu Papa Kevin. Tapi, apa ini, tante?” tanya Grace bingung sambil menerimanya. Lea hanya tersenyum, dan Grace membuka isi kotak tersebut. Semua bersorak dan mata Grace berbinar saat mengeluarkan sebuah gaun hadiah dari calon mertuanya itu, yang sengaja dipesan khusus oleh Lea dan dibuatkan oleh temannya yang memang seorang designer.

Lea adalah sosok pegganti Mama Grace yang mungkin sekarang sedang tersenyum bangga dari surga melihat kebahagiaan ini. Lea juga mengajarkan arti bertahan dan ikhlas serta kuat. Meyakinkan Grace bahwa sebuah penerimaan akan diterima suatu saat. Atmosfer haru mengudara meliputi mereka semua saat itu. Tak ada hati yang retak, yang ada hanya desir bahagia serta haru yang meraja di hati semua orang yang ada di sana.

Grace perlahan berkaca-kaca dan bergantian menatap anggota keluarga Mevin. Pandangan Grace bertumpu di Willy dan Lauren, mereka tersenyum haru, Grace ingat jelas bagaimana Willy juga ikut menyelamatkannya saat kejadian ia diperkosa dan dicelakai oleh Brandon. Lalu pandangan Grace tertuju kepada Jevin, Letta, Jeremy dan Lea. Semuanya tersenyum dan bertepuk tangan pelan. Lalu pandangan Grace bermuara kepada Mevin yang kini membelai surai hitam Grace, sepasang mata itu menjadi hulu bagi Grace.

Menenggelamkan Grace pada rasa yang tidak pernah ingin ia bagi kepada siapapun, isakan tangis haru dari Grace menuntun Mevin menggenggam tangan Grace lalu mengecup punggung tangan Grace. Sepatah sajak penuh cinta Mevin lantunkan teduh, “Your wedding dream is come true, lengkap dengan semua keluarga. Let’s make this moment wonderful,” kata Mevin. Lalu desir haru semakin menyelinap saat Mevin membawa Grace ke dalam pelukan. Makna Rumah yang sebenarnya kini mereka pahami.

“Bahagia selalu kalian!” ucap Jeremy saat itu.

“Om, terima kasih,” kata Grace sambil menyeka air matanya.

I love you,” kata Mevin tanpa suara, hanya bibirnya yang bergerak tapi Grace bisa membacanya.

“Grace, ini buat kamu juga,” kata Willy sambil berjalan menyerahkan sebuah paper bag kepada Grace lalu kembali ke tempat duduknya, “dari aku sama Lauren,” lanjut Willy. Grace menerimanya dengan tatapan bingung.

“Ini apa lagi Ko Will, Ci Lauren?”

“Dibuka aja,” balas Lauren sambil menarik ujung bibirnya. Tangan Grace perlahan mengeluarkan benda yang ada di dalam paper bag itu, sepasang sepatu high heels yang nampak mewah dan mahal. Grace menatap Mevin yang hanya tersenyum lalu membawa pandangannya ke arah Willy dan Lauren.

“Ko Will, Ci Lauren, thank you so much, nggak tahu lagi harus bilang apa,” kata Grace terharu.

“Sama-sama, Grace!” balas Willy dan Lauren hampir bersamaan.

“Gue sama Letta nggak bisa kasih apa-apa juga, tapi masalah Pre Wedding nggak usah khawatir, kalian mau konsep apa bilang aja, kita udah takeover semua urusan, kalian pilih tema sama konsep aja, gue sama Letta udah booking fotografer sama crewnya buat kalian berdua,” kata Jevin yang membuat Mevin dan seluruh anggota keluarga yang ada di sana kaget. Jevin dan Letta tersenyum kikuk malu-malu.

Oh my God! Letta, Jevin thank you so much, itu nggak pernah aku bayangin sebelumnya, nggak nyangka, once again, thank you so much semuanya.” Suara Grace bergetar menahan tangis haru. Mevin bawa jemari Grace untuk ia genggam di bawah meja, perlahan Mevin tatap satu per satu anggota keluarganya, tertunduk lalu memberanikan diri menatap dengan mata yang berkaca-kaca.

Thank you so much Papa, Mama, Ko Will, Ci Lauren, Jevin also Letta. Nggak pernah bayangin bisa ada di tengah keluarga ini, nggak pernah bayangin bisa dapet cinta dan kasih sayang juga perhatian sebanyak ini. Tuhan yang balas kebaikan kalian dan memberkati kalian,” ujar Mevin.

Suasana malam itu terasa lebih haru daripada malam sebelumnya, dan malam itu adalah bukti nyata keluarga Adrian yang memang menerima Grace apa adanya bahkan disaat terpuruknya Grace. Setelah ini akan ada perjalanan baru yang harus Grace dan Mevin arungi, berkat Tuhan tidak hanya datang lewat materi, tapi orang-orang yang Dia hadirkan di sekitar kita juga.