DUNIA TIPU-TIPU MAMA LEA DAN KEMBAR

Lea dan kedua anak kembarnya (yang sebenarnya tidak kembar, kalian bisa baca cerita lengkapnya sendiri, yaa...) duduk di tempat tidur Lea. Kini, Lea ada di hadapan Mevin dan Jevin. Tanpa suara, ketiganya saling menggenggam tangan satu sama lain, Jevin dan Mevin memusatkan pandang ke sosok Mama mereka itu, dan Lea bergantian menatap tajam mata kedua anaknya.

Perlahan suara music dan lagu “Dunia Tipu-Tipu” dari Yura Yunita mengalun lirih. Binar mata Lea dan iringan lagu yang ada nyatanya langsung bisa memikat dan membuat kedua anaknya itu seakan tercekat. Tak ada sekat diantara mereka bertiga. Jauh dari segala bising yang ada. Arus rasa sendu mulai mengalun pelan. Ketiganya terhanyut dalam kelana pikiran masing-masing.

Di dunia tipu-tipu Kamu tempat aku bertumpu Baik jahat abu-abu Tapi warnamu putih untukku Hanya kamu yang mengerti Gelombang kepala ini

Lea─seorang Ibu, juga seorang istri yang dulunya kehidupannya tidak semenyenangkan itu. Bak pohon dengan daun yang terus berguguran, terus gugur dikeruk kekeringan. Banyak hal yang Lea hadapi selama pernikahan bahkan setelah memiliki tiga orang anak. Juga saat ia harus kehilangan salah satu buah hatinya dan digantikan oleh kehadiran Mevn yang mengubah kehidupan seluruh keluarga Adrian.

Kelopak rasa sedih yang gugur kini dikumpulkan jadi satu menjadi sebuah tapak kehidupan setelahnya. Mengiringi langkah kehidupan keluarga Adrian ke depannya. Untuk Lea, kedua anaknya ini memang memiliki jalan kehidupannya masing-masing. Keduanya juga memang menguji ketabahan hati Lea. Luka demi luka tersimpan rapat di hati anak-anaknya tu. Lea tahu, Jevin menyimpan luka dan rasa bersalah dari masa lalu dimana Jevin pernah menyakiti dan menghancurkan hati keluarganya. Jevin pernah melakukan hal yang tidak pantas ia lakukan di usianya saat itu. Lea dan Jeremy kala itu hancur bukan main, terkadang memang sekuat apapun orang tua mendisiplinkan anaknya, pilihan itu akan ada di tangan anak itu sendiri. Untuk saat ini, Lea bersyukur anak-anaknya sudah tumbuh dewasa dan tumbuh dengan baik, tidak mengulang kesalahan yang fatal.

Keduanya sudah bekerja dan masing-masing sudah memiliki tambatan hati. Waktu bergulir, Lea menyadarinya membuat Lea merasakan matanya panas karena ia merasa ia bertambah usia. Anak-anak yang semula ia gendong kini sudah hampir melabuhkan hati dan membangun keluarganya masing-masing.

Puja puji tanpa kata Mata kita yang bicara Selalu nyaman bersama Janji takkan ke mana-mana Untuk Jevin, memandang mata Mamanya sedekat ini juga membuatnya terharu, pada suatu titik terhancur dalam hidupnya, Lea masih datang sebagai seorang ibu yang merangkulnya, bahkan Lea meminta maaf kalau Lea kurang cakap dan kurang mumpuni sehingga Jevin bisa lari ke hal-hal itu. Hancur hati Jevin, serta mengingat perjuangan Lea saat melahirkannya. Harus bertaruh nyawa dimana seseorang berencana membunuh Lea kala itu. Tapi Mamanya itu selamat dan Jevin bisa lahir ke dunia. Akal sehat Jevin tak sampai untuk menerka dan menghitung berapa banyak duka yang tersirat di kehidupan Mamanya itu. Hati Jevin juga pilu saat mengingat ia pernah berdebat hebat dengan Mevin, Jevin kala itu yang masih sulit untuk berdamai dengan keadaan dan dengan amarah yang membara dengan tidak berpikir terlebih dahulu mengatakan bahwa Mevin adalah anak pungut. Hal itu menghancurkan hati Mevin.

Genggaman tangan Jevin semakin kuat untuk keduanya, entah dalam menggenggam tangan Mamanya atau saudara kembarnya itu. Jevin tidak bisa menahan air matanya, beberapa tetes air mata jatuh ia biarkan, Lea menyadari anaknya itu menangis tapi Lea tahan dirinya, Lea hanya melipat bibirnya dan menggenggam tangan anaknya itu terus. Lea juga mengusap lembut punggung tangan Jevin dengan ibu jarinya. Seakan menenangkan Jevin dan mengatakan “jangan menangis”.

Puja puji tanpa kata Mata kita yang bicara Selalu nyaman bersama Janji takkan ke mana-mana

Sementara Mevin, menyadari saudara kembarnya itu menangis, ia juga sebenarnya sudah tidak kuat. Tapi ia coba bertahan, sejauh mana ia bisa bertahan? Mevin kembali berkelana jauh di pikirannya, hingga sampai di belantara ingatan yang membawanya kembali bagaimana Mamanya itu tersenyum dan menangis karenanya. Menangis saat melepas kepergian Mevin menuntut ilmu dan tinggal bersama ayah kandungnya, air mata Mamanya saat ia mengalami kelumpuhan dan tidak bisa berjalan, dan senyum yang selalu Mamanya berikan untuk memberi kekuatan juga kepada Mevin meski sama-sama hancur. Hati seorang ibu mana yang tidak hancur melihat anaknya berada di titik terendah? Hati anak mana yang tidak hancur juga melihat senyum palsu Mamanya dan air mata sebenar-benarnya saat sudah hilang dari pandangan?

Mata Mevin sudah berkaca-kaca hingga di akhir lagu, Mevin tahan kuat-kuat seluruh air mata yang mengantre. Sebab tak ada yang lebih Mevin syukuri di dunia ini selain setelah dilahirkan, ia dibesarkan di keluarga ini. Segala nestapa di masa lalu tentang Ayah kandungnya yang tidak mau mengakui kelahiran Mevin ditepis jauh, hilangkan seluruh dendam, karena kini Ayahnya pun sudah menerima bahkan memberikan kasih sayang penuh. Kasih sayang itu Mevin terima dari keluarga Adrian dan juga keluarga Ayah kandungnya.

Beberapa kali juga Mevin hampir kehilangan keluarganya lagi tapi, Tuhan Maha baik ia kembalikan semua dan berikan semua kebahagiaan tepat pada waktunya. Pada binar mata Mamanya, Mevin jumpai arti keikhlasan dan kekuatan yang sebenarnya. Selama ini Mevin juga Jevin sadar bahwa mereka terlalu malu mengungkapkan rasa sayang kepada Mamanya. Maka tanpa sepengetahuan Lea, hari ini Mevin dan Jevin sudah menyiapkan satu lagu lagi yang sudah mereka siapkan untuk Mamanya. Setelah lagu dunia tipu-tipu selesai mengalun, Lea kira semuanya sudah selesai.

Tapi, saat Lea melepaskan genggaman tangan, Mevin dan Jevin tetap menjaga genggaman tangan itu, Lea sedikit heran hingga akhirnya Lea mendengar alunan lagu yang lain. Sebuah lagu berjudul “Doa seorang anak”.

Di dalam doamu kau sebut namaku Di dalam harapmu kau sebut namaku D dalam segala hal namaku di hatimu Tak dapat ku balas cintamu ayahku Tak akan ku lupakan nasehatmu Ibu Hormati orang tuamu agar lanjut umurmu di bumi

Saat lagu itu mengalun, Lea tidak bisa lagi menahan air matanya, ia tertunduk sejenak di hadapan kedua anaknya itu sedikit terisak hingga isakan itu juga menyayat hati Jevin serta Mevin.

Terima kasih ayah dan ibu Kasih sayangmu padaku Pengorbananmu meneteskan peluh untuk kebahagiaanku

Tuhan lindungi ayah ibuku Dalam doa ku berseru Tetes air matamu yang kau tabur dituai bahagia...

Mevin tutupi rasa haru dengan senyuman saat Lea menatapnya. Bendungan air mata ia tahan mati-matian, begitu juga dengan Jevin. Tepat sebelum air mata Jevin turun, ia mengerjapkan mata berkali-kali agar Mamanya tidak melihatnya menangis. Saat lagu selesai mengalun, Lea langsung tertunduk, melepaskan genggaman tangan kedua anaknya karena ia gunakan telapak tangannya untuk menutup wajahnya yang basah karena air mata. Awalnya tak ada suara hingga akhirnya saat Jevin dan Mevin masing-masing mengelus pelan punggung Lea dari sebelah kanan dan kiri, Lea menangis sejadi-jadinya. Isakan tangisnya menggema, menembus rungu dan hati Mevin juga Jevin.

Akhirnya, Mevin dan Jevin memeluk Lea dari sisi kanan dan kiri, Lea langsung memeluk kedua anak kembarnya itu. Ketiganya meneteskan air mata bersamaan. Kalau harus berkisah, terlalu panjang, kalau harus bercerita terlalu sakit, kalau harus saling mendoakan biarlah itu terjadi seumur waktu. Kasih sayang yang Lea berikan tidak pernah kurang. Hingga saat merenggangkan pelukan, Jevin meraih tangan kanan Lea lalu mencium punggung tangan Mamanya itu, “Ma, mau seluruh dunia penuh dengan orang-orang yang menipu, mau seluruh dunia bilang kalau Mama bukan wanita baik-baik, mau seluruh dunia berlomba menjatuhkan Mama dan lihat keluarga kita hancur, satu hal yang harus Mama tahu. Mama Lea, Jevin bersyukur sama Tuhan karena udah lahir di keluarga ini dibesarkan Mama, kalau Mama diem-diem nangis dan di depan keluarga Mama senyum kadang Jevin tahu, Ma. Jevin mau berterima kasih sama Mama, udah rawat Jevin dari kecil sampai sekarang, sampai Jevin mau menikah. Ma, maaf kalau Jevin pernah hancurin hati Mama, maaf kalau Jevin belum sempat jadi anak yang berbakti sepenuhnya. Kebahagiaan Mama itu kebahagiaan Jevin, panjang umur ya Mama, biar bisa lihat kami anak-anak bahkan cucu Mama nanti bikin Mama bangga. Lea pun membelai kepala Jevin lembut sambil memaksakan senyum di atas tangis.

Kini giliran Mevin, ia meraih tangan Lea lalu ia kecup, “Ma ... terima kasih,” beberapa kata itu nyatanya membawa Mevin menangis, ia tidak bisa menahan lagi perasaannya. Mevin pun melanjutkan kata-katanya sambil menangis, “Mama, Mevin tahu Mevin nggak lahir dari rahim Mama, kalau bicara sosok Ibu, Cuma ada Mama di pikiran Mevin. Mama, waktu Mama sakit dan masuk ICU disitu Mevin nggak tahu harus gimana, Mevin nggak mau kehilangan sosok Mama lagi, Mevin sayang Mama, Papa, Cici Lauren bahkan Jevin. Mevin terlalu malu selama ini bilang sayang ke kalian, tapi setiap malam nama Papa, Mama, Cici dan Jevin yang Mevin bawa dalam doa. Makasih udah jadi Mama buat Mevin dan sayang sama Mevin tanpa perbedaan apapun di keluarga ini.”

Sejenak, Mevin menatap Jevin dan Jevin memberi isyarat mengangguk, kini, Mevin dan Jevin menatap tajam mata Lea, dan sebuah kalimat diucapkan Jevin serta mevin bersamaan, “kita sayang Mama Lea,” kata Jevin dan Mevin bersamaan. Lea sejenak tatap Mevin dan Jevin bergantian, Lea menggigit bibirnya lalu ucapkan kalimat yang terdengar bergetar, “Terima kasih anak-anak Mama,” kata Lea. Hal itu langsung disambut Jevin dan Mevin yang langsung memeluk Mamanya itu. Ketiganya tumpah dalam tangis bersama saat itu. Kehangatan dan kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya, kasih sayang anak-anaknya kepada sosok ibu dapat mereka rasakan saat itu.

Tangan-tangan kecil Mevin dan Jevin yang Lea genggam saat mereka masih bayi kini sudah menjadi tangan gagah yang menjaga Lea dalam dekap dan peluk. Mevin dan Jevin tak henti sampaikan harap agar Tuhan memberikan panjang umur untuk Mamanya, seluruh keluarganya. Keluarga Adrian adalah bukti nyata bagaimana kasih itu ada dan diimbangi dengan keikhlasan, ketegaran, kekuatan, penerimaan, pengampunan─bukan sekedar memaafkan tapi mengampuni, didikan dari sosok Jeremy dan Lea sebagai ayah dan ibu yang selalu mengusahakan yang terbaik.

Sebagai anak, kadang kita merasa malu mengungkapkan rasa sayang kepada keluarga terlebih orang tua, tapi cobalah ambil satu waktu, katakan betapa bersyukurnya kalian, kalau masih terlalu malu, jangan lupa sebut nama setiap anggota keluarga di dalam doa.