FIRST KISS

Raymond dan Shannon kini ada di karpet di ruang tengah rumah Shannon, seperti biasa kehidupan anak tunggal seperti Shannon sangat membosankan jika berada di rumah sendiri, tapi kali ini Raymond menemani Shannon di rumahnya. Seperti biasa, canda tawa ringan serta obrolan penuh tawa mereka tukar sebelum masuk ke pembicaraan inti yang mungkin akan menguras emosi, kadang menyuapi satu sama lain juga saat menikmati cemilan. Seperti janji Shannon bahwa ia akan mendengarkan apapun yang Raymond akan bagikan kepadanya, cerita apapun itu. Hubungan Shannon dan Raymond memang berjalan seperti ini, saling menjadi telinga bagi satu sama lain dan menyediakan peluk penenang bagi satu sama lain.

“Sayang, kamu mau cerita apa?” tanya Shannon sambil menggenggam tangan Raymond. Mata Raymond yang sedang menatap televisi di depannya kini mengarahkan pandangannya kepada kekasihnya itu dan mencondongkan tubuhnya ke arah Shannon.

“Mumet sedikit,” kata Raymond sambil tersenyum.

“Kenapa?” tanya Shannon.

“Masa aku disuruh pilih mau ikut Mami atau Papi. Kocak ya? Selama in aja nggak jelas aku lontang lantung kesana sini terus, udah paling bener kan aku di apartku sendiri. Iya kan? Toh, aku juga kerja disini nggak mungkin aku ikut mereka lah, kerjaanku gimana? Walaupun mereka janji bisa kasih chanel kerjaan tapi aku nggak mau. Udah pisah aja masih suka ribut mereka tuh,” kata Raymond sambil menggaruk kepalanya.

Shannon kini menggenggam kedua tangan Raymond, “kalau ikut Mami kemana? Kalau ikut Papi kemana?” tanyanya.

“Ikut Mami ke Jogja sama adekku, ikut Papi ke Bali. Dan aku nggak mau LDR sama kamu, aku udah kerja aku bisa hidup sendiri.”

Hati Shannon berdesir mendengar penuturan Raymond itu, “Ray...”

“Aku nggak mau ldr, titik. I'll be fine here, trust me.” Raymond tersenyum lalu satu tangannya membelai puncak kepala Shannon.

“Tapi kamu juga harus tetep kunjungi Papi atau Mami kamu, jangan lost gitu aja, kamu masih anak mereka,” kata Shannon lagi, Raymond mengangguk lalu menarik tubuh Shannon ke dalam pelukannya.

“Ray...” kata Shannon lirih.

“Ya?”

“Ternyata banyak hal hal baru tentang keluarga yang aku lihat dari kamu, awalnya aku iri karena kamu punya adek tapi ternyata kalian diperhadapkan sama pilihan sulit, aku anak tunggal nggak ada saudara di rumah ini, setiap keluarga punya cerita ya sayang,” kata Shannon dengan suara yang melemas.

Raymond pun merenggangkan pelukan lalu menangkup kedua pipi Shannon, “iya, setiap keluarga dan setiap orang lebih tepatnya.”

Tapi tiba-tiba ponsel Shannon berdering dan Shannon nampak membalas beberapa pesan, dari siapa lagi kalau bukan Papa Willy.

“Ray, ke balkon aja yuk?” ajak Shannon sambil bangkit berdiri dan menarik tangan kekasihnya itu, Raymond sempat kebingungan tapi akhirnya ia pasrah dan menurut saja mengikuti Shannon menaiki tangga dan menuju ke balkon. Keduanya duduk di lantai dan melanjutkan pembicaraan mereka tadi yang terjeda.

“Kenapa disini?” tanya Raymond sambil duduk bersila berhadapan dengan Shannon.

“Biar kalau ciuman nggak kelihatan cctv,” kekeh Shannon.

CTAKKK! Raymond menyentil dahi Shannon, “piyikkkkkk!! Sakittt!!” protes Shannon.

“Keciduk Om Willy baru tahu rasa,” kata Raymond.

“Udah tadi waktu pelukan udah keciduk cctv makanya aku ajak kamu kesini,” ujar Shannon sambil tersenyum lebar. Raymond hanya geleng-geleng kepala dengan tingkah kekasihnya itu.

“Ray, jadi kamu pasti berat banget ya? Kamu sama adek kamu akur kan?” tanya shannon yang dibalas anggukan kepala Raymond.

“At least kalian jangan ribut ribut juga, ya...”

“Enggak kok, aman kita berdua mah,” balas Raymond tersenyum.

“Aku belum siap kalau orang tua kamu tahu latar belakang keluargaku,” kata Raymond lesu.

“Nggak perlu buru buru cerita, jalanin aja hubungan kita, kalau udah waktunya nanti baru cerita, oke sayang?” ujar Shannon dengan senyum sumringah. Raymond mengangguk dan tersenyum melihat keceriaan kekasihnya itu. akhirnya keduanya hanyut lagi dalam canda tawa, saling mencubit satu sama lain, menggelitiki satu sama lain dan saling memeluk satu sama lain juga. Tapi saat Raymond menggelitiki pinggang Shannon tubuh Shannon terhuyung ke samping dan Raymond sigap menahan pinggang kekasihnya itu hingga keduanya kini berhadapan dan wajah mereka berjarak sangat dekat. Shannon ataupun Raymond sama sama menelan ludah saat saling berhadapan seperti itu. Jantung Raymond jangan ditanya, sudah berpacu dengan laju darahnya, ini pertama kalinya keduanya sedekat ini. Hingga Raymond membantu Shannon duduk tegak lagi, Keduanya lalu tersenyum kikuk, Shannon menggaruk tengkuk lehernya yang sebenarnya tidak gatal, sementara Raymond mencoba mengatur degup jantungnya yang masih tidak karuan.

“Shan,” “Ray,” Keduanya berkata bersamaan lalu keduanya terkekeh sejenak.

“Salting, hehe,” kata Raymond. Shannon hanya tersenyum, wajahnya memerah.

“Shan,” kata Raymond lagi, Shannon menaikkan alisnya seakan bertanya ada apa, kini Raymond memajukan tubuhnya mendekat menarik pinggang Shannon dan satu tangannya menyangga rahang Shannon dengan satu tangannya, ibu jari Raymond mengusap pipi Shannon lembut.

“Do it if you want, babe..” bisik Shannon lirih.

Mata Raymond terbelalak dengan ucapan Shannon itu, sungguh ini yang pertama bagi Shannon ataupun Raymond. Maka saat Raymond mulai memiringkan kepalanya, Shannon memejam, dan sedetik kemudian Shannon merasakan bibir Raymond yang sudah mendarat di bibirnya, kecupan lembut itu bisa Shannon rasakan, beberapa detik berlalu sampai akhirnya keduanya merenggangkan ciuman. Jemari Raymond merapikan rambut Shannon agar tidak menghalangi paras ayu sang puan. Keduanya saling tersenyum, “ini first kiss aku,” kata Shannon.

“Ini juga first kiss aku,” kata Raymond.

“Kamu sama mantan kamu emang nggak pernah????” Shannon kaget.

“Pacaran sekali doang, dua bulan, mentok cium pipi aja, you take my first juga sayang, dan seterusnya cuma mau sama kamu aja,” kata Raymond. Sungguh, jantung Shannon tidak berhenti berdetak, pipinya menghangat.

“Serius?” tanya Shannon, Raymond mengangguk tanpa ragu. Shannon pun meraih pipi Raymond juga, kini dengan sadar keduanya mendekatkan wajah, menyatukan bibir mereka lagi, kecupan di beberapa detik pertama dilanjutkan dengan pagutan ringan dimana keduanya saling membalas. Ada getar tak biasa yang dirasakan Raymond dan Shannon saat itu. Ada perasaan cinta yang semakin membuncah saat pagutan ditukar. Ciuman pertama Shannon diambil Raymond begitu juga sebaliknya. Berharap akan jadi kawan bertukar kecup dan rengkuh sampai akhir. Akhirnya keduanya merenggangkan jarak dan Raymond tak memalingkan wajahnya dari sang puan. Keduanya saling tersenyum dan merasa ada satu kebahagiaan hari ini.

“Shan, ini nggak ada cctv kan?” tanya Raymond.

“Nggak ada, makanya aku ajakin kesini, hehe,” Shannon nyengir.

Tiba-tiba, Cup! Cup! Cup! Raymond memberi kecupan singkat tiga kali berturut turut lagi kepada kekasihnya itu. Shannon terbelalak dan salah tingkah.

“Rayyyy!” katanya sambil menepuk lengan Raymond.

“Haha, sorry, yaudah ayok turun!” ajak Raymond.

“Gendongggg!” rengek Shannon, akhirnya Shannon mengambil posisi jongkok, “sini naik, gendong belakang,” perintah Raymond, Shannon girang dan naik ke punggung Raymond. Keduanya menuruni tangga dengan posisi Raymond menggendong Shannon, dagu Shannon ia taruh di pundak Raymond, “i love you, i love you, i love you,” bisik Shannon di telinga Raymond yang membuat Raymond gemas sampai geleng-geleng