Flirt Each Other
Untuk kesekian kalinya, Mevin dan Grace kekasihnya menikmati staycation. Mevin memesan sebuah kamar hotel untuk mereka berdua, sebuah kamar hotel yang langsung menghadirkan pemandangan laut yang indah. Keduanya tengah berada di balkon kamar hotel untuk menatap langit senja.
Mendung diusir senja yang indah, udara tidak begitu panas dan tidak begitu dingin tapi cukup hangat karena kini Mevin melingkarkan lengan di perut Grace dan menaruh dagunya di pundak Grace. Mata mereka berdua memandang hamparan laut luas, mengedarkan pandang ke seluruh permukaan berwarna biru itu.
“Mevin,” ucap Grace lirih sambil mengelus lengan yang melingkar di tubuhnya. “Ya?” jawab Mevin sambil memberi sebuah kecupan di pipi Grace.
“Yakin mau menikah sama aku?”
Mevin memutar tubuh Grace untuk menghadapnya, diusapnya lembut pipi Grace sebelum Mevin memegang wajah Grace untuk dikecup di bagian kening dan pipi serta ujung hidungnya lalu Mevin cubit kedua sisi pipi Grace sedikit keras hingga sang puan meringis kesakitan.
“Sakit!” pekik Grace sambil berusaha melepaskan tangan Mevin dari pipinya.
“Lagian, nanya begituan ngapain sih?”
“Ya namanya juga overthinking.”
Mevin menarik pinggang Grace lebih dekat kepadanya lalu menatap lekat wanita di depannya, “kalau nggak yakin aku sekarang udah sama orang lain,” jawabnya.
Grace tersenyum puas lalu ia berjinjit sedikit untuk mengecup kening Mevin yang lebih tinggi darinya itu, “I love you, dokter Mevin.” Mevin langsung mendekap erat Grace membuat gadis itu sedikit kesusahan bergerak dan terkekeh.
Maka Mevin langsung gendong tubuh Grace ala bridal style dan bawa sang puan masuk ke kamar dengan beberapa kali mengecup bibir Grace. Sementara itu Grace mengalungkan tangannya di leher Mevin.
“Mau ngapain?” tanya Grace sambil memicingkan mata.
“Nope, I just need you.” Mevin menyeringai, Grace mengernyitkan dahinya.
“I need you, me and bed, now.” Maka setelahnya tubuh Grace direbahkan di ranjang perlahan. Mevin langsung mengukung tubuh Grace dan berada tepat di atas wanita itu, menopang beban tubuhnya dengan kedua tangannya. Mata Grace membulat dan jantungnya berdebar.
“What?” tanya Grace kikuk.
“I get what I want, all those things, you and me, and this bed.”
“So?” Maka Mevin memberikan kecupan singkat di bibir Grace dua kali sebelum merebahkan dirinya di sebelah Grace lalu memeluknya erat, Mevin menciumi puncak kepala Grace, sementara itu Grace juga membalas pelukan Mevin erat.
“Nanti, sebentar lagi kita bisa kaya gini setiap pulang kerja, bisa sama ngomongin besok masak apa, tagihan listrik sama air yang melonjak tinggi, ngomongin anak mau dikasih nama siapa, banyak deh pokoknya, just wait a little bit longer, okay?”
“Terus kita bisa lakuin apa lagi?” tanya Grace. Maka Mevin bersandar pada headboard ranjang itu dan meminta Grace duduk di pangkuannya. Grace menurutinya, iris legam Mevin nyatanya membawa Grace pada sebuah senyum yang terutai di wajahnya tanpa ia sadari. Mevin masih disana memeluk pinggang ramping itu.
“Terus habis itu aku bisa pakai semua gombalan aku buat mancing kamu.”
“Contohnya?”
“Roses are red, violets are blue, I’m up for head or we could screw,” jawab Mevin sambil menunggingkan senyum smirk yang membuat Grace terbahak. Grace memutar bola matanya sebelum membawanya kembali ke tumpuan netra Mevin, “aku juga punya.”
“Apa? Try to flirt me leggo!” ucapan Mevin terdengar bersemangat lalu ia menyilangkan tangan di depan dadanya dan mengangkat satu alisnya.
Ujung jari telunjuk Grace begerak dari dahi dan turun hingga ke hidung Mevin lalu turun hingga mengusap bibir Mevin, “Sometimes if you said that you’re in your room and me too, I feel like one of us in a wrong place,”
“Haha, so we should together in one room?”
“On the same bed, exactly.” Grace mengangkat kedua alisnya seakan bangga dengan apa yang ia katakan karena saat itu juga Mevin terbahak dan mengangguk-angguk mengakui kehebatan Grace. Lalu Grace mengusap lembut pipi Mevin dan berhenti di dagu Mevin lalu membuat dagu Mevin sedikit terangkat.
*“I’m not horse but―” *
“But you don’t mind at all if I ride you, right?” Mevin menyambar ucapan Grace sebelum Grace menyelesaikan kalimatnya. Grace terbahak lalu mencubit keras perut Mevin. “Kan aku mau selesaiin kalimatnya!!” ucapnya kesal, Mevin hanya terkekeh lalu memeluk sang puan lagi.
“Jangan dilanjutin apalagi sama godain gitu, aku takut, nggak kuat, sayang.” Mevin berbisik di teliga Grace lalu mengecupi leher dan pundak Grace.
“Mevin kalau kamu kaya gitu malah lebih parah, stop it, huh,” kata Grace sambil berusaha melepaskan pelukan tapi Mevin masih menahannya.
“Okay, fine, udah semua, udah tahu sama-sama nggak kuat, jadi udah, ya? Okay?” Mevin merenggangkan pelukan lalu menangkup kedua pipi Grace.
“Nah, yaudah!”
“But for the last can I borrow something from you?” tanya Mevin.
“Iya, apa?”
“Can I borrow your kiss? I promise I’ll give it back―” Sekarang gantian sebelum Mevin menyelesaikan kalimatnya, Grace sudah menyambar bibir Mevin dengan kecupan singkat. Mevin terdiam lalu tersenyum, saat kecupan direnggangkan, Mevin memberikan tiga kecupan berturut-turut kepada Grace.
Maka Grace membulatkan matanya lalu keduanya saling menangkup pipi pasangan mereka, disaat yang bersamaan keduanya menyatukan belah bibir mereka bersamaan. Seringai muncul dari wajah keduanya namun tetap mereka lanjutkan kecupan tanpa melumat itu.
Saat kecupan direnggangkan, Grace menatap Mevin dan saling tersenyum satu sama lain, masih tidak percaya keduanya menjalin hubungan sejauh ini. Setelahnya, Mevin membawa tubuh Grace untuk direbahkan di ranjang lagi dan mereka saling berbagi pelukan lagi. Kalau saja waktu itu jarak membuat keduanya berakhir dalam sebuah kata “usai” pastilah mereka tidak saling merengkuh saat ini. Nada sumbang dalam hidup mereka saling disambung jadi satu, nada rumpang saling diisi sehingga semuanya―rampung.