FWB
Jaehyun Oneshot AU
written by : awnyaii / ruamhati
Dalam hidup ada kalanya kita meminta seseorang untuk tinggal dan pergi. Jangan menghalangi jika seseorang ingin pergi. Jangan menahannya dalam dekap kala ia tidak ingin lagi untuk menetap. Cuaca malam ini lebih dingin dari biasanya. Jeviere dan Patrice sudah bersepakat untuk bertemu di sebuah hotel malam ini, karena terjebak macet dan lembur Jeviere tiba sedikit lebih lama dari Patrice. Wanita berusia dua puluh lima tahun itu menunggu pria yang ia anggap dan menganggapnya FWB atau Friends With Benefits sambil memandang langit malam di balkon kamar hotel itu, walaupun mendung menggantung awan hitam menggulung menghalangi cahaya sang rembulan ia tersenyum sambil menghela napas panjang.
Patrice bergumam dalam hati, “Jeviere, nggak masuk akal kalau dipikir. Cuma kenal dari base alter awalnya gfrent lama lama cuddle care lama lama booking juga buat yang lain.”
Terkadang Patrice heran dengan apa yang ia alami. Pria dua puluh tujuh tahun semapan setampan Jeviere yang nyaris sempurna itu masih betah dalam kesendiriannya. Kebersamaan dalam hubungan FWB itu sudah terjalin selama dua tahun. Selama mengenal Patrice pun Jeviere tidak pernah berhubungan atau memamerkan kedekatan dengan wanita lain.
Patrice memang masih belum membuka pintu hatinya semenjak perpisahan dengan mantan pacarnya tiga tahun lalu. Kekasihnya meninggalkannya karena berselingkuh dengan wanita lain. Padahal keduanya sudah saling melakukan hubungan intim. Lagi, dengan embel-embel dan janji MENIKAH. Beberapa hari menuju pernikahan kekasihnya memutuskan sepihak dengan tidak baik-baik hubungan mereka yang sudah sangat serius. Semenjak saat itu Patrice menjadi hilang arah, hatinya sakit bukan main.
Tak lama kemudian Patrice merasakan ada yang memeluknya dari belakang dan menaruh dagunya di pundak Patrice serta menghujam pipi Patrice dengan beberapa ciuman. “Jeviere―” Patrice terkikik geli.
“I miss you, capek banget tahu. Lembur terus tipes lama-lama,” gerutu Jeviere. Patrice mengelus punggung tangan Jeviere yang melingkar di perutnya lalu berbalik badan menghadap ke pria itu, dilihatnya wajah lelah dan sayu Jeviere. Satu tangan Patrice merapikan surai hitam Jeviere, satu tangannya ia gunakan mengelus pipi Jeviere.
“Masih mau ngeluh nggak? Ngeluh sama meluk mau?” Tanpa kata Jeviere melayangkan pandangan yang sumringah itu lalu mendaratkan beberapa kecupan ke pipi wanita di depannya itu. Patrice hanya mendengus kesal sambil memukul pelan lengan Jeviere.
“Kamu juga capek kan? Ayolah rebahin bareng lelahnya.” ucapan itu direspon senyuman dan anggukan kepala dari Patrice. Jeviere pun langsung membopong tubuh Patrice dan menidurkan Patrice di ranjang, “Aku mandi dulu ya?” kata Jeviere, Patrice mengangguk.
Jeviere melenggang masuk ke kamar mandi, Patrice dibuat bingung oleh perlakuan pria satu ini. Sudah kira-kira satu tahun Patrice tidak memiliki client lain, hanya Jeviere. Jeviere selalu mengajak Patrice bertemu seminggu sekali atau dua kali. Bayaran yang Jeviere berikan juga sangat amat cukup untuk Patrice. Terbiasa menggunakan aku―kamu kadang membuat Patrice juga dihujam damage yang Jeviere berikan kadang tanpa aba-aba. Tak lama Jeviere keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah, celana pendek dan tanpa kaos.
“Patrice cantik,” goda Jeviere dan merebahkan dirinya di sebelah patrice sambil mendekatkan rambut basahnya ke wajah Patrice.
“Ish, apaan sih geli, Jev haha,” kalimat itu tidak diindahkan Jeviere karena pria itu langsung mengecup bibir Patrice dan memeluk Patrice hangat. “Ayo, mana katanya mau ngeluh,” ujar Patrice sambil sedikit mendongakkan kepala menatap Jeviere, pria itu tersenyum lalu menghela napas.
“Capek aja kerja, capek juga nunggu,” katanya.
“Nunggu apaan?”
“Kamu. Nunggu kamu buka hati buat aku.”
“Ngaco!” Patrice mencubit pipi Jeviere keras-keras.
“Serius, kamu nggak pernah peka sih. Heran aku.” Jeviere tersenyum smirk menggoda sambil menarik Patrice mendekat kepadanya. Patrice memukul pelan dada Jeviere sambil tersenyum.
“Jev, kenapa sih kamu mau fwb an sama aku dan ngelarang aku buat ambil slot buat client lain?”
“Kan aku selalu bilang aku suka kamu.”
“Fuck you.” Patrice memanyunkan bibirnya.
“Sampai kapan kamu mau nutup hati? Satu orang nyakitin kamu bukan berarti semua laki-laki yang datang setelah dia bakalan nyakitin kamu juga, termasuk aku,” kata Jeviere. Patrice terbahak lalu mengubah posisinya menjadi duduk, Jeviere pun merubah posisinya tidur di paha wanita cantik itu. Patrice mulai merapalkan ceritanya sambil tangannya bermain di surai Jeviere dan wajah pria tampan itu.
“Jev, aku belum menemukan kata penerimaan yang aku cari, dengan semua keadaanku. Jujur, aku juga sedikit menyesal sama kejadian dulu, not about the having sex, but why did i met him. Kalaupun aku berikan semuanya setidaknya nggak sama bajingan, sex doesn’t make him stay i did it with love, he did it just to fulfill his lust. See the different? Kalau aja perpisahan kita baik-baik mungkin aku lebih bisa menerima keadaan. Kamu tahu sebelum aku sama dia pisah dia sempat bilang aku wanita yang sudah rusak dan murahan, no regret kok, tapi ya setelah itu aku merasa am I precious enough? Bahkan dia yang renggut semuanya dari aku pun ngatain aku rusak murahan makanya aku biarin aja hidupku rusak sekalian, there’s no place to go.”
“Waktu nggak bisa ditebak, aku nggak menyalahkan kamu melakukan itu I don’t even care kamu mau having sex sama siapa. Aku lihat kamu ya sebagai Patrice yang aku kenal. Yang ada dunia besar di isi kepalanya.” tangan Jeviere meraih dagu Patrice dan mengelusnya perlahan.
“Sejauh ini aku selalu gagal Jev menjalin hubungan.”
“Selama ini aku belum bisa ngomong berhasil atau gagal soalnya dia belum dalam genggaman,”
“Hah iya? Kenapa nggak minta kejelasan?”
“Patrice be mine? Biar jelas.”
“Apaan sih!” Patrice mendelik kaget lalu mencubit lengan Jeviere keras.
“Ish sakit,” Jeviere meringis kesakitan lalu mengubah posisinya menjadi duduk di sebelah Patrice. Wanita itu membuang pandangan ke sembarang arah tidak mau menatap Jeviere.
“Sini pangku, cepetan, aku maksa nih!” kata Jeviere menggoda Patrice. Tangan Jeviere meraih lengan Patrice membimbing wanita itu agar mau duduk di pangkuannya dan menghadapkan wajahnya kepada Jeviere.
“Apa sih kamu mah.” Patrice kesal namun tetap saja tangannya ia kalungkan di leher Jeviere.
“Trust me, kamu nggak capek berkelana terus? Aku disini udah mau jadi rumah, dari dua tahun lalu pun aku siap jadi rumah buat kamu tapi kamunya aja nggak pernah anggep aku serius. Patrice, denger ya, jangan sama ratakan semua seperti mantan kamu yang biadab itu. Aku cemburu kalau kamu ada client lain makanya aku selalu booking kamu. Aku cemburu kalau kamu jalan sama laki-laki lain.”
“Jev...”
“Aku dan kamu nggak akan pernah tahu apa yang bakalan terjadi di masa depan, kita ada di bawah langit yang sama. Kenapa nggak memandangnya berdua untuk waktu yang lama? Kita berpijak di bumi yang sama kenapa nggak berjalan beriringan bersama untuk seterusnya? Pernah kamu lihat aku sama wanita lain? Pernah aku bilang suka sama wanita lain? Pernah aku bilang bosen sama kamu? Enggak kan?”
Patrice masih mencerna kalimat yang dirapalkan Jeviere, ia menatap wajah Jeviere nanar, matanya memerah dan panas. Namun tanpa aba aba Jeviere pun melumat bibir Patrice, tanpa penolakan Patrice membalasnya mesra. Kedua tangan Jeviere memegangi pipi Patrice menekannya pelan memperdalam ciumannya. Patrice melingkarkan tangannya di leher Jeviere. Pria itu membiarkan Patrice menduduki kejantanannya, kewanitaan Patrice digesek gesekkan di atas kejantanan Jeviere sambil terus melumat bibir pria itu. Patrice yang hanya memakai tanktop dan hotpants tak kalah membuat Jeviere tergoda, Sial! Patrice mengumpat dalam hati karena Jeviere memang selalu memperlakukannya seperti ini kala ia datang.
Namun Patrice masih terkejut dengan pengakuan Jeviere. Tangan Jeviere juga menuntun Patrice melepaskan tanktopnya sensual. Jeviere pun membiarkan Patrice menguasai permainan atas tubuhnya.
“Should we?” Jeviere menggoda disela ciumannya, Patrice mengiyakan ajakan pria tampan itu. Jeviere menidurkan Patrice di ranjang dan ia pun melepaskan semua yang Patrice kenakan melempar ke sembarang arah lalu ia juga melepaskan celana dan bra yang masih dipakai Patrice,
“Masa Cuma aku yang naked?”kata Patrice.
“Should I?” tanya Jeviere menggoda, wanita itu mengangguk dan menuntun Jeviere melepaskan celana yang Jeviere kenakan. Mereka berdua benar-benar naked sekarang. Jeviere pun mengungkung tubuh Patrice. Bibir mereka bersatu dalam satu pagutan, mereka menelusupkan lidah satu sama lain dan bertukar saliva. Jeviere memegangi tangan Patrice diatas kepala gadis itu dengan satu tangannya. Sebelah tangan Jeviere memainkan dan memilin payudara Patrice, keduanya tidak bisa menahan diri. hal ini sudah Jeviere dan Patrice lakukan sejak awal berhubungan namun hubungan mereka pun belum menemukan titik terang karena Patrice yang masih menutup diri dari Jeviere. Padahal pria itu serius dengan perkataannya. Deru napas Jeviere dapat Patrice rasakan di sekujur wajahnya. Satu lenguhan lolos dari mulut Patrice kala Jeviere memilin payudara Patrice dengan jarinya,
“Nghh, Jev―” Tanpa babibu Jeviere menurunkan ciumannya ke leher Patrice, gadis itu sampai mendongakkan kepala kala bibir dan lidah Jeviere bermain di leher jenjangnya, menghisap dan menjilatnya membuat Patrice mabuk kepayang. Tak hanya itu Jeviere juga menghisap puncak payudara Patrice, memainkannya dengan lidahnya yang membuat Patrice menggelinjang bahkan meremas spreinya sesekali, tangan Patrice pun Jeviere lepaskan ia gunakan satu tangannya untuk meremas satu payudara Patrice dan tangan satunya ia gunakan untuk menyapa liang surgawi Patrice.
“Say my name.” Jeviere menyeringai sebelum menjilat dan menciumi bagian leher Patrice. Lidah dan bibirnya sangat lihai bermain di payudara sintal milik Patrice. Tak berhenti disitu bibir dan lidah Jeviere turun mengeksplor perut Patrice, ia sedikit melirik wanitanya yang sedang menggelinjang disana. Jeviere juga membuka paha Patrice lebar -lebar, ia memberikan smirk kepada wanita dibawah kekuasaannya itu.
“Can I?” tanya Jeviere, Patrice mengangguk, Jeviere mengecup bagian dalam paha Patrice sampai ia di daerah kewanitaan Patrice, ia memainkan lidahnya disanam memainkan clit Patrice sambil menusuknya dengan lidahnya, menjilat dan menggigit nya kecil. Ia gunakan jarinya juga untuk membuat permainan itu semakin menyenangkan. Patrice sudah mabuk kepayang dibuat Jeviere akibat ulah lidah, bibir dan jari pria itu.
“Jeviere! Aahh...” diatas sana Patrice sudah menggila akibat perbuatan Jeviere. Patrice meremas remas rambut Jeviere tatkala menikmati permainan Jeviere. Beberapa kali Jeviere menyerang dengan lidah dan jarinya bagian sensitive Patrice. Gadis itu menahan napas kala Jeviere menggerak gerakkan lidahnya liar dibawah sana.
“Ahhh hmph,” racau Patrice, Jeviere pun memasukkan satu jarinya dan menggerakkannya dibagian itu, Patrice semakin kacau, menggeliat dan menggelinjang hebat kala Jeviere memasukkan dua jari bahkan menggerakkan dengan cepat. Jeviere memainkan dua jarinya lagi sebelum meminta untuk bertukar posisi.
“Do you want to play with my lil bro?”
“Yas,” jawab Patrice sambil menggigit bibirnya. Jeviere bertukar posisi setengah bersandar di ranjang, tangan Patrice lihai bermain di kejantanan Jeviere yang sudah menegang itu. Dielusnya pelan dan dikecupnya ujung penis Jeviere dengan sensual.
“Come on,” jawab Jeviere, Patrice pun mulai memasukkan kejantanan Jeviere ke dalam mulutnya dan memainkan lidahnya dengan aktif.
“Ahh, Patrice,” desah Jeviere yang sudah memejamkan mata dibuat Patrice. Wanita itu mempercepat gerakannya memasukkan kejantanan Jeviere sampai mengenai pangkal tenggorokannya.
“Yeshh ahhh,” desah Jeviere. Beberapa menit berlalu hingga saat Jeviere merasa harus menyudahinya sebelum ia sampai di pelepasannya, ia berbisik.
“Wanna try sixty nine?” tanya Jeviere nakal, Patrice mengangguk, mereka ubah posisi senyaman mungkin hingga akhirnya Jeviere bersiap melahap bagian sensitive Patrice lagi. Patrice langsung memasukkan kejantanan Jeviere ke dalam mulutnya lagi setelah mengatur posisi badannya dan Jeviere.
“Nghh,” desah Jeviere kala Patrice mulai menjilat dan mengulum kejantanannya, begitu juga dengan Jeviere kala ia memainkan clit Patrice pun gadis itu meracau.
“Sshhh―akhh!!” Patrice memaju mundurkan gerakan kepalanya dan mengulum milik Jeviere dan menyadari milik Jeviere semakin menegang ia menjilati bagian ujung penis Jeviere yang membuat pria itu menggila juga.
“Jeviere ahh...” Patrice mengulum kejantanan Jeviere dan memaju mundurkan kepalanya dan membiarkan lidahnya bermain di seluruh permukaan sesuatu yang memenuhi mulutnya itu.
Lalu saat keduanya menghentikan kegiatannya kala Jeviere dan Patrice semakin panas, kali ini Jeviere mengukung tubuh Patrice dibawah kuasanya, dengan satu kali hentakan miliknya bisa memasuki milik Patrice dengan sempurna. Gadis itu menggigit bibirnya, ia mengalungkan tangannya di leher Jeviere dan memberikan tatapan sayu, Jeviere menepis jarak antara tubuh keduanya lumatan itu dilayangkan Jeviere ke bibir Patrice lagi dan berlangsung lama, tangan Patrice meremas surai Jeviere, pria itu tidak memberikan ruang untuk Patrice menghela nafas
“Nghh―Jeviere, ahhh,” desah Patrice kala Jeviere sesekali memaju mundurkan pinggulnya pelan. Sangat pelan bahkan sesekali namun bisa membuat guncangan dan hentakan hebat dalam diri Patrice, “Patrice, you are so fucking hot nghhh,” desah Jeviere.
“You can go faster, mmhhh please don’t stop ahhh, Jeviere...”
Jeviere memimpin permainan dan Patrice masih mengerang dibawah sana. Patrice terus meremas rambut Jeviere, membuat keduanya terbang dan hanyut dalam kenikmatan, Jeviere melepaskan cimannya, namun mempercepat tempo gerakan pinggulnya yang membuat Patrice memeluknya.
“Akhhh!” Jeviere langsung menelusupkan wajahnya di leher Patrice dan memainkan lidahnya disana dan di bagian telinga Patrice. Tak lama Jeviere meminta Patrice untuk berada diatas, Patrice berada diatas tubuh Jeviere dan memasukkan kejantanan Jeviere ke dalam miliknya, sekarang Patrice mulai menggoyangkan pinggulnya, keduanya dipenuhi kabut gairah, Patrice menggoyangkan pinggulnya yang membuat Jeviere merem melek.
“Babe come on ahh,” semakin gila Patrice dibuatnya semakin mabuk juga Jeviere dalam kendalinya. Patrice puas melihat Jeviere yang terengah engah dibawah sana.
“Can I go faster?” tanya Patrice. Jeviere mengangguk, Patrice menggoyangkan pinggulnya naik turun dan kadang memutarnya membuat Jeviere meracau.
“Patrice sshh,” desahan Jeviere terdengar sangat merdu di telinga Patrice. Patrice tak berhenti disitu ia juga melumat bibir Jeviere namun Jeviere membalasnya kasar dan penuh nasu, Jeviere melumat dan menggigit bibir bawah Patrice, lidahnya menelusuri seluruh rongga mulut Patrice. Jeviere menghisap bibir atas dan bawah Patrice bergantian, Jeviere semakin gila dan mendesah kala merasa miliknya semakin diremat kuat dibawah sana. Jeviere memutar posisi membuat Patrice berada dibawah, ia menggerakkan pinggulnya maju mundur sedikit cepat sambil melahap payudara Patrice bahkan menggigit dan memilin secara bergantian.
“Jeviere!” bahkan kini Patrice memekik dalam desah, semakin membuat Jeviere kacau, ia menambah tempo gerakannya yang membuat Patrice gila, Jeviere menyangga tubuhnya dengan kedua tangannya agar bisa menatap wajah menggoda Patrice.
“Slow or fast?” tanya Jeviere.
“Jangan mainin aku, faster!” pekik Patrice kala Jeviere tiga kali menghentakkan pinggulnya kuat kuat hingga menyentuh bagian sensitive Patrice. Tempo gerakan pinggul Jeviere semakin brutal, peluh sudah membasahi dahi keduanya namun menambah kesan seksi, Jeviere mempermainkan Patrice habis-habisan kadang ia mempercepat gerakan kadang ia memperlambatnya yang membuat gadisnya semakin gila.
“Don’t stop Jeviere―”
Hentakan kasar dari Jeviere yang meminta Patrice mendesiskan namanya dituruti gadis itu namun Jeviere malah memperlambat tempo gerakan pinggulnya.
“Jev jangan gitu, nyiksa, jeviere!” rengek Patrice, Jeviere menghentikan gerakan pinggulnya dan kembali menyambar payudara sintal Patrice satu tangannya ia gunakan untuk meremas payudara Patrice, bibir dan lidahnya berputar di puting Patrice yang membuat gadis itu menggelinjang. Jeviere kadang menggigit sedikit lalu menyesap payudara itu lagi, meninggalkan bekas ciuman di dada dan payudara Patrice. Jeviere selalu bisa memuaskan Patrice begitu juga sebaliknya, akhirnya tanpa aba aba lagi Jeviere menggoyangkan pinggulnya dari tempo lambat menjadi semakin cepat.
“I can’t hold again, babe,” desis Jeviere badan Patrice bergetar kala lelaki itu semakin gila dengan kecepatan temponya. Keduanya mengerang kala mendekati pelepasan.
“It’s almost―”
“Together babe mmhhh...” tubuh Patrice menggelinjang dadanya membusung kala Jeviere memberi beberapa hentakan keras dengan tempo cepat.
“Ahhhh!” keduanya mendesah bersamaan kala Patrice merasa ada cairan hangat yang memenuhi bagian bawahnya karena Jeviere menyemprotkan cum nya di dalam sana. Beberapa detik kemudian mereka berdua membaringkan tubuh bersebelahan, saling memeluk satu sama lain dan mengecup bibir satu sama lain untuk beberapa detik.
“You’re so fucking hot, Patrice.” Bisik Jeviere. “Jev, baru kali ini kita nggak pakai pengaman, kalau aku hamil gimana?”
“Nggak papa biar lebih gampang nikahin kamunya, aku serius! FWB nya kita setelah ini Friends Wedding Beneran! I hope you're gonna having my child!”
“Jeviereee!!!” Jeviere menarik Patrice dalam dekapannya erat dan mengecup bibir Patrice berkali-kali.
END support link on https://trakteer.id/awnyaii