GERIMIS
Clayton melihat seseorang tengah berjalan diantara gerimis, ia membuat laju sepeda motor beatnya sedikit lebih cepat untuk mendapatkan posisi di sebelah seseorang yang ia lihat itu. Sedangkan Natasha masih menapaki jalan dengan langkah yang sedikit cepat tanpa payung.
Hingga akhirnya Clayton ada di sebelah Natasha dan membunyikan klakson motornya yang mengagetkan Natasha.
TIN!
“Setan!” Sontak Natasha kaget dan mengumpat menoleh ke arah Clayton, ia tidak tahu kalau Clayton atau yang ia kenal sebagai Mas Isa ada di sana.
Mata lelaki itu langsung membulat mendengar teriakan emosi dari Natasha tapi sedikit menahan tawa.
“Buset, kenceng amat, habis nelen bensin? Ngegas banget,” kekeh Clayton.
“Lo ya! Bener-bener, jantung gue mau copot!” Natasha ngomel dan menghentikan langkahnya begitu juga dengan Clayton yang menapakkan kakinya menghentikan motornya.
“Pasang lagi kalau copot.”
“Lo pikir portable nih organ vital gue?!” dengus Natasha kesal.
“Ayo,” kata Clayton lagi.
“Apaan?”
“Bareng sampe kos, saya anterin,” Clayton menawarkan. Natasha menggeleng lalu memakai hoodienya, Natasha langsung melanjutkan langkahnya lagi.
“Gerimis gini, biar cepet sampai, sini bareng, nggak bakalan saya culik lagian,” kata Clayton masih gigih menawarkan. Natasha mendengus kesal, ia kesal karena Clayton masih terus menaiki motornya dengan lambat bersamaan dengan langkahnya.
Lagipula kaki Natasha juga lelah, akhirnya ia terima ajakan Clayton.
“Ya udah, iya, Mas.”Natasha pun naik ke motor beat milik Clayton itu. Ia menaruh tas belanjaannya di tengah diantara tubuhnya dan Clayton lalu berkata, “udah.” Clayton melirik Natasha dari spion, memberikan senyum tapi Natasha malah melotot dan mengacungkan kepalan tangan seakan ingin memukul Clayton, lelaki itu memutar bola matanya dan melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
Ternyata selain pandai memasak, mengkreasikan berbagai jenis makanan, Clayton juga baik, Isa maksudnya. Di mata Natasha, Isa namanya.
“Neng habis belanja apaan?” tanya Clayton.
“Gerimis!” balas Natasha.
“Iya belanja gerimis iya,” batin Clayton sambil terkekeh dalam hati.
“Belanja apaan, haji bolot!” ujar Clayton sekali lagi dengan suara yang lebih keras.
“Aduh gue budeg kalau di jalan gini, nanti aja tanya-tanyanya, Mas!” Hal itu disambut Clayton dengan tawa ringan lalu melajukan motornya sedikit lebih cepat dari sebelumnya.
Sesampainya di depan kos Natasha, Clayton menghentikan motornya dan Natasha turun dari sana.
“Makasih, Mas,” kata Natasha sambil tersenyum.
“Iya sama-sama, besok sarapan bubur apa roti bakar?” tanya Clayton.
“Bubur aja deh, lebih kenyang. Tapi inget ya nggak pakai kacang sama daun bawang.”
Clayton merespon dengan anggukan kepala dan acungan ibu jari.
“Emang neng Natacong kerja dimana?”
“Kantor perusahaan Sylv Group.”
“HAH?!” Clayton kaget dan membelalakkan matanya.
“Apaan sih, lo! Hah heh hoh, santai aja, anjir,” kata Natasha sambil menepuk keras pundak Clayton.
“Sakit anjir markonah!!” gerutu Clayton.
“Ya lo udah dua kali ngagetin gue ya iler tapir!”
“Diem lo cewek jadi-jadian!”
“Yeh, lo bungkus indomie diem aja deh!” Clayton hanya menjulurkan lidah lalu kembali melaju dengan motornya, lagi dan lagi Natasha dibuat kesal oleh kelakuan pemilik warung indomie itu.
Rasanya pukulan bertubi-tubi atau cubitan keras ingin Natasha layangkan kepada lelaki tadi. Tapi Natasha hanya mengedikkan bahu lalu kembali masuk ke kosnya.
Natasha menaruh belanjaannya di atas meja lalu ia menghempaskan tubuhnya di kasur. Menatap langit-langit kamar. Ia rindu suasana rumah, ia rindu Papa dan Mamanya. Ia rindu kakak dan adiknya.
Tapi, kadang Natasha terlalu gengsi untuk menyatakan kerinduannya. Akhirnya ia timbun lagi kerinduannya sendiri hingga nanti di saat libur ia bisa bertemu semua anggota keluarganya. Pandangan Natasha tertuju kepada sebuah foto yang bertengger di atas meja kecil di sebelah tempat tidurnya, fotonya yang tengah saling merangkul dan merengkuh raga seorang lelaki. “I miss you,* Winston,” kata Natasha lirih.