Grace Mevin
Mevin langsung menuju ke kamar untuk memastikan keadaan kekasihnya yang masih terpengaruh alkohol itu. Beberapa kali Mevin mengetuk pintu, akhirnya Grace membukanya. Mata sayu Grace menatap Mevin, Grace hanya langsung menghempaskan tubuh ke pelukan Mevin.
“Kenapa lama?” tanya Grace dengan nada manjanya itu.
“Udah ngebut, buset, kangen banget ya sama aku?” kata Mevin terkekeh.
Grace tersenyum sebentar, “Itu foto tadi, masa foto kita, kamu nggak bohong? Kamu ciuman kali sama mantan kamuuu?!!” raut wajahnya berubah kesal seketika, Grace menjauhkan tubuhnya sesaat namun tubuhnya terhuyung hingga Mevin sigap menangkapnya.
“Susah ngomong sama orang mabok,” kata Mevin sambil meraih tubuh Grace langsung menggendong kekasihnya itu lalu menutup pintu kamar.
Grace hanya geleng-geleng pelan, tangannya melingkar di leher Mevin.
“Kamu kalau selingkuh aku gebuk kepala kamu pakai galon yaaa Mevinnnn!” nada Grace meninggi namun matanya memejam, sesaat kemudian ia terkekeh. Mevin hanya geleng-geleng dengan tingkah kekasihnya ini.
“Mau bukti?” tanya Mevin sambil menidurkan Grace di ranjang perlahan.
Grace mengangguk.
Maka saat itu juga Mevin langsung menundukkan wajahnya dan mengecup bibir Grace untuk beberapa detik.
“Gini, kan? Percaya?” tanya Mevin.
“Such a sweet lips,” kata Grace sambil tersenyum. Kecupan Mevin sudah habis tapi hangatnya masih tersisa di jantung Grace. Membuat degup yang tidak biasa. Pada senyuman indah paras Mevin, Grace tenggelam.
“Mevin?”
“Ya?”
“Mevin, I love you so much,” kata Grace dengan nada lesu. Sedikit aneh rasa hati Grace, hingga kerutan dahi hiasi wajah Grace.
“Love you more.”
Maka saat hening melanda, Mevin tautkan jari mereka dengan sengaja. Membuat sang pemilik raga saling menatap satu sama lain.
“Mevin―” Grace berkata lirih, tidak ia selesaikan kalimatnya karena kini Grace meraih rahang Mevin dan ia kecup sejenak bibir sang tuan. Mevin saat itu tidak bisa membohongi diri bahwa ia juga terpancing. Lalu dengan sigap, tangan kanan Mevin langsung memegangi rahang Grace dan melanjutkan serta membalas lumatan sang puan. Seketika itu juga keriuhan tenggelam ditelan purnama dan kalah oleh lumatan yang menimbulkan desah yang dibagi berdua diantara cumbu panas keduanya.
“Udah percaya? Itu foto kita, bukan foto sama siapa-siapa, sayang,” ucap Mevin sambil membelai pipi Grace pelan lalu mengecup pipi Grace.
“I’m sorry, aku sayang kamu,” rengekan gemas dari Grace dibalas Mevin dengan mengambil posisi berbaring lalu memeluk istrinya itu. Semakin Mevin menjajaki setiap inchi tubuh Grace semakin ia tidak ingin melepaskan Grace. Begitu juga sebaliknya, semakin dirinya dijajak Mevin semakin Grace juga menautkan hati dan perasaannya kepada lelaki ini.
Ruang gerak antara keduanya semakin sempit menghantarkan Mevin mengecup dahi Grace beberapa kali secara singkat. Grace sedikit terkekeh, maka Mevin berikan kecupan di pipi dan ujung hidung Grace. Keduanya saling mengecup bibir untuk beberapa saat dan saling merengkuh dalam peluk. Bergulung di dalam satu selimut, bertukar peluk dan memejam serta menumpahkan semua kelelahan yang dibayarkan dengan satu rengkuhan paling nyaman. Tanpa pikir panjang, Grace pun memeluk Mevin erat. Keduanya diam tanpa berkata sepatah kata pun. Pelukan satu sama lain adalah peraduan paling sempurna. Sang tuan dan puan enggan melepaskan jika sudah bersatu dalam sebuah pelukan. Meski badai silih berganti menemani kehidupan mereka dan perjalanan mereka, sebentar lagi keduanya akan bermuara. Mengisi hari-hari satu sama lain dengan kehadiran masing-masing.