HUG HER

Hari ini Raymond dan Shannon berjanji akan pulang bersama setelah mentoring untuk persiapan pemilihan ambassador. Shannon masih memainkan ponselnya dan menunggu di gedung yang dekat dengan parkiran mobil. Sementara Raymond belum mengirimkan pesan kepada Shannon. Beberapa teman yang lewat di depan Shannon menawari Shannon untuk pulang bersama tapi Shannon menolak dengan halus tanpa memberitahukan kalau ia akan pulang bersama Raymond. Takut jadi gosip katanya.

Akhirnya ponsel Shannon pun berdering, ia melihat nama Raymond di sana. “Shan, aku di parkiran, ya. Kamu kesini aja, maaf nggak nyamperin ke tempat kamu karena tadi habis bantuin angkat barang-barang buat geladi bersih besok.” Sebuah pesan Shannon terima, membuat Shannon mengulas senyum dan buru buru berlari kecil menuju parkiran mobil yang ada di belakang kampus. Shannon juga sudah membawa paper bag berisi dua cup minuman yang sudah ia beli untuknya dan Raymond. Bahkan Shannon sampai menanyakan rasa minuman kesukaan Raymond kepada Jacob, sahabat Raymond.

Entah mengapa Shannon begitu antusias setiap ia hendak bertemu Raymond. Tidak hanya bertemu, bahkan saat berkirim pesan pun rasanya berbeda, ada sesuatu yang aneh di dalam hati Shannon. Langkah Shannon pun hampir sampai di parkiran, tapi jarak beberapa meter sebelum tiba di dekat mobil Raymond, Shannon menghentikan langkahnya. Ia begitu tercekat dan kaget melihat Raymond tengah memeluk seorang perempuan lain.

Jantung Shannon berdegup cepat, ia memundurkan langkahnya, jelas sekali Raymond dan perempuan itu saling memeluk satu sama lain selama beberapa saat sebelum saling melepaskan pelukan dan nampak berbicara serius satu sama lain. Shannon geram, ia ingin marah tapi ia sadar, atas dasar apa Shannon marah? Tangan Shannon masih terkepal kesal, ia memutar bola matanya dan menatap langit malam menahan air mata yang sebentar lagi mungkin akan terjatuh itu.

Perlahan tangan Shannon mulai mengambil ponselnya, mengirimkan pesan kepada Raymond yang bertuliskan, “aku dijemput Papa, tiba-tiba mau pergi, aku duluan ya kak, maaf.” Shannon berbohong, ia pun berlari menjauh, berhenti di dekat tempat sampah dan membuang dua cup minuman yang sudah ia beli itu. Air mata Shannon menetes tapi ia usap dengan kasar. Lalu ia berjalan cepat dan memesan taksi online. Saat sudah di dalam taksi pun sebenarnya Raymond mengirimkan beberapa pesan kepada Shannon tapi Shannon membiarkannya tanpa membukanya sama sekali.