THAT NIGHT

Grace berjalan mengendap dan mengintip dari balik gorden jendela rumah, Grace melihat Mevin duduk di kursi teras sambil melipat kakinya bersila, di meja terdapat dua cup kopi yang biasa kami berdua beli. Ah, sial! Sebenarnya Grace juga ingin ada di sana menemani Mevin ngobrol santai dan menikmati kopi itu berdua. Tapi Grace masih terlalu kesal karena bisa-bisanya Mevin lupa akan janji yang sudah mereka berdua buat sebelumnya.

Ddrrttt! Ponsel Grace bergetar, panggilan suara dari Mevin, Grace langsung menekan tombol merah. Begitu seterusnya sampai empat kali. Grace pun melihat Mevin beranjak dari duduknya, Grace cepat-cepat bersembunyi dibalik pintu yang tidak akan bisa Mevin lihat.

“Grace… sayang! Bukain pintunya!” serunya sambil terus mengetuk pintu rumah.

“Grace! Maafin Grace, ya? Bukain, ya? Kamu tega Grace dikerubutin nyamuk disini?” nada suaranya sudah menjadi sedikit merengek sekarang. Tanpa Grace sadari Grace menarik satu sudut bibirnya, tak bisa dibohongi, rengekan Mevin adalah salah satu hal yang bisa memancing wanita itu tersenyum. Wajahnya yang kadang masih seperti anak kecil ditambah rengekannya kalau sudah merasa bersalah memang kadang membuat Grace gemas.

“Grace, dingin… sayang… dingin tahu di luar,” kata Mevin lagi sambil masih mengetuk pintu rumah. Arghh!! Tidak bisa, Grace pun membuka pintu rumah dan Mevin jelas nampak terkejut karena Grace tiba-tiba saja membukanya.

“Sayang!” seru Mevin sambil tersenyum sumringah. Tapi, Grace masih memasang muka cuek.

Grace berjalan terlebih dahulu untuk duduk di sofa sementara Mevin berbalik sebentar meraih dua cup kopi yang ia bawa tadi, menutup pintu rumah dan langsung menyusul Grace ke sofa. Mevin menaruh dua cup kopi itu di meja di depan Grace lalu Mevin duduk dengan posisi sedikit serong menghadap ke istrinya itu.

“Sayang,” kata Mevin sambil meraih tangan Grace. Sementara Grace hanya menoleh menatap Mevin datar tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

“Maaf,” katanya lagi dengan nada penuh penyesalan.

“Bodoamat!”

“Grace…”

“Bodoamat!” kata Grace lagi sambil menyilangkan tangan di depan dadanya.

“Maafin, ya.. ya … ya…?” Mevin memohon lagi.

“Aku udah beli pizza sama cemilan lain, tahu nggak?” Grace masih kesal.

“Ya udah sekarang aja, kita kan besok off day, iya kan?”

“Ah palingan habis ini kamu baru nonton sebentar terus tidur,” ujar Grace sambil bangkit berdiri hendak berjalan ke kamar tapi Mevin langsung sigap bangkit berdiri dan memeluk Grace dari belakang.

“Janji, aku pesen double espresso, dijamin melek. Mau sampai pagi juga ayok aku jabanin, jangan marah. Gracelline… don’t be mad please …” pinta Mevin, Grace ingin melepaskan lengan yang melingkar di pinggangnya itu tapi tidak bisa.

Please forgive me, babe. I promise turutin kamu malem ini,” kata Mevin lagi sambil menaruh dagunya di pundak Grace. Sebuah ide pun muncul di otak Grace kali ini.

“Janji? Turutin mau aku?” tanya Grace, Mevin pun melepaskan pelukan dan membawa tubuh Grace menghadapnya, Mevin mengangguk dan tersenyum.

Netflix and chill, oh ya… and also show me your abs, katanya sibuk ngegym sampai lupa janji sama istri, ada hasilnya nggak? Kalau nggak ada nggak usah ngegym lagi,” kata Grace. Saat itu juga Mevin berdecih, tanpa aba-aba Mevin membuka kaos yang ia kenakan di depan Grace.

“MEVIN!!!” pekik Grace nyaring sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

“Udah nikah, please, look at this, ada hasilnya nggak?” kata Mevin, Grace perlahan membuka matanya, ia mengamati perut atletis Mevin, betapa terkejutnya Grace mendapati perut Mevin yang sudah sixpack. Mevin juga menunjukkan otot bisepnya yang sudah terbentuk itu. Grace menahan senyumannya sampai akhirnya Mevin menarik Grace ke dalam dekapannya.

“Maafin ya? Maafin aku, ya? Tadi beneran lupa,” ujar Mevin menyesal. Grace pun menghela napas lalu membalas pelukan Mevin itu.

“Ya udah mandi sana, dimaafin kalau udah mandi,” balas Grace.

Mevin pun tersenyum bangga lalu berlari ke kamar mandi dan Grace pun menunggu di sofa di depan TV sambil menata makanan yang sudah ia beli tadi.

—-

Setelah beberapa saat, akhirnya Mevin kembali lagi dengan celana pendek dan kaos oblongnya ia langsung mengambil posisi duduk di sebelah Grace dan merangkul istrinya itu. Tangan Mevin yang satunya meraih remote televisi lalu mulai menyetel film yang hendak mereka tonton.

“Mau nonton apa dulu, princess?” tanya Mevin.

“Cek Toko Sebelah 2 dulu aja.”

Mevin pun langsung memilihkan film yang hendak mereka tonton itu.

“Udah dimaafin belum?” tanya Mevin sambil berbisik di telinga Grace. Istri Mevin itu pun menoleh dan mengangguk sambil tersenyum. Mevin juga tersenyum puas. Akhirnya malam itu mereka melanjutkan rencana mereka untuk menonton film. Persetan dengan waktu tengah malam, kalaupun harus berjaga sampai pagi sudah pasti ada rengkuh Mevin yang menjaga Grace sampai mentari terbit nanti, kalau tidak ya pasti ada kegiatan lain yang mereka lakukan… mungkin.

Grace menyandarkan kepalanya nyaman di dada bidang Mevin selama menonton, tangan Mevin tak henti mengusap lengan, kepala, atau mencubit pipi Grace.

“Mev, diem ah tangannya!” kata Grace. Tapi Mevin tetaplah Mevin yang kadang ngeyel, tangannya malah bergerak ke pinggang Grace dan memberi usapan lembut di sana.

“Mevin!” Pekik Grace sambil menegakkan posisi duduknya.

Mevin yang menatap Grace hanya tersenyum smirk lalu mencium pipi Grace secepat mungkin.

“Mevinnnnn!!”

CUP! Mevin mencium ujung hidung Grace.

“Mevinio Adrian!!!”

Cup! Kening Grace jadi sasaran kali ini.

Grace kehabisan kata-kata, matanya memicing menatap Mevin tapi Mevin menangkup kedua pipi Grace dan memainkan pipi istrinya itu dengan gemas, “Wanna do something fun tonight?” kata Mevin.

DEG! Jantung Grace berdegup terlebih saat Mevin mulai mendekatkan wajahnya dan Grace bisa merasakan hembusan napas Mevin di wajahnya.