JANGAN BOHONGI PERASAAN

Kala itu Pricil memang langsung bergegas menghampiri Natasha dan berniat mengantarkan Natasha ke apotek. Tapi, betapa terkejutnya Natasha saat ia membuka gerbang kosnya, Clayton sudah ada disana berdiri duduk di motornya sambil memainkan handphone nya. Saat menyadari Pricill dan Natasha keluar dari gerbang Clayton langsung mengantongi handphone nya dan menghampiri Pricill dan Natasha.

“Natasha!” Clayton langsung menghalangi jalan Natasha.

Natasha menghela nafas dan memalingkan wajahnya, “Nat, kita cancel aja dulu apa ke apoteknya?” kata Pricil berbisik pada Natasha. Tapi Natasha menatap Pricil sedikit mendelik tapi isyaratkan sebuah pinta agar Pricil tetap di sana.

Tangan Clayton meraih tangan Natasha, digenggamnya tangan Natasha, namun Natasha itu menepisnya kasar dan langsung memberikan tatapan tajam ke Clayton.

“Aku mau ngomong sama kamu, Natasha.”

“Nggak ada waktu!” balas Natasha ketus.

“Gue tinggal aja, ya? Urusan rumah tangga gini takut gue,” timpal Pricill.

“Please, I beg you,” pinta Clayton, kali ini ia terlihat benar-benar serius, Natasha melirik kearah Pricill memberikan kode agar Pricill menunggu di dalam. Pricill pun masuk meninggalkan Clayton dan sahabatnya disana walaupun dengan perasaan cemas.

“Mau apa?” Natasha melepaskan genggaman tangan Clayton dengan paksa. Pria itu menatap mata Natasha lamat-lamat.

“Kamu pasti lihat berita julid di sosmed, ya? Terus kamu berubah gini? Nat, itu sahabat aku.” ucapan Clayton membuat Natasha sedikit kaget.

Bagaimana Clayton bisa tahu?

“ Natasha, please. Jangan diemin aku, lah, nggak kangen apa kita yang sering bercandaan?” suara Clayton menjadi sedikit lesu.

Clayton pun menggenggam tangan Natasha erat. “Clayton! Apaan sih!” kata Natasha lalu berniat melepaskan tangan Clayton.

“Aku nggak akan pergi dari sini sebelum kamu mau terima permintaan maafku,” balas Clayton, Natasha tidak tahu harus bagaimana, bahkan sebenarnya kalau cemburu pun Natasha tidak berhak.

“Yang sama kamu kayaknya lebih selevel, aku mah enggak.” ucapan Natasha itu membuat Clayton semakin kaget, dan saat itu pun hujan turun seketika.

“Nat jangan ngomong gitu,” ucap Clayton dengan nada tinggi.

Mereka berdua masih berada di bawah hujan, saling terdiam. Clayton berusaha meraih jemari tangan Natasha.

“Apa lagi sekarang? udah, ah.” Dan setelah itu Natasha meninggalkan Clayton disana, ia kembali masuk kerumahnya dan meninggalkan Clayton bersama hujan yang menemaninya.

“Eh lo kenapa? Natasha!” Pricill yang kaget melihat sahabatnya itu masuk ke kamar dengan keadaan basah pun langsung menghampiri Natasha yang langsung duduk di tepi tempat tidur, Pricill mengambil handuk dan menyelimuti punggung dan pundak Natasha dengan handuk.

“Nggak tahu, males.” Natasha menyeka air matanya dengan punggung tangannya.

“Kenapa nggak lo dengerin dia? Lihat keseriusan dia, pelan pelan, coba terima Clayton lo bisa tinggalin dia kalau emang dia nggak serius sama ucapannya,” kata Pricill. Hujan diluar pun bertambah deras. Natasha pun hanya mengacak rambutnya kasar dan mendengus kesal, perasaannya sendiri pun tidak ia pahami.

“Udah lo mendingan sekarang ganti baju dulu, basah tuh nanti lo sakit,” ucap Pricill. Natasha pun menuju kamar mandi dan mengganti bajunya. Natasha membasuh wajahnya di wastafel, ia menatap cermin di depannya, menatap bayangan dirinya.

“Pantes nggak sih lo sama Clayton? Bahkan untuk suka sama Clayton tuh lo pantes nggak sih, Natasha?” ujar Natasha pada diri sendiri. Natasha pun bersandar pada dinding dan beberapa tetes air mata lolos juga dari matanya pada akhirnya. Namun ketukan pintu dari luar membuyarkan tangisan Natasha.

“Natasha, keluar, Natasha please!” pekik Pricill dari balik pintu. Natasha langsung membasuh wajahnya di wastafel dan keluar dari kamar mandi.

“Apa?” tanya Natasha datar pada Pricill, namun Pricill lagsung menarik tangan Natasha, membawanya kearah jendela kamar, membuka gorden kamar itu.

“See, I think he is serious, why don’t you try to trust him for now? Hujannya makin deres dan dia masih di sana, Nat, jangan gitu lah. Nggak kasihan tuh anak orang?” telunjuk Pricill menggantung menunjuk Clayton yang ada di luar diterpa hujan deras sambil terus mengetuk pintu gerbang kos Natasha. Tubuhnya basah kuyup padahal air hujan deras mengguyur, Clayton tetap di sana. Tubuhnya bergetar karena sedikit kedinginan.

“Natasha.” Pricill berbisik lirih dan menepuk pundak Natasha. Keduanya bertukar tatap, Pricill menggerakkan kepalanya seakan memberi isyarat bagi Natasha agar menghampiri Clayton.

Natasha pun langsung mengambil payung yang tergeletak di sebelah mejanya lalu keluar dari kamar, Pricill menghela nafas lega. Clayton kaget saat menyadari Natasha keluar dari gerbang dan memayunginya.

“Lo gila ya?!” kata Natasha ketus. Clayton tersenyum lembut, kali ini Natasha menatapnya tajam, mata Clayton terlihat sayu tapi senyuman kelegaan itu terlihat jelas di raut wajahnya.

“Nat, aku nggak ada hubungan sama siapa-siapa. Nat, aku cuma suka sama kamu.”

DEG! “Jangan ngaco,” sanggah Natasha, Clayton tertunduk, lalu Clayton mendekat kearah Natasha, meraih tangan Natasha. Clayton juga memandang gadis yang di depannya ini tajam.

“Nat, aku suka sama kamu, kagum sama kamu, aku nggak butuh waktu bertahun-tahun untuk cinta sama kamu. Lihat kamu nangis aja aku nggak bisa, Nat. Kepedulianku selama ini nggak bercanda, aku suka humor kita, aku suka kamu yang nemenin aku masak, aku suka semua tentang kamu.” Clayton berkata dengan penuh ketulusan, lalu ia menundukkan kepalanya, air hujan yang turun pun tahu bahwa air mata juga mengalir di pipi Clayton saat ini. Natasha mendekat dan mengepalkan tangannya, namun ia terhenti.

“Pukul aku sepuas kamu, pukul aku sampai bikin kamu puas luapin semuanya lewat pukulan pukulan kamu aku nggak akan ngelawan, tapi maafin aku, jangan diemin aku,” ucap Clayton sambil memejamkan matanya membiarkan gadis di depannya ini memukulnya.

BUG!

Satu pukulan yang tidak terlalu kencang mendarat di dada bidang Clayton. BUG! Pukulan itu semakin pelan. BUG! Terulang untuk ketiga kalinya namun semakin pelan. Dan tangan Natasha tidak beranjak dari dadanya itu. Clayton membuka matanya, dilihatnya Natasha seakan menangis, hidungnya memerah, tanpa aba-aba Clayton langsung menarik tangan Natasha dan mendekapnya erat, erat sekali. Natasha berusaha memberontak namun Clayton tetap menahannya dalam pelukan. Perlahan payung di genggaman Natasha jatuh, keduanya membiarkan diri mereka dibasahi oleh rinai hujan yang jatuh.

“Aku tuh ngerasa nggak pantes sama kamu, ngerti nggak?! Aku takut perasaanku ini malah bikin kita jauh, aku trauma disakitin cowok tapi di satu sisi ada suara dari hati kecilku yang bilang kalau kamu nggak akan kayak Winston, tapi kita banyak perbedaan latar belakang, aku tuh nggak ada apa-apanya dibanding kamu, bahkan untuk punya perasaan sama kamu aja aku takut,” tangis Natasha berubah menjadi lebih kencang, tangannya masih memukul mukul dada Clayton. Ia terisak bukan main namun Clayton tetap diam membiarkan Natasha tetap memukulnya melampiaskan semuanya kepadanya.

“Maafin aku, maafin aku yang nggak pernah jujur sama kamu... Tapi nggak ada larangan untuk setiap orang punya perasaan ke siapapun, Nat. Termasuk aku dan kamu, jangan pernah merasa nggak pantes, Nat.. aku serius sama kamu, aku beneran punya perasaan sama kamu, Nat.” Clayton memeluk gadis itu seakan tak ingin melepaskannya lagi.

“Aku mau kamu jadi ujung ceritaku, aku pengen jadi rumah buat kamu, aku mau ada satu perempuan yang bener bener aku perjuangkan, maaf kalau menurut kamu aku jauh dari kata sempurna, bahkan jauh banget dari kata cukup. Aku bakalan sayang sama kamu sepenuhnya, enggak masalah buat kamu kalau kamu sayang sama aku seadanya. Aku akan tetep sama kamu selamanya, walaupun kamu cuma ingin sama aku sampe kemarin, boleh Nat?” kata Clayton dengan nada penuh ketulusan. Clayton mencium kening Natasha dan memeluknya sekali lagi. Sejak saat itu ada rasa yang tak biasa yang Clayton hadirkan, Natasha mendongak menatap Clayton lalu tersenyum haru.

Be mine? Aku tahu, nggak pas banget hujan gini, habis ini kita masuk angin tapi aku mau ngomong ini sekali lagi, would you be mine, Natasha Archie Rivera?”

Natasha tertawa tapi juga mengeluarkan air mata. Natasha mengangguk, lalu Clayton menempelkan dahinya dan dahi Natasha, tangan Clayton menangkup kedua pipi Natasha. Persetan dengan air hujan yang membasahi tubuh keduanya, kini Clayton nekat menggendong dan mengangkat tubuh Natasha memutar bak anak kecil, “NATASHA PACAR GUE SEKARANG!!” kata Clayton kegirangan.

“Clay, apaan sih. Hahaha ... Habis ini wedang jahe ini,” bisik Natasha yang dibalas tawa kelakar dari Clayton.

Dibawah hujan, dengan segala ketulusan dan air mata yang beradu dengan rinai yang turun,perasaan keduanya membuncah. Natasha resmi menjadi milik Clayton hari ini.