JANJI SAMPAI AKHIR

Mencintai adalah sebuah perayaan yang ingin Mevin kenang dan rayakan sepanjang usianya. Untuk kehilangan Mevin tidak ingin meski hanya membaca kata-katanya. Banyak waktu yang sudah dilewati Mevin dan Grace selama ini. Beberapa kali nyawa sebagai taruhan, ketidakpastian dalam hidup, namun keduanya tetap percaya bahwa Tuhan akan berikan jalan keluar dan segala sesuatu yang terjadi adalah yang terbaik.

Di dalam segala perkara dan keadaan, dua anak adam yang mulai saling bertanya akan arti pertemuan mereka. Sejauh apa pun mereka berdua menjajakan langkah, tanpa merasa lelah, masing-masing dari mereka makin enggan menjauh, malah lebih ingin menetap. Tidak saling melempar kesalahan untuk setiap masalah yang datang, tidak ada ujaran kebencian dalam setiap kesalahan yang dibagikan, segala salah paham diselesaikan berdua hingga temukan kebenaran dan titik terang.

“Grace, you must know that I love you so much, I have no regret after decide all those things.” Mevin meraih kedua tangan Grace lalu menyimpannya dalam satu genggaman keduanya kini saling berhadapan.

Me too, hari ke depannya nggak mudah tapi jalani bareng, ya?” Tanpa kata, Mevin melayangkan pandangan yang sumringah itu lalu mendaratkan beberapa kecupan ke bibir wanita di depannya itu. Grace hanya mendengus kesal sambil memukul pelan lengan Mevin. Dengan lelaki yang Grace pilih, ia bersedia menjatuhkan hati sejatuh-jatuhnya dan ia dekap seorang yang ia sematkan sebutan suami itu.

“Grace, maaf karena aku, kamu harus dapet banyak kesulitan selama ini, setelah ini aku bakalan lebih baik dalam menjaga kamu, waktu kamu koma, aku sempat mimpi buruk, buruk banget. Untung cuma mimpi, aku nggak akan pernah siap kehilangan kamu,” gumam Mevin yang masih memeluk wanitanya itu erat.

“Mevin,” Grace merenggangkan pelukan lalu meraih rahang Mevin dengan kedua telapak tangannya, lalu ia tatap lekat pria di depannya, “Don’t be afraid, I’m okay. And thank you for loving and protect me. Selama ini kamu udah jadi suami yang selalu mengusahakan yang terbaik, maaf kalua masih suka salah paham, setakut itu aku kehilangan kamu, saying.”

I will stay here no matter what happened. I will always did, I love you,” balas Mevin. Maka saat itu juga Grace menarik rahang tegas Mevin dan perlahan menyatukan birai mereka dalam sebuah pagutan yang berlangsung lembut untuk beberapa detik, lalu selanjutnya mereka bergantian menghisap belah bibir atas dan bawah masing-masing dari mereka.

Mevin dan Grace tidak lagi sembunyikan luka dan nelangsa, tapi berbagi kasih dan sayang lewat afeksi candu sebuah lumatan yang mereka bagi. Yang menyeruak adalah hanya kebahagiaan hati masing-masing yang ceritakan bagaimana hati tak akan pernah meninggalkan muaranya, untuk sesaat Mevin melepaskan pagutan dan mengusap bibir Grace lembut dengan ibu jarinya.

Grace, listen, our family is one of great blessings from God. Bahkan perjalanan kita, insiden yang terjadi sama kamu, kecelakaan yang bikin aku lumpuh, saat kamu keguguran, saat kamu koma dan semua kesulitan lain yang Tuhan ijinkan terjadi, nyatanya bikin level iman kita semakin kuat dan kita bisa ada di saat ini. Mujizat banget, kan? It’s a miracle from God, Panjang umur terus y akita, biar kita bisa lihat anak cucu kita terus, sehat terus kesayanganku.” Diucapkannya kalimat itu dengan penuh perasaan yang menghantarkan mata Grace untuk berkaca-kaca. Mevin dan Grace bagai mengurung diri dalam gelap dan saat ini mereka tidak akan pernah kehilangan pagi. Ketidaksanggupan mencintai ditiadakan karena dua tubuh itu saling merengkuh lagi. Mevin pun membopong tubuh Grace dan menidurkan sang puan di ranjang.

“Kamu yang terbaik, hadiah terbaik yang pernah ada di hidup aku, my everlasting love, i love you Gracelline,” kata Mevin lagi sambil membelai pipi Grace lalu mendaratkan kecup di kening Grace. Maka bersatulah dalam dekap kedua anak adam yang diraja cinta berdua dalam satu selimut. Memikirkan bagaimana pertama kali mereka bertemu, bagaimana keduanya harus mengalami kejatuhan memang tidak ada habisnya tapi takdir dan rencana Sang Kuasa memang tidak pernah ada yang tahu.

Hold me tight, Grace until morning comes,” kata Mevin, maka Grace kabulkan untuk memeluk lebih dalam lagi raga suaminya itu. Tak ada yang lebih nyaman dibanding pelukan penuh ketenangan dan penerimaan dari orang yang kita sayang.

“*You are the best husband, i love you.” Grace berbisik lirih. Keduanya berjanji akan Kembali merenda cerita kehidupan bersama hingga akhir usia. Sampai menutup mata.

END