JENGUK WINSTON
Sedikit kekhawatiran menghinggapi relung hati Natasha kala Winston memberi kabar bahwa ia sakit. Natasha pun mengunjungi Winston yang sedang sakit dirumahnya. Seperti biasa Natasha memesan ojek online dan menuju rumah Winston. Ditengah perjalanan, hujan turun perlahan rintik lalu menjelma menjadi rinai yang membasahi tubuh Natasha. Dibawah kungkungan hujan yang menerpa Natasha sedikit bertanya-tanya tentang hubungan macam apa yang sedang ia jalani dengan Winston.
Natasha membiarkan hujan membasahi tubuhnya yang dibalut jaket hitam tebal sedikit demi sedikit. Sementara itu di kediaman Winston, handphone yang ada di sebelah Winston berdering tiba-tiba, Winston yang masih terlelap pun menggeliatkan badannya lalu mengerjapkan matanya beberapa kali sampai kesadarannya terkumpul, ia pun meraih handphone yang masih berdering di sebelah tempat tidurnya.
“Aku udah di depan rumah kamu,” ucap seseorang di sebrang sana. Winston langsung bangun dan terduduk.
“Tunggu, Nat. Aku keluar sekarang,” ucapnya lalu mematikan panggilan, kedua sudut bibirnya terangkat membentuk senyum simpul dan ia bersemangat keluar kamar dan menuruni tangga dengan perasaan tidak sabar. Winston membuka pintu rumahnya, benar saja orang yang ia tunggu sudah ada di sana.
“Hei!” ucap Winston lembut sambil tersenyum, gadis itu berbalik badan lalu menghampiri Winston. Ia langsung mendekati dan menempelkan tangannya di kening Winston dan pipi Winston berulang kali.
“Beneran demam,” ucap Natasha sambil sedikit memanyunkan bibirnya tapi malah membuat Winston semakin gemas. Winston menepis lembut tangan Natasha, menggenggamnya, lalu membelai pelan rambutnya yang terurai panjang.
“Karna kamu udah disini pasti aku cepet sembuh, yuk masuk.” Winston menggandeng tangan gadis itu dan mengajaknya masuk kerumahnya, keduanya duduk di sofa ruang tamu rumah Winston.
“Nih, buat kamu.” Natasha memberikan paper bag berisi buah buahan dan obat untuk Winston. Sekilas Winston melihat isinya.
“Haha, kenapa ada byebye fever?” tangannya menggenggam sebuah plester gel penurun panas yang biasa digunakan anak kecil untuk meredakan panas.
“Itu manjur tau aku aja kalau demam juga pake itu, ini for adult,” Natasha memanyunkan bibirnya. Winston meraih puncak kepala Natasha lalu mengacak pelan rambut Natasha. “Thank you, Nat. Sebenernya kamu kesini aja udah cukup.” Winston menaruh paper bag itu di meja di depannya.
“Klise banget haha, udah lagu lama,” goda Natasha. Tiba-tiba seorang wanita paruh baya menghampiri Natasha dan Winston, wanita itu tidak lain tidak bukan adalah mama Winston.
“Eh ada tamu kok Winston diem diem aja, nak.” Natasha langsung bangkit berdiri lalu mencium tangan Mama Winston dan tersenyum ramah.
“Halo, cantik lama nggak kesini ya?” tanya Mama Winston lembut.
“Iya nih tante.”
“Oh kalau gini Winston cepet sembuh ini mah.” mamanya tersenyum menggoda Winston sambil menyenggol lengan anaknya itu. Winston salah tingkah.
“Katanya Natasha udah kaya jamu manjur banget pokoknya.” ucapan mamanya itu disambut tawa renyah dari Winston dan Natasha.
“Mama parah banget, haha,” balas Winston.
“Nggak dong, katanya Natasha cantik baik, katanya calon mantu idaman gitu deh, pokoknya dia masa depanku, Ma.” mamanya menepuk pelan pundak Natasha. Gadis itu tersipu malu, begitu juga dengan Winston.
“Yaudah lanjutin ngobrolnya mama nggak ganggu deh, tante mau ke dalem dulu ya, Natasha. Kalau Winston nakal cabut aja rambutnya satu satu biar botak!”
“Haha tante lucu banget, iya tan nanti Natasha cabutin sampe pitak,” kekeh Natasha, mamanya tertawa kecil lalu meninggalkan mereka berdua.
“Ayah kamu nggak dirumah, Win?”tanya Natasha sambil melihat ke sekelilingnya sembari kembali duduk di sofa.
“Enggak, biasanya sih udah pulang tapi ini entah deh mungkin lembur,” jawab Winston lalu menyandarkan kepalanya di pundak Natasha. Gadis itu melingkarkan tangannya untuk mengelus punggung Winston dan kepala Winston itu, tiba-tiba Winston meraih tangan Natasha, menggenggamnya dengan satu tangannya.
“Kamu jangan sakit ya, jaga kesehatan, oke?” Winston mendongakkan kepalanya dan menatap kekasihnya tajam. Natasha mengiyakan omongan Winston dengan senyum manisnya. Winston memeluk tubuh Natasha manja. Memeluknya hangat dan dalam.
“Eh, kenapa deh tiba-tiba?” tanya Natasha sambil sedikit terkekeh dan heran dengan sikap Winston yang clingy.
“Sebentar aja, kaya gini, ya?” pinta Winston.
“As long as you want,” balas Natasha, ia membalas pelukan Winston. Tak lama mereka merenggangkan pelukan, Winston pun membuka buah potong yang dibawakan Natasha.
“Sini aku bukain.” Natasha mengambilnya dari tangan Winston dan membukanya perlahan.
“Thank you.” Winston tersenyum lebar.
“Open your mouth,” ucap Natasha sambil bersiap menyuapkan satu potong buah pear untuk Winston. Lelaki itu membuka mulutnya dan melahap potongan buah itu.
“Nat, kamu tau nggak?” Winston bertanya tiba-tiba.
“Enggak.”
“Berarti kita jodoh, soalnya jodoh nggak ada yang tau.” Winston tertawa kecil diikuti tawa Natasha.
“Nggak jelas banget deh lagi sakit makin nggak jelas cape deh.” Natasha meledek sambil menjulurkan lidahnya. Winston hanya tertawa sambil mencubit pipi Natasha. Entah, perasaan yang dimiliki keduanya sama. Tapi belum sama-sama bermuara, Winston masih menunjukkan kesungguhannya, sedangkan Natasha masih membuka hati dan kesempatan bagi Winston. Entah sampai kapan.