KECELAKAAN

Sejak selesai meeting di kantor, Jeremy sudah menjanjikan akan mengajak Jevin makan siang bersama. Setelah Jevin meminta maaf dengan segala penyesalannya, hal itu membuat Jeremy ingin mempunyai waktu khusus dengan Jevin. Udara sore hari yang menyeruakkan hawa dingin dan hujan deras serta gemuruh petir di langit menambah mencekam keadaan sore ini. Kali ini Jeremy tengah berada di dalam mobil bersama Jevin untuk pergi ke suatu restoran pilihan Jevin.

“Pa, kenapa Cici sama Mevin nggak diajak?” tanya Jevin. Jeremy menoleh sambil tangannya masih ada di kemudi mobil.

“Nggak papa, cici masih kuliah, Mevin ada kerja kelompok katanya. Mama masih harus ke rumah tante kamu.” Jawabnya sambil tersenyum.

Namun tiba-tiba ponsel Jeremy berdering saat ditengah perjalanan, ia menekan ear budsnya yang terpasang di telinganya. Menjawab panggilan dari Lea,

“Sayang aku pulang jam tujuh kayaknya, kamu jadi pergi sama Jevin? Hujan deras banget, kamu udah dimana?” suara Lea terdengar di seberang sana.

“Iya sayang jadi, ini aku lagi sama Jevin.”

“Ya udah kalau gitu hati-hati,”

“Oke ma, see you di rumah!” kata Jevin nyaring lalu sedikit terkekeh.

Okay anak mama, have fun sama papa ya!”

“Yang akur sama Jevin ya sayang..”

“Iya,”

“Sorry kalau aku kurang sempurna jadi ibu untuk anak kandungku sendiri.”

“No, jangan bilang gitu.”

hm.. i’ll call you later,

“See you, tunggu aku pulang ya, love you.” “I love you more, take care sayang.” Telepon pun diputus setelahnya. Jeremy dengan perasaannya yang masih kalut mengendarai mobil dengan kecepatan yang tidak menentu ditambah derasnya hujan yang kadang membuatnya menyipitkan matanya sesekali. Akhirnya Jevin dan Jeremy hanyut dalam pembicaraan ringan selama perjalanan. Tapi tanpa Jeremy sadari jauh dari depan datang sorot lampu terang, semakin mendekat ke arah mobil Jeremy walaupun ia sudah menyalakan dan mengedipkan lampu mobilnya. Pandangan Jeremy kadang terhalang, silau oleh sorot lampu dari arah depannya, tepat ketika kendaraan dari depan sudah mendiam lampunya dan akan berpapasan,

“Papa awas!!” teriak Jevin. Jeremy membanting stir dan menabrak pembatas jalan dan tak dapat ia kontrol lagi pergerakan mobilnya yang melaju tak beraturan karena jalanan yang licin juga,

BRAKK!!!

Angin keras menghempas dan hantaman dari mobil box lain menyambar mobil yang Jeremy kendarai, Jeremy sempat berteriak sebelum mobilnya berputar beberapa kali sampai akhirnya menabrak lampu jalan, suara tabrakan besi dan besi nyaring terdengar menambah gaduh padatnya jalan yang seketika menghentikan laju mereka dan Jeremy masih ada di dalam mobilnya, kepalanya terantuk stir mobil berkali kali dan jendela sebelah kanan membuat kepalanya terantuk dan terbentur keras juga, sebelu pecahan kaca mengenai beberapa bagian wajahnya. Darah segar mengalir tanpa komando, cairan merah kental keluar dari luka di kening Jeremy, kepala bagian belakang, lengan dan hidungnya.

Sedangkan Jevin langsung tidak sadarkan diri saat kepalanya terbentur beberapa kali. Jevin langsung terpejam namun darah mengalir tanpa henti. Beberapa pecahan kaca kecil menancap serta menggores wajahnya. Riuh jalanan bertambah kala pengguna jalan sekitar menolong Jeremy dan Jevin, saat itu juga Jeremy dengan sisa kekuatan dan kesadarannya.