NEVERENDING LOVE

Hari ini adalah hari dimana keluarga Jeremy bertemu dengan Jovian. Memang, tidak banyak waktu Jovian di Indonesia kali ini. hanya beberapa hari dan seperti biasa, Jovian selalu menyempatkan untuk bertemu Mevin, anak kandungnya yang diasuh oleh Jeremy dan Lea.

Malam ini Jeremy mengundang Jovian untuk makan bersama di kediamannya. Suasana terjalin hangat, Jovian sudah menyatu juga dengan keluarga ini. Jovian juga hanyut dalam canda tawa dengan Lauren dan Jevin. Suasana penuh sukacita sangat terasa meskipun esok hari Jovian harus kembali ke Australia.

“Jo, kalau kesini lagi kabarin aja, oke?” kata Jeremy usai menyantap makanannya.

“Siap. Tapi belum tahu kapan libur lagi, rencana ajak Mikayla sama Auryn juga, ini nggak diajak karena Cuma beberapa hari aja.” Jovian menjawab usai menyilangkan sendok dan garpunya.

“Iya Om Jovian, ajak Mikayla biar Lauren ada temennya, bosen nih sama kembar berisik ini terus,” kekeh Lauren.

“Ya udah gue ikut ke Aussie aja,” ledek Mevin sambil menjulurkan lidah.

“Aaaaa… jangannnn!” seru Lauren dan Jevin hampir bersamaan.

Jovian yang ada di sebelah Mevin pun hanya mengacak rambut Mevin pelan sambil terkekeh.

“Tuh, pada nggak mau pisah sebenernya tapi kalau jadi satu ribut terus.” Lea menatap ketiga anaknya itu sambil menggelengkan kepala pelan.

“Kalau belum kayak gitu kayak ada yang kurang, Jov. Kalau jadi satu di rumah, ribut non-stop. Kalau ada satu yang nggak ada dicariin sampai ke lubang semut dicari, ditungguin,” tambah Jeremy.

Jovian tersenyum tipis lalu menatap Jevin dan Lauren, “tadinya Om mau ajak Mevin ke Aussie, tapi jangan deh, nanti Om yang liburan kesini lagi aja sama Mikayla sama Tante Auryn, ya? Biar Adrian Fams formasinya tetap lengkap. Oke?”

“Om Jovian makasih banyak, kita tunggu Mikayla sama Tante Auryn kesini pokoknya,” kata Lauren bersemangat.

“Iya, Om, nanti Mevin kangen sama Jevin kalau jauh-jauhan, hehe,” balas Jevin.

Mevin membulatkan matanya, “apaan? Lo kali kangen sama gue,” balasnya.

“Lo lah, video call gue mulu,” Jevin tidak mau kalah.

“Yang waktu itu nyusul ke Aussie siapa?” kata Mevin.

“G-gue.. hehe…” Jevin kalah telak.

Semuanya terkekeh, Jovian pun menatap Jevin lagi, “apa Jevin Mevin ikut ke Aussie?” katanya.

“Lauren sendiriaaannnnnn…” rengek Lauren sambil memanyunkan bibirnya.

“Hahaha, bye gue diajak Om Jo,” ledek Jevin sambil menjulurkan lidah.

“Jangaaannn,” rengek Lauren lagi.

“Iya iya, nggak ada yang ke Aussie, orang Om Jo sekeluarga yang mau kesini kok,” sela Lea.

Akhirnya obrolan malam itu terjalin lagi sampai saat Jovian hendak berpamitan untuk kembali ke hotel. Ketiga anak itu tak lupa memberi salam kepada Jovian dan mencium tangan Jovian. “Om Jo, hati-hati di jalan, sehat selalu ya Om, salam buat Tante Auryn sama Mikayla, God bless you, Om.” Lauren berkata sambil tersenyum manis usai mencium tangan Jovian.

“Om Jo, take care, ditunggu lagi kesini sama Mikayla sama Tante Auryn, jaga kesehatan, Om.” Jevin juga memberi salam kepada Jovian dan Jovian pun merangkul Jevin.

“Yang akur ya sama Cicinya sama kembar, oke?” kata Jovian yang dibalas anggukan kepala oleh Jevin.

Tiba saat Jovian juga berpamitan kepada Jeremy dan Lea.

“Pintu rumah ini selalu terbuka lebar untuk kamu sekeluarga, Jo.” Lea tersenyum tipis.

God bless you, Jovian. Kabar-kabarin terus, ya,” kata Jeremy usai merangkul Jovian.

“Siap.”

“Hati-hati, Jo.” Lea juga bersalaman dengan Jovian kala itu.

“Makasih semuanya,” balas Jovian. Rasanya berat meninggalkan rumah ini, lebih tepatnya meninggalkan Mevin. Maka Jovian pun memeluk anak kandungnya itu dan mencium puncak kepala Mevin. Untuk beberapa saat Mevin juga memeluk Jovian. Lauren sudah ada di dalam rangkulan Jevin dan Lea di rangkulan Jeremy melihat suasana haru kala itu.

“Papa baik-baik di sana, Mevin selalu tunggu kedatangan Papa lagi disini. Gonna miss you, Pa.” Mevin berbisik lirih di sela pelukannya.

Jovian memeluk erat anaknya itu sekali lagi lalu merenggangkannya dan menangkup kedua pipi Mevin, “Gonna miss you too, boy. baik-baik disini sama Papa Jeremy sama Mama Lea, sama Ci Lauren sama Jevin. Oke?” katanya yang dibalas anggukan oleh Mevin.

“Jovian, Mevin, lihat sini!” kata Lea yang membuat Jovian dan Mevin menoleh. Lea sudah siap dengan kamera polaroidnya, dua kali pose berbeda diabadikan oleh Lea. Sebelum memberikan satu lembar foto itu kepada Mevin dan satu lagi kepada Jovian, Lea mengambil penanya dan menuliskan sesuatu di sana tanpa sepengetahuan Jovian ataupun Mevin karena Jovian dan Mevin masih nampak mengobrol dengan Jeremy, Lauren dan Jevin.

Akhirnya Lea mendekati Jovian lalu memberikan polaroid itu, “buat kamu satu, Jo,” katanya.

Thank you so much, wah, lucu banget!” kata Jovian sambil menunjukkan foto itu kepada semuanya.

“Dilaminating, Om, jangan sampai rusak,” gurau Lauren.

“Siap, Ren.” Jovian berkata sambil memberi pose hormat yang mengundang tawa semuanya. Akhirnya Jovian benar-benar pamit dari sana, sekali lagi ia memeluk Mevin sebelum keluar dari rumah Jeremy kala itu, “I believe that God will protect Mevin and bless this family, papa sayang Mevin.” Jovian berbisik lirih pada Mevin, ia bisa merasakan Mevin mengangguk di pelukannya.

Mobil yang menjemput Jovian sudah tiba, Jovian benar-benar hengkang dari sana. Lambaian tangan keluarga Adrian mengiringi sampai mobil Jovian benar-benar keluar dari pekarangan rumah mereka.


Mevin yang tengah memainkan ponselnya di kamar, dihampiri Lea yang membawa satu lembar polaroid.

“Mevin belum tidur?” tanya Lea saat memasuki kamar anaknya itu.

“Eh, Mama. Belum, Ma.” Mevin menaruh ponselnya. Lalu Lea pun duduk di sebelah Mevin dan memberikan polaroid itu.

Mevin menerima dan melihat polaroid itu, di baliknya, Lea menuliskan sesuatu, “Kesayangan Mama Petra” tulisan itu ditulis tangan oleh Lea dan sempat membuat Mevin terdiam beberapa saat.

“Ma…” lirih Mevin sambil menatap Lea.

“Papa Jo nya Mevin, sama Mevinnya Mama Petra dan Papa Jo. Mama Petra dari surga pasti senyum lihat kalian,” kata Lea sambil mengusap pipi Mevin.

Tanpa kata, Mevin memeluk Lea dan mengucapkan terima kasih. Lea memeluk anak yang ia besarkan sejak lahir itu. Petra, ibu kandung Mevin harus merelakan nyawanya saat melahirkan Mevin dan ada banyak kejadian yang membuat Jovian menyerahkan Mevin kepada Jeremy dan Lea.

“Mama Lea, makasih banyak.” Mevin berkata lirih.

“Sampai kapanpun Mevin anak Mama Lea, Papa Jeremy juga Papa Jo dan Mama Petra,” balas Lea lalu mencium kening Mevin.

Lea menangkup pipi Mevin dan melihat mata anaknya itu berkaca-kaca, “Mevin..” kata Lea.

“Ma, makasih buat semuanya. Dari lahir, Mevin nggak pernah tahu wajah Mama Petra. Setiap ditanya sosok Mama, yang ada di pikiran Mevin ya nama Mama Lea sama Mama Petra. Tapi, paras yang Mevin lihat Cuma Mama Lea aja. Panjang umur Mama, Mevin sayang banget sama Mama Lea.” Butiran kristal bening mulai jatuh membasahi pipi Mevin, bohong kalau Lea juga tidak tersentuh, bohong kalau Lea tidak merasakan hatinya berdesir.

“Mama juga sayang Mevin, sayang banget.” Lea memeluk anaknya itu, kalau mau bertaruh pun sekarang Lea dan Mevin sama sama meneteskan air mata. Tanpa mereka sadari, ada Jevin yang melihat dari balik pintu kamar Mevin. Tangan Jevin sempat meremas ujung kaosnya sendiri, menahan air mata juga yang mengantre. Tapi, Jevin pun meyakinkan dirinya untuk melangkah masuk ke sana.

“Mama.. Mevin..” kata Jevin saat mendekat.

Lea pun membuka satu lengannya, “sini, Mama mau peluk kembar. Anak kembar Mama, Jevin sama Mevin.”

Tanpa babibu lagi Jevin langsung bergabung dan ikut memeluk Lea dan juga Mevin. “Mama sayang kembar.” Ucapan Lea dibalas Jevin, “I love you too.

Tidak peduli lahir dari rahim siapa, bagi Lea, Jevin dan Mevin adalah anugerah untuknya, juga Lauren tentu saja. Keluarga ini terbentuk dan bertahan karena berbagai badai dan cobaan yang silih berganti. Dan keluarga ini masih bertahan sampai sekarang karena mereka berjanji untuk saling menolong dan mengasihi. Mevin tahu, Mevin mengerti definisi RUMAH yang sesungguhnya ia dapatkan di keluarga ini. kasih yang Lea dan Jeremy berikan untuk anak-anaknya tidak akan pernah habis dan tergantikan oleh apapun juga. Begitu juga yang dirasakan Mevin dan Jevin. Sejauh apapun mereka dipisahkan, yang Jevin dan Mevin tahu, mereka adalah saudara kembar satu sama lain, sampai kapanpun, selamanya.