NEW CHAPTER OF THIS LIFE
Seorang pria yang hari ini akan menjalani pernikahan yang ia impikan selama ini sedang memandangi dirinya dalam balutan black suit di depan cermin besar. Mevin merapikan rambutnya dan mengencangkan dasi hitamnya yang menemani penampilannya dengan kemeja putih dan balutan jas formal. Mevin atur napasnya berulang kali lalu duduk menunggu kedatangan Papanya, Jovian. Tak lama, Jovian mengetuk dan memasuki ruangan itu.
“Papa!” Mevin tersenyum saat Jovian duduk di depannya. Jovian tersenyum lalu menepuk pundak Mevin sesaat.
“Anak Papa udah siap?” tanya Jovian. Mevin mengangguk mantap.
“Papa yakin kamu tidak akan mengecewakan, beda, nggak kaya Papa.”
“Pa ....”
“Mevin, kamu satu-satunya anak laki-laki yang Papa punya di dunia. Dan setelah kepergian Mama kamu, Papa hidup di dunia yang hampir runtuh, beberapa kali Papa hampir nyusul Mama, tapi Tuhan nggak kasih, Tuhan mau Papa melihat kamu tumbuh sampai dewasa. Kadang Papa mikir, kalau Papa menikah suatu saat nanti kamu gimana, doa Papa setiap malam cuma berharap biar kamu jauh lebih bahagia daripada Papa, nggak papa, nggak masalah. Karena Papa mau lihat Mevin bahagia dulu baru Papa belakangan, bukan jadi masalah. Dan Tuhan baik, Dia kirim Grace buat jadi istri Mevin sampai saat ini, kehidupan pernikahan nggak akan mudah tapi Papa yakin semua bisa kalian lewatin. Ketangguhan kalian berdua selama berjuang juga sudah jadi bukti kalau Tuhan bener-bener kasih seseorang yang kalian butuhkan satu sama lain.” Ucapan Jovian membawa Mevin pada perasaan haru.
Kini Mevin tertunduk, mencoba menahan perasaan haru yang berkecamuk. Selama kehancurannya beberapa kali, Mevin hanya tinggal dan bermukim di dalam kesepian, tapi segalanya berubah karena kedatangan Grace. Maka Mevin titipkan sebuah rasa syukur yang mendalam untuk keluarganya. Sebenar-benarnya cinta itu sekarang Mevin bisa rasakan dalam hidup keluarganya.
“Papa, Mevin kira dunia Mevin bakalan berakhir setelah kepergian Mama. Tapi Tuhan baik, Tuhan kasih waktu yang panjang buat Mevin sama Papa.” Ucapan Mevin sudah cukup menjelaskan bahwa ia hanyalah sepucuk ranting yang nyaris gugur diterpa angin sebelum saatnya Jovian datang kembali dan Grace yang datang mengubah Mevin menjadi tunas yang baru. Maka kala itu mata Jovian menyipit seiringan dengan sebilah senyum yang terpancar di wajahnya.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, dimana disana ada Grace yang masih mengenakan dress biasa bukan wedding dress yang akan ia kenakan, rambutnya masih terurai tapi wajahnya sudah mendapat polesan make up yang terbaik. Mevin dan Jovian menoleh saat Grace memasuki ruangan itu. Mevin dan Jovian menyambut Grace dengan senyum, Grace pun duduk di sebelah Mevin.
“Om Jovian,” ucap Grace lirih.
“Sekarang kan udah jadi Papa kamu juga, panggil Papa aja, nggak papa, Grace,” kata Jovian sambil tersenyum.
“Bahagia terus sampai akhir, ya? Kalian harus saling jaga satu sama lain, Mevin nanti harus jadi suami dan ayah yang bertanggung jawab keluarga, Grace juga harus jadi istri yang juga sebagai penolong buat Mevin dalam keluarga.” Jovian menatap Mevin dan Grace bergantian.
Sejenak, Grace dan Mevin saling bertatapan, Mevin memberikan isyarat lewat anggukan. Lalu, Grace dan Mevin pun berlutut di depan Jovian. Tak Jovian sangka bahwa Mevin dan Grace benar-benar akan melakukannya.
“Mevin, Grace ....”
“Pa, terima kasih ya buat semuanya yang sudah Papa lakukan buat Mevin dan Mama Petra selama hidup. Pa, sekarang di usia saat ini Mevin mau ambil satu langkah untuk kehidupan Mevin ke depannya. Mevin mau komitmen menikah sama Grace, wanita yang udah Mevin pilih jadi pendamping hidup Mevin satu untuk selamanya. Papa, nggak banyak yang bisa Mevin kasih buat Papa dan nggak banyak waktu yang Mevin bisa lewati sama Papa. Tapi, di setiap doa Mevin, nama Papa Jovian selalu Mevin sebut. Papa, terima kasih udah mau mengakui Mevin sebagai anak lagi, Mevin tahu itu nggak mudah dan terima kasih sudah kasih Mevin yang terbaik sebagai seorang anak, Mevin nggak merasa kekurangan apapun. Semua yang Papa lakukan itu cukup, bahkan lebih dari cukup. Mevin nggak tahu seberapa sakit dan hancurnya Papa jalani hidup tanpa Mama selama ini, maafin Mevin ....” nada suara Mevin bergetar karena kini Mevin tak bisa membendung tangisnya, begitu juga dengan Jovian yang melipat bibirnya kuat-kuat dan mengerjapkan mata beberapa kali.
Jovian pun mengelus punggung Mevin, dan kini Mevin mengarahkan pandangannya lagi ke arah Jovian. Sungguh, Mevin harus menahan mati-matian tangisannya yang hampir meledak saat itu juga.
“Papa, Mevin minta doa restu dari Papa Jovian, ya. Mevin minta doa restu supaya Mevin bisa jadi pemimpin dalam rumah tangga yang baik. Doain Mevin, untuk ini Mevin minta restu Papa Jo sekali lagi, seperti yang Papa tahu, setelah pemberkatan hanya bisa sungkem sama satu pihak ayah dan ibu, Mevin nggak berhenti untuk kagum sama Papa Jovian dan kebesaran hati Papa Jovin untuk kita semua, walaupun hanya seperti ini, Mevin bener-bener ngerasain harunya seorang anak, bukan tentang siapa yang ada di dekat altar, tapi dari hati, Papa Jo ... Mevin sayang Papa,” kata Mevin sekali lagi, Mevin pun menegakkan tubuhnya dan langsung memeluk Papanya saat itu. Jovian tidak percaya, anak yang lahir dari wanita terhebat yang ia cintai dengan terlambat, kini telah dewasa dan akan menginjak dunia pernikahan dan berkeluarga. Anak yang sempat ia tidak mau akui kini telah tumbuh dewasa dengan baik. Bayi laki-laki Jovian sudah dewasa dan membanggakan jika menilik semua perlajanan dan pengalaman hidupnya.
“Anak Papa, your future just begun. You will start your new journey, I believe that God will lead your way. God will provide everything you need. Selamat memasuki dunia baru dalam kehidupan, anak Papa ....” Jovian juga mengecup puncak kepala Mevin. Keduanya merenggangkan pelukan, Jovian tatap sejenak anaknya yang sangat mewarisi paras Petra itu dan ia mengangguk lalu menyeka air matanya.
Kini giliran Grace yang ambil alih tempat Mevin, Grace bersimpuh di depan Jovian dan mulai mengatakan kalimatnya, “Papa Jovian, Papanya Mevin yang kuat seperti Mevin, Grace minta ijin dan doa restu dari Papa untuk mengarungi bahtera rumah tangga sama Mevin. Grace nggak nyangka juga bisa ada di tengah-tengah keluarga ini. Grace juga berlatar belakang yang tidak sepadan dengan Mevin dan banyak kejadian gelap yang menimpa Grace, tapi Grace bersyukur bisa diterima di keluarga ini tanpa terkecuali dengan baik. Doain Grace biar Grace bisa jadi penolong dan pendamping Mevin ya, Papa Jo. Cerita dari setiap anggota keluarga ini ngajarin Grace banyak hal. Papa Jo, terima kasih sudah mau menerima Grace apa adanya dengan semua masa lalu dan hal-hal yang mungkin tidak bisa diterima banyak orang. Grace selalu berdoa juga buat Papa Jo supaya Tuhan beri Papa Jo panjang umur dan kesehatan. Grace minta ijin dan doa Papa Jo untuk menjadi istri Mevin ....” Grace tidak kalah terharu dan menangis.
Riuh dan bising pikiran saat itu lebur karena tangis haru dari ketiganya yang tidak terhindarkan. Jovian dan Grace saling menatap dan tersenyum haru sebelum Jovian juga memeluk Grace dan benar saja, Grace terisak di pelukan Jovian.
“Grace bisa rasain apa yang Mevin rasain, kami berdua sama-sama kehilangan sosok Mama di hari penting dalam hidup kami, tapi masih ada orang-orang yang menjadi wakil Mama kami berdua, untuk itu, terima kasih Papa Jovian, terima kasih banyak,” kata Grace yang walaupun terbata-bata. Jovian memeluk Grace erat, menepuk lembut punggung Grace dan membiarkan menantunya itu menangis di sana.
“Papa Jo juga seneng kenal Grace dan Papa bahagia kalau pada akhirnya kamu sama Mevin bersatu. Kalian sama-sama yang terbaik yang Tuhan siapkan, Papa tahu perjalanan kalian yang nggak mudah, itu udah jadi bukti nyata kalau Tuhan sayang kalian. Bahagia terus, ya?” balas Jovian. Mereka merenggangkan pelukan dan Jovian menatap Mevin dan Grace bergantian, kini tangan Jovian, Mevin dan Grace bersatu di atas lutut Jovian. Sebagai seorang ayah, juga berat rasanya melepas anak laki-lakinya untuk menikah tapi ini memang harus terjadi. Sudah menjadi garis takdir kehidupan.
Rasa terima kasih Mevin panjatkan bagi sang Empunya kehidupan karena telah memberinya sosok yang hebat menjadi pendamping hidupnya. Jovian juga bersyukur karena Tuhan jawab doanya untuk mengirimkan seseorang yang memang menerima Mevin, segala kekurangan dan masa lalunya, yang bisa dipastikan akan mencintai dan menjaga Mevin seumur waktu.
Maka sekali lagi mereka bertiga saling memeluk, Jovian lantunkan doa lirih yang bisa didengar oleh Mevin dan Grace, “God, here I come to you, please bless Mevin and Grace on this wonderful day, we surrender all to you from the beginning until the end. I’m asking Your guidance my son’s wedding. Please guide them in every step of their new life so they can treasure each other presence. Let Mevin and Grace truly find love and patience for each other. Let them be good to each other and may their marriage be a shining example to others, we surrender all to You God, Amen.”
Doa selesai dilafalkan, tapi sekali lagi, tangisan terdengar dari Mevin dan Grace. Jovian memejamkan matanya dan mengatur napasnya, “everything'ss gonna be okay, God bless both of you, Mevin and Grace,” kata Jovian sambil terus menepuk punggung Grace dan Mevin dengan kedua tangannya.
Papa Kevin & Grace
Grace sudah berdiri dengan balutan gaun putih memiliki bagian ekor yang agak panjang dan sedang bercermin saat ini. Ia menggenggam sebuah bouquet bunga yang berukuran medium. Grace sedikit gugup, bahkan lebih gugup daripada saat bertemu Papa Jovian tadi. Grace memejamkan matanya sesaat, berdoa di dalam hatinya, “Mama Maureen, doain Grace dari surga, ya. My wedding dream is come true after a long time has passed, Ma.”
Setelahnya, Grace menyadari bahwa ada langkah kaki yang mendekatinya. Grace menoleh, ia kembangkan senyumnya yang paling indah menyambut kedatangan Ayah sambungnya. “Papa!” seru Grace sumringah.
“Cantik banget, cantiknya anak Papa.” Kevin memuji anaknya itu tulus. Grace tersipu. Papa pun meraih jemari Grace dan digenggamnya saat itu juga.
“Grace, Papa minta maaf ya, untuk semua kesalahan Papa di masa lalu, mungkin Grace mikir kalau selama ini Papa Kevin rebut Mama Maureen dan bikin Mama Maureen fokus sama keluarga kita aja, tapi pada akhirnya Grace tahu kan gimana sayangnya Mama dan Papa ke kamu? Terima kasih untuk semuanya. Papa tahu kadang Grace juga mengesampingkan kebahagiaan Grace, kan? Sekarang, seluruh kebahagiaan pantas kamu dapatkan, Nak. Mama Maureen, Papa Kevin, Rafer dan Florence mau lihat kamu bahagia. Kebahagiaan itu pantas nak, pantas buat kamu, terima kasih Grace sudah kuat sampai sekarang.” Kevin mengucapkan kalimat itu dengan suara yang. Setiap luka pantas atas bayaran bahagia, selaksa tawa serta banyak cinta untuk Grace yang banyak menanggung luka.
“Mama kamu pasti bangga lihat perjuangan kamu, Maureen tidak salah mendidik dan membesarkan kamu, Grace. Papa bangga sama kamu. Bahagia terus keluarga kamu dan Mevin, ya, Nak?” Papa Kevin berkata sambil membelai surai hitam Grace. Tanpa bahasa, hanya air mata yang mengalir, Grace pun memeluk Ayah sambungnya itu dan meluapkan segala rasa terima kasihnya. —-
WEDDING CEREMONY
Tuhan tahu angan serta harapan manusia tidak semua bisa menjadi nyata. Tuhan tahu semua keinginan kita tapi ia tak akan kabulkan semuanya dalam sekejap. Tapi Tuhan lebih tahu mana yang terbaik bagi kita dan yang kita butuhkan. Ketika kita terfokus kepada masa lalu dan masa kelam seseorang, maka tak akan membawa kita pada perspektif baru tentang kehidupan. Mendapat banyak kekecewaan selama hidup dan dalam naungan pernikahan sudah Grace dan Mevin lalui sepanjang waktu. Banyak kerikil yang menghalangi. Tapi mereka jadikan banyak kerikil tadi sebagai pijakan, bukan sebagai sandungan. Maka berdampinganlah kedua anak adam itu mengarungi bahtera rumah tangga.
Grace memercayakan tangannya digenggam Papa Kevin untuk memasuki tempat pemberkatan dan berjalan menuju altar, di sana sudah ada Mevin di depan altar dan seluruh tamu serta keluarga sudah mengisi bangku kosong yang ada. Pemberkatan memang dilakukan secara outdoor tapi tidak mengurangi suasana sakral yang ada. Grace berjalan memasuki tempat itu, ia tatap sejenak Papanya itu sebelum sampai di Altar. Maka setelah sampai di depan Altar, Grace melepaskan genggaman dan memeluk Papa Kevin nya itu sejenak. Lalu begitu juga dengan Mevin, pria itu memeluk Papa Kevin sebelum Mevin bersiap menawarkan sebuah genggam diterima Grace. Saat tangan Grace dan Mevin bertaut, gemuruh riuh tepuk tangan terdengar dari para tamu. Maka Kevin pun turun dari sana dan duduk di bangku yang sudah disediakan.
Mevin dan Grace berjalan menuju hadapan sang Pastor. Semua tamu sudah duduk di kursi yang sudah disiapkan. Suasana haru namun sakral sangat terasa. Jauh dari kata mewah. Mevin memilih Grace menjadi pendampingnya seumur hidup begitu jua sebaliknya, mereka pantas mendapatkan ini semua.
Permintaan Mevin selama ini tidak banyak, tapi terlalu sulit diwujudkan. Ia ingin keluarganya bahagia dan utuh, ia ingin bahagia, ia ingin cinta, untuk mencintai dan dicintai. Tapi kata menyerah ia tepis jauh-jauh selama ia berjuang menyelamatkan hubungannya dan Grace
Bukankah dua orang yang bersatu memang seharusnya diikat dalam janji abadi di hadapan Tuhan dan manusia? Sang Pastor mempersilakan Mevin dan Grace bertukar cincin. Di cincin Mevin terdapat ukiran nama Grace di dalamnya. Begitu juga dengan Grace, di dalamnya terdapat ukiran nama Mevin. Keduanya bertekuk lutut di hadapan Pastor dan melipat tangan serta kedua tangan Pastor itu ditumpangkan di atas kepala Mevin dan Grace. Sang Pastor ucap doa, Mevin terisak dalam hening, begitu juga Grace. Teringat akan perjuangan keduanya hingga bisa sampai di titik ini. Kini keduanya bangkit berdiri untuk masuk ke prosesi wedding vow.
Namun, sebelum itu, Mevin angkat bicara. “Bernadetta Gracelline Courtney, I believe that God gives you to me with a lot of reasons, kisah kita pernah hampir berhenti, bahkan di dunia kamu, aku pernah jadi seseorang yang hancurin dunia kamu. Tapi kamu tetap disana, tidak pernah pergi walaupun sebentar, aku bersyukur kamu tetap ingat aku walau sedikit, kita berdua itu luka karena keadaan, tapi dipertemukan untuk saling menyembuhkan. Today, in the presence of God and our family, I vows to you and pledging my eternal love to you. I stand in front of you to say I choose you, marry me. Today I stand in front of you to remind you that each and every day I choose you over all others. I choose you to share my happiness with. Even it is not easy. Tapi satu hal yang aku tahu, dengan kasih Tuhan aku dan kamu dipersatukan hingga maut memisahkan. I take you to be my wife, Grace. Without you I’m nothing. But with you, I’m more than myself. I vow to make my life forever yours and built my dreams around you. I take you as my wife and loving you in every moment. This is a relationship that we built together, we’re growing and nurturing it into the most beautiful love. I promise to be the man that I see now in your eyes, today, tomorrow and forever. I pledge you my faithfulness to show you the same kind of love as God showed to us. I commit my life to you. I commit my life to you. I give my hands to hold you tightly and to make you feel safe. I’ll give you all of my life and I’ll be your husband from today, this day forward until we are parted by death and God alone. God loves you... so do I, Grace..I love you.” Ucapan Mevin terhenti karena ia harus menyeka air mata yang tumpah ruah.
Begitu juga dengan Grace yang sudah menangis tersedu, air mata tidak hentinya mengalir dari pelupuk matanya karena ungkapan hati yang Mevin utarakan.
“Mevin, I appreciate you and everything that yu do. I am committed to you and God to spend more time together and obey God’s words. I like every single things from yourself. You are wonderful partner and great person for me. I’m so glad that I married you. I will trust yoou and respect you, loving you faithfully through good times and bad times, I give you my hand, my heart and my love from this day forward for as long as we both shall live. And according to the will of God and my desire, I, Grace, take you Mevin to be my husband. Leaving my father and mother, I cleave to you. I choose you at the start and finish of every single day. I need you to complete all of my limitless. God loves you so do I, Elleandru Mevinio Adrian.” Setelah kata-kata diucapkan, seluruh anggota keluarga terharu dan menitikan air mata melihat momen itu.
Sang pastor mulai berkata, “Therefore what God has joined together, Let no one separate. And this is the time for you, Mevin to kiss your wife’s forehead and open the veil,” maka tanpa kata, Mevin menurutinya, Mevin membuka veil yang menutupi wajah Grace lalu Mevin tangkup pipi Grace, ia dekatkan wajahnya kecup kening Grace. Hal itu disambut riuh tepuk tangan. Dan ini saat yang ditunggu, Mevin dan Grace menuruni altar, Mevin menggenggam tangan Grace erat dan melihat ke arah bangku tamu, ada Jovian di sana bersama Auryn dan Mikayla, Mevin sempat lakukan kontak mata dengan ketiganya dan tersenyum sebelum menuju bangku Lea dan Jeremy.
“Pa―thank you for being by my side yesterday, today and always. Before I start this journey and become a husband for Grace, I have to thank you Pa, for all you’ve done throughout my life. You raised me and protected me and taught me all you know. Papa Jeremy and Papa Jovian are the first man I ever loved.” Mevin menggenggam tangan Jeremy dan bersimpuh di hadapan Jeremy dan beradu tatap dengan Papanya untuk sesaat. Mevin tersenyum, mata Jeremy sudah berkaca-kaca. Mevin mencium tangan Jeremy dan membenamkan wajahnya di tangan Jeremy diatas lutut Jeremy lalu Mevin merasakan sebuah usapan lembut di punggungnya serta alunan lagu “Doa Seorang Anak” diiringi piano dan saxophone mengiringi momen sungkem setelah pemberkatan yang mengharukan itu.
“Anak Papa, anak Papa Jo, Papa Jeremy, Mama Lea dan Mama Petra. Selamat sudah masuk di chapter baru dalam hidup Mevin. Terima kasih udah berjuang dan bertahan sampai sekarang.” Jeremy berkata dengan suara yang parau. Mevin hanya mengangguk cepat dan tidak bisa membendung air matanya. Mevin pun mendongak melihat Jeremy membuka lebar tangannya menawarkan sebuah dekap baginya. Mevin tak bisa menahan haru, ia luruh memeluk Papanya itu. Jovian, dan seluruh keluarga yang menyaksikan peristiwa itu tidak henti mengucap syukur. Mereka semua yang mengerti bagaimana perjuangan Mevin dan Grace melawan dunia yang kejam. Memperjuangkan penerimaan, bertaruh nyawa dan nyaris berpisah tapi Tuhan tetap baik untuk keduanya.
Begitu juga dengan saat Mevin bersimpuh di hadapan Lea, keduanya tidak bisa berkata-kata lagi. Lea tidak henti menitikan air mata saat menyadari waktu bergulir begitu cepat. Bayi mungil yang diserahkan seorang wanita berhati mulia untuk Lea besarkan kini sudah mempersunting pilihan hatinya dan tambatan hatinya. Lea yang merawat dan mendidik Mevin sejak kecil merasa sangat terharu, terlebih perjuangan Mevin dan Grace yang harus mengucurkan darah serta air mata. Banyak hal yang nyaris merenggut nyawa mereka berdua dan keluarga mereka nyaris kehilangan Mevin dan Grace, tapi masih Tuhan kembalikan lagi lewat proses yang panjang.
Saat Grace bersimpuh di depan Jeremy juga Grace tidak lupa mengucapkan terima kasih karena keluarganya banyak membantu bahkan saat Grace merasa tidak memiliki siapapun, saat Grace hanya bisa berpikir tentang kematian. Ada Jeremy, Lea dan keluarga yang selalu ada untuknya, menenangkannya dan menerimanya.
Saat Grace ada di hadapan Lea, Grace menangis terisak bukan main karena Grace teringat saat ia masih melakukan self harm, pasca overdosis, setelah ia dijual oleh Papanya, sebelum berangkat ke Singapore, Lea selalu ada, menjadi ibu bagi Mevin dan juga bagi Grace saat ia merasa kecewa dengan Mamanya. Lea yang selalu merengkuh Grace saat ia sendiri dan merasa tidak pantas hidup, Lea yang merangkul dan mengajaknya berdoa kala itu dan mendoakannya meski saat Grace di Singapore, Lea selalu menelfonnya.
“Panjang umur, bahagia selalu Mama Lea, Grace sayang Mama Lea seperti Grace sayang Mama Maureen.” Grace berbisik saat memeluk Lea. Tidak bisa dipungkiri, mereka diciptakan bukan hanya untuk saling mengenal tapi saling menerima dan mendewasakan serta memanusiakan satu sama lain. Lea tidak henti meneteskan air mata, beberapa hal yang Grace alami memang pernah ia alami saat ia muda dan menjalin hubungan dengan Jeremy sebelum menikah. Lea juga merasakan bagaimana harus sendiri dan tidak memiliki siapapun untuk berbagi. Sekali lagi, Lea dan Grace saling memeluk, Lea juga mengecup pipi Grace dan tersenyum haru saat keduanya bertatapan.
Tiba saatnya untuk Papa Kevin, Mevin yang pertama berlutut di hadapan Kevin dan meminta restu untuk hidup selamanya berdua dengan Grace. “Bahagia terus, Mevin, Om percaya kamu adalah yang terbaik dari segala yang baik yang Tuhan kirimkan untuk Grace.” Kevin berkata dengan nada teduh tapi matanya sudah memerah, Mevin juga mencium tangan dan memeluk Papa sambung Grace itu. Dan saat Grace yang harus berhadapan dengan Kevin, tak ada kata yang pertama terucap karena yang pertama tumpah ruah adalah air mata dan perasaan haru.
“Mama Maureen pasti bangga sama Grace sekarang, Tuhan memberkati Grace dan Mevin seterusnya, ya ....” Kevin mengusap punggung Grace lalu memeluknya.
“Papa Kevin makasih udah menerima Grace, maaf untuk semua prasangka buruk yang pernah Grace pikirin tentang Papa. Ternyata Papa Kevin terbaik, Grace sayang Papa Kevin dan Mama Maureen, juga Rafer sama Florence.” Grace langsung luruh di pelukan Kevin.
“Grace anak pertama Papa, apapun yang terjadi Grace anak perempuan pertama, kakaknya Rafer dan Flo. Selamat menempuh hidup baru, Papa sayang Grace.”
Ada saatnya dimana kehadiran orang-orang menjadi sebuah gempita yang gembira yang kita nantikan, ada juga masanya dimana satu persatu orang sekitar kita meninggalkan kita namun akan tetap menjadi kenangan. Sebelum kembali ke tempat duduk di depan Altar yang sudah disediakan, Grace berjalan dengan menggandeng tangan Mevin, mereka resmi menjadi suami istri sekarang!
Ternyata suasana haru tidak berhenti sampai disitu, acara pemberkatan selesai dan sekarang, Jeremy berdiri saat ada seseorang memberikan mic kepadanya. Mevin yang tengah membantu merapikan gaun yang Grace kenakan saat duduk itu langsung kaget karena Jeremy sudah berdiri di sana bersama Lea. Tangan Mevin dan Grace masih bertaut dalam genggaman. Keduanya bertatapan sejenak lalu Grace dan Mevin mengarahkan pandangan mereka kepada Jeremy dan Lea.
“Selamat pagi semuanya, saya berdiri disini, ada di tempat ini sebagai pihak orang tua dari Elleandru Mevinio Adrian atas permintaan Papa kandung Mevin sendiri, Christopher Jovian Imannuel yang berbesar hati memberikan tempat yang seharusnya miliknya, tapi semua demi kebahagiaan anak kami, Mevin. Jovian, here we go, our son Mevin is married now!” Jeremy mengarahkan pandangannya kepada Jovian yang ada di bangku jemaat. Jovian mengangguk dan tersenyum sembari mengacungkan jempol bangga. Jeremy pun melanjutkan perkataannya, “untuk Mevin dan Grace, kita semua tahu dan paham perjuangan kalian tidak mudah, kami, juga orang tua Grace beberapa kali nyaris kehilangan nyawa kalian, tapi Tuhan Maha Baik, Tuhan kembalikan kalian ke pelukan kami sampai saat ini. Masih teringat jelas waktu Papa gendong Mevin pertama kali setelah Papa Jovian serahin Mevin mungil untuk Papa Jeremy gendong, kamu nangis di pelukan Papa Jeremy dan teringat jelas saat itu Papa Jeremy sama Papa Jovian ada di sana di saat-saat terakhir Mama Petra. And I believe that Petra is proud of you, she’s smiling from the most beautiful place above right now. And also thank you for Kevin and Jovian for all your help and generosity in planning the wedding. We are part of family right now. Untuk Grace, terima kasih nak, sudah berjuang untuk sembuh, terima kasih untuk bertahan sampai kembali ke Indonesia dan menjadi Grace yang baru.” Usai merapalkan kalimat itu, Jeremy memberikan mic kepada Lea, saatnya Lea angkat bicara, tapi ia menyeka air matanya yang terus menerus keluar itu. Mevin dan Grace juga masih menangis haru di sana.
Jangankan Mevin dan Grace, Kevin, Rafer, Jovian, Auryn, Lauren, Jevin, Letta bahkan Willy juga meneteskan air mata melihat momen itu.
“Untuk Mevin, satu hal yang perlu kamu tahu, sampai kapanpun kamu tetap anak laki-laki Mama Lea, Mama Petra, dan kedua Papa kamu, bahkan juga anak Mama Auryn, Mevin beruntung, diberkati dengan orang-orang yang sayang sama kamu meski kamu harus kehilangan Mama Petra. Melihat Mevin sudah ada di tahap ini bikin Mama sadar that I’m getting older, tapi hari demi hari yang berlalu banyak ajarin Mama kalau tugas jadi seorang ibu itu nggak akan pernah Mama sesali barang sekali seumur hidup. I try my best as your mother to holding you, and pusing you back up, when you walked your first step I held your finger, masih jelas gimana Mevin sebut nama Mama pertama kali saat Mevin bisa bicara. Sekarang, babak baru di kehidupan Mevin udah dimulai. Mevin and Grace please trust in your strength, have faith in your love. God bless you always Mevin and Grace!” usai Lea mengatakan dan menyelesaikan kalimatnya, gemuruh riuh tepukan tangan terdengar, Mevin dan Grace masih tidak bisa berhenti terharu, Jeremy dan Lea kembali ke tempat duduk mereka dan saling merangkul, beradu netra dengan Mevin dan Grace lalu saling mengangguk seakan memberi isyarat ucapan terima kasih.
Kini, Kevin berjalan maju dan meraih mic yang diberikan, jantung Grace berdegup kencang. Kevin menghela napas panjang sebelum memulai pembicaraannya, “Saya juga sebagai Papa kandung Grace disini mau menyampaikan pesan titipan dari mendiang Maureen, Mama kandung Grace yang belum pernah disampaikan, dan memang dia tulis ini saat perjalanan ke Singapore untuk menjemput Grace.” Saat Grace mendengar perkataan Papanya itu, tangannya langsung dingin bukan main, Mevin yang menyadarinya langsung menggenggam tangan Grace dengan kedua tangannya. Tangan Mevin bertumpuk menjaga satu tangan Grace dalam genggaman. Jantung Grace berdegup kencang sedikit nyeri dan sesak.
“Untuk Grace anakku, anak yang Mama sayangi dan Mama lahirkan dengan segala ucapan syukur kepada Tuhan karena Grace tumbuh dengan baik, maaf untuk segala hal yang harus terjadi di kehidupan Grace selama ini. Maaf kalau Grace tidak dibesarkan dalam keluarga yang utuh dan bahagia. Maaf atas segala hal yang Mama simpan sendiri selama ini, maaf atas segala kesalahan Mama yang sebenarnya tidak pantas mendapat kata maaf dari Grace sendiri. Mama melihat kesungguhan di mata Mevin, Mama bisa lihat rasa cinta tulus untuk kamu dalam binar mata Mevin. Jika suatu saat kamu dan Mevin menikah nanti, tolong janji di hadapan Tuhan itu dijaga dan dijalani seumur waktu. Kalian bukan berjanji di hadapan manusia tapi di hadapan Tuhan. Mama tidak mau melihat Grace menderita karena kegagalan dalam pernikahan seperti Mama. Grace, Mama pastikan Papa kandung kamu mendapat balasan setimpal dengan apa yang pernah beliau lakukan kepada kamu.” Kalimat Kevin terhenti karena kini Kevin terisak sampai punggungnya bergetar untuk melafalkan kalimat selanjutnya. Sedangkan Grace sudah ada di dalam rangkulan Mevin.
“Mama tidak pernah menganggap Grace apapun kecuali anak yang berharga, maaf atas segala ucapan Mama dan perlakuan saat itu, waktu itu Mama berpikir pendek karena yang Mama inginkan hanya pergi dari dunia ini dengan melihat kamu bahagia tanpa harus membebani Grace dengan hal lain seperti memikirkan sakit yang Mama derita. Mama bersyukur kalau masih diberi kesempatan untuk menjemput Grace ke Singapore. Mama yakin Grace masih mau membuka pintu maaf untuk Mama. Dan Mama yakin Mama bisa bawa kamu pulang ke Indonesia lagi. Mama sayang Grace... Bernadetta Gracelline Courtney yang selalu Mama doakan di setiap pejam Mama dan selalu Mama syukuri kehadirannya di setiap sadar Mama. Surat ini ditulis Maureen di pesawat saat akan menjemput Grace ke Singapore, saya selalu meyakinkan bahwa saya dan Maureen bisa membawa Grace pulang ke Indonesia untuk kembali berkumpul di rumah bersama Rafer dan Florence yang menjadi adik-adik Grace. Tuhan kabulkan itu, keluarga kami berkumpul lagi di Indonesia untuk pertama kali, di rumah duka saat pemakaman dan pelepasan jenazah Maureen, keinginan Maureen pulang bersama Grace sudah terpenuhi, meski kami pulang bukan hanya menjemput Grace tapi melepas Maureen pergi selamanya. Tapi jauh melampaui itu semua, Maureen korbankan dan lakukan segala yang dia bisa selama sisa waktu hidupnya untuk Grace, agar bisa melihat Grace bahagia dan menemukan kembali dirinya yang hilang. Grace .... Papa Kevin dan Mama Maureen, juga Rafer dan Florence sayang sama Grace. Kamu jadi anak Papa Kevin sampai kapanpun ....” Kevin mengakhiri kalimatnya dan ia menghela napas, menaruh mic, saat ia mengangkat kepalanya, ia melihat Grace sudah ada di sana, maka Grace langsung memeluk Papa sambungnya itu. Gemuruh riuh tepuk tangan dan tangis haru dari banyak orang di sana tidak bisa dihindari.
Kevin pun membalas pelukan Grace itu erat, keduanya tumpah ruah dalam tangis, Mevin menyeka air matanya dan menatap lagi momen haru antara istrinya dan Papanya itu. Instrumen piano yang masih mengalun menambah pekat atmosfer haru cenderung sedih saat itu. Maka, setelah usai memeluk Kevin dan Kevin dipersilakan kembali ke tempat duduk, sang Pastor meminta Grace dan Mevin berdiri di tengah lagi. Mevin dan Grace diminta berhadapan dan saling menggenggam tangan.
“Therefore what God has joined together, let no one separate, now Elleandru Mevinio Adrian and Bernadetta Gracelline Courney as husband and wife, may God bless your relationship always. And may both of you can fulfill the part of bible that says The two shall become one flesh, you both can share a kiss as a married couple now, please, Mevin and Grace ...”
Mevin pun menatap sejenak mata Grace lekat, keduanya masih berkaca-kaca, semburat senyum terukir di wajah keduanya, Mevin raih kedua pipi Grace dengan tangannya, perlahan satu tangannya turun ke pinggang Grace. Mevin pun mengucapkan I love you, tanpa suara yang hanya bisa dipahami oleh Grace yang melihat gerak bibirnya. Grace mulai melingkarkan tangan di leher Mevin, kini keduanya memejamkan mata dan Mevin mulai menyatukan bibir mereka dalam satu kecupan, tepuk tangan dari segenap yang hadir menggema, air mata lolos dari ekor mata Grace maupun Mevin saat itu, bibir Grace dilumat dan Mevin menarik pinggang Grace mendekat lagi. Pagutan dilakukan lembut. mereka berdua resmi sebagai pasangan suami istri hari ini!
Sebuah janji pernikahan jelma sebuah mantra teduh bagi Mevin dan Grace. Maka menggemalah perlahan isakan tangis haru dan sebuah helaan napas lega dari keduanya yang saling bersahutan, keduanya juga tidak percaya hal-hal pelik dalam pernikahan mereka bisa terlewati hingga pernikahan saat ini. Keduanya saling bertatapan sejenak sebelum Mevin memeluk Grace erat dan penuh rasa bahagia.
“Let’s grow old together. I love you so much, Mevin.” Pelukan Mevin bertambah erat saat mendengar penuturan Grace.
“Bahkan di kehidupan setelah ini, aku mau dipertemukan sama kamu lagi, Grace.” Kalimat penuh arti terlukis pada penuturan pria gagah itu. Entah bagaimana kisah mereka akan berakhir tapi yang pasti sampai saat ini tidak ada kata henti untuk keduanya dalam mencintai. Tidak ada kata lelah untuk keduanya dalam mencintai. Keduanya renggangkan pelukan, lalu satukan birai keduanya, memagut penuh rasa haru dan bahagia, untuk sesaat. Maka setelah itu Mevin menawarkan sebuah tangan untuk digenggam Grace, keduanya bersiap berjalan keluar dari sana untuk menuju tempat resepsi. Langkah kaki mulai terpijak, Grace dan Mevin mulai melangkah keluar dari sana, sampai di dekat tempat Jeremy dan Lea berdiri, mereka saling memeluk lagi, begitu juga dengan Kevin, dan Rafer. Mevin berjalan lagi bersama Grace tiba di dekat tempat duduk Jevin dan Letta, mereka berempat bertukar peluk dan berswafoto bersama juga, “welcome to Adrian Family, Grace!” seru Jevin dan Letta girang. Tawa bahagia menghiasi kebersamaan mereka.
Melanjutkan langkah lagi, ada Lauren, dan juga Willy yang menggendong Shannon. Lauren langsung menghampiri Mevin dan Grace dan sekaligus memeluk mereka, “gue sayang banget sama kalian. Selamat ya, Mevin, Grace, kalian hebat ada disini sekarang!” kata Lauren sambil merenggangkan pelukan. Mevin dan Grace hampir bersamaan mengucapkan terima kasih. Lauren tatap Mevin sejenak, belai pipi adiknya itu, “sampai kapanpun, lo tetep adek gue, keluarga Adrian, anak Mama Lea dan Papa Jeremy.” Lauren berkata dengan lirih, Mevin mengangguk dan tersenyum lalu memeluk kakaknya itu sekali lagi. Willy menyerahkan Shannon untuk digendong Lauren dan Willy pun memeluk Mevin dan Grace bergantian. “Babak baru dimulai, kuat ya kalian berdua, Tuhan memberkati, selalu andalkan Tuhan dalam segala apapun yang terjadi nanti.” kata Willy. Sejenak, Mevin dan Grace juga mencium Shannon yang nampak girang di gendongan Lauren.
Mevin melangkah lagi langsung dihampiri oleh James dan Aveline yang langsung bersamaan memeluk mereka berdua. Ave sudah menangis haru tidak bisa menahan air matanya, James tersenyum bangga dan matanya berkaca-kaca, mereka saling melepaskan pelukan dan James berkata, “gue adalah sahabat yang paling bangga sama kalian, gue bangga kenal kalian!” “Kalian berhak bahagia dan harus selalu bahagia, dan gue percaya Tuhan nggak tutup mata sama perjuangan kalian!” Aveline menatap Grace dan Mevin bergantian. “Thank you, tanpa kalian gue nggak akan ada disini sekarang, kalian juga berperan di proses sembuhnya gue kemarin,” kata Grace. “Tunggu kita berdua balik ke rumah sakit!” seru Mevin girang, maka mereka berempat kembali saling memeluk sebelum Grace dan Mevin melanjutkan langkah untuk keluar dari Gereja itu. Perempuan-perempuan lain yang pernah membersamai Mevin tidak pernah membuat Mevin jatuh dan memiliki perasaan sedalam ini, begitu juga sebaliknya dengan Grace. Jari bertaut, cincin sudah saling ditukar, sekarang tinggal mempersiapkan untuk perjalanan kehidupan rumah tangga setelah ini. Dan setelah ini akan ada secangkir minuman hangat yang Mevin dan Grace bagi berdua, obrolan ringan selepas kerja, lelah yang dibagi berdua, paras satu sama lain yang akan mereka lihat saat mereka membuka mata dan hendak memejam.
Dan kini semua sudah ada di pelataran Gereja, Mevin dan Grace memegang burung merpati putih dan anggota keluarga lain memegang balon berwarna putih, dalam hitungan ketiga saat instruksi dari WO terdengar, mereka semua melepaskannya bersamaan.
“Satu ... dua .... tiga ....” perintah terdengar, dan ... “Yaayyy!” sorak bahagia dari semua yang ada disana ditambah tepuk tangan pun terdengar. Burung merpati simbol kesucian dalam pernikahan itu terbang bersama angan dan harap Mevin serta Grace agar semua bahagia dan Indah pada waktu yang Tuhan tentukan. Balon-balon itu juga terbang ke angkasa seakan hendak menyampaikan permohonan kepada Sang Empunya agar memberkati hubungan Mevin dan Grace seterusnya. Grace dan Mevin saling memeluk dan menyatukan birai mereka lagi dalam sebuah ciuman yang lebih bahagia dari sebelumnya. Momen itu banyak diabadikan oleh photographer dan WO yang ada di sana. Mereka semua bersorak bahagia untuk kebahagiaan Mevin dan Grace saat itu.
Beberapa kesedihan memang sejatinya kawan dalam mengarungi kehidupan sebelum dua manusia yang saling menjatuhkan hati sudi menjadi kawan sepenanggungan. Setelah bersepakat dalam dekap bersama Mevin, Grace tidak lagi merasa seperti sampah karena ada Mevin yang menjadi anugerah. Setiap wanita berhak untuk dicintai dan mencintai. Terlepas dari apapun yang pernah terjadi. Grace berharap yang kuasa masih memberi waktu untuk membersamai Mevin sampai akhir nadi. Perasaan penuh duka keduanya rawat, menyembuhkan luka masing-masing dan menyembuhkan satu sama lain, kebersamaan terjalin mengikis keegoisan, menyatukan dua isi kepala dalam satu naungan pernikahan dan janji di hadapan Tuhan untuk saling menjaga hingga ujung usia. Perjuangan Mevin dan Grace dengan taruhan nyawa itu temui ujung cerita. Bertujuan satu arah dan menjadi utuh dalam perasaan, jumpa bahagia dan saling menuntun langkah bersama. Berjanji saling menjaga sampai tutup usia―selamanya.