Raymond Shannon – Ending

Langkah kaki para tamu undangan beradu saat mereka semua keluar dari hall tempat wisuda dilakukan. Hari ini, Raymond, Xander dan Jacob diwisuda dan resmi lulus dari kampus ini tentu dengan nilai yang memuaskan. Vanessa dan Shannon sudah berada di luar menunggu kekasih mereka datang. Benar saja, tidak lama Raymond, Jacob dan Xander muncul dengan toga kebanggaan mereka. Raymond langsung menghampiri Shannon, Jacob menghampiri Vanessa dan semua mata tertuju pada Xander.

“Kering amat gue nggak ada yang nyamperin.” Xander menggerutu.

“Haha, bohong banget. Katanya tadi nunggu seseorang?” timpal Jacob sambil merangkul Vanessa.

Tiba-tiba, “Xander!” pekik seseorang dari arah belakang mereka, semua yang ada di sana menoleh melihat seorang perempuan dengan tinggi yang hampir menyamai Xander berjalan dengan rok lilit batik dan atasan bermodel off shoulder membawa sebuah bouquet bunga dan rambutnya terurai panjang dengan poni yang menghias.

“Akhirnya dateng,” kata Xander. Semua menganga melihat wajah yang tak asing itu.

“Hai Raymond, hai Jacob hai pasangan Raymond sama Jacob!” sapa perempuan cantik itu lalu tangan Xander melingkar di pinggangnya.

“Salam kenal, aku Clarice,” perempuan itu tersenyum ramah dan menjabat tangan semua teman Xander itu.

“Ini Clarice yang artis itu?!” Jacob kaget bukan main mulutnya menganga sampai Vanessa mengatupkan dagunya.

Xander dan Clarice hanya tersenyum dan tersipu malu-malu. Benar, kekasih Xander adalah seorang artis yang wajahnya muncul di beberapa iklan, maupun video klip.

“Xander peletnya kenceng banget anjir!” seru Raymond yang langsung mendapat jitakan di kepala dari Shannon.

“Kaga pake pelet blegug!” Xander menepuk keras pundak Raymond.

“Kok nggak pernah ngomong kalau punya gebetan?” tanya Vanessa.

“Iya, gue diumpetin, katanya Xander nanti aja kalau udah lulus, gitu. Padahal kan pengin kenalan sama kalian,” kata Clarice.

“Gue Shannon!” kata Shannon sambil berjabat tangan dengan Clarice, “Gue Vanessa!” kata Vanessa setelahnya.

“Nice to know you Vanessa and Shannon!” Clarice nampak sumringah.

“Berarti kita bisa triple date dong habis ini?” kata Jacob.

“Why not?” Xander mengangkat alis. Akhirnya hari itu ditutup dengan mereka yang menikmati makan bersama untuk merayakan kelulusan. Sampai setelahnya mereka kembali dengan pasangan mereka masing-masing.

Hal itu berlaku juga bagi Shannon dan Raymond, mereka kembali ke apartemen Raymond tapi sebenarnya ada satu kejutan yang sudah Shannon siapkan bagi Raymond tanpa sepengetahuannya. Shannon bekerja sama dengan Justin tentu saja. Raymond masih menggenggam tangan Shannon dan masuk ke apartemennya, baru selangkah Raymond melangkahkan kaki, “CONGRATS!!” riuh suara tepukan tangan dan dekorasi sederhana menghias ruang tamu apartemen Raymond kala itu.

“Papi… Mami… Justin?” Raymond heran bukan main. Genggaman tangan itu terlepas seketika karena kini Raymond memeluk Papi dan Maminya bergantian dan tak lupa juga Justin.

“Selamat anak Mami udah wisuda,” kata Mami Raymond sambil memeluk dan mencium anak sulungnya itu.

“Sukses terus ke depannya semua doa yang baik buat kamu pokoknya!” kata Papi Raymond juga sambil memeluk anaknya itu. Giliran Justin yang memberi selamat, “selamat ya abang! Ikut seneng, semoga dapet kerjaan yang sesuai passion biar bisa ngelamar kak Shannon, hehe,” kekeh Justin lalu dibalas tonjokan pelan di lengannya. Semuanya hanya terkekeh. Sampai akhirnya Mami Raymond buka suara sambil berjalan mendekat ke arah Shannon, “semua ini idenya Shannon, dia yang dekor ini sama Justin, Shannon yang telepon Papi sama Mami pakai handphone Justin biar dateng kesini. Beruntung banget kamu dapet pacar yang pengertian dan baik gini.” Mami Raymond merangkul Shannon yang membuat Shannon tersipu.

“Shan, kalau Raymond aneh-aneh atau bikin kamu nangis jangan segan lapor ke Om, ya?” ucap Papi Raymond sambil terkekeh. Shannon mengangguk-angguk dan membalas senyum. Suasana kala itu sangat hangat. Suasana ini yang Raymond rindukan dan Shannon bisa mewujudkannya tanpa Raymond minta. Kesepian Raymond selama ini terbayar karena ia bisa berjalan beriringan bersama Shannon, dan berkumpul bersama keluarga tercintanya di moment berharga ini.

Kesendirian Shannon juga kini digantikan dengan kehadiran Raymond yang menjadi kekasihnya dan juga ada Justin yang sudah Shannon anggap seperti adiknya sendiri. Shannon diterima keluarga Raymond dan juga sebaliknya. Syukur kepada Tuhan yang tiada terhingga mereka semua panjatkan. Sesaat kemudian mereka hanyut dalam obrolan ringan setelah makan malam bersama, membicarakan satu sama lain, membicarakan rencana libur kali ini, membicarakan tentang Justin yang mulai memilih jurusan kuliahnya dan lain sebagainya.

Shannon yang duduk bersebelahan dengan Raymond hanya tersipu malu, namun perlahan Shannon rasakan Raymond meraih sebelah tangannya di bawah meja, jemarinya diraih lembut dan mesra. Keduanya saling bertatapan sesaat sebelum diam-diam menautkan jemari mereka satu sama lain dan bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa lalu melanjutkan obrolan itu. Raymond semakin erat menggenggam tangan Shannon seiringan dengan semakin eratnya ia menggenggam hati sang puan untuk selamanya.


Dua tahun selanjutnya....

“Selesai pendidikan S2 aku nggak mau nunda, tunangan ya?” sang tuan menawarkan sebuah janji yang langsung dibalas anggukan antusias dari sang puan pemilik hati. Hari penuh rindu akan dilewati entah dipendam sendiri entah akan dibagi. Hari-hari dilewati dengan menunggu dan terus merindu. Kali ini Shannon dan Raymond tengah berada di mobil, satu tangan Raymond ia gunakan untuk menyetir satu tangannya ia biarkan digenggam sang puan.

“Berapa puluh tahun ya kita bisa berdua, Shan?” pertanyaan random dari isi Raymond memang kadang sering muncul tiba-tiba. Raymond merapalkan pertanyaan itu sambil sesekali memandangi Shannon yang masih menggenggam satu tangan Raymond. Tak jarang sesekali Raymond mencium juga punggung tangan kekasihnya itu.

Shannon memutar bola matanya lalu menoleh menatap kekasihnya dan berkata, “Berapa puluh tahun itu kurang, mungkin lebih tepatnya selamanya nggak sih?” Mendengar hal itu Raymond tersenyum lalu melayangkan satu kecupan lagi di punggung tangan kekasihnya dengan lembut. Keduanya saling menatap sesaat sebelum kemudian tertawa kecil dan membuang pandangan ke luar jendela. Raymond memang tidak pernah main-main dengan gadisnya, perihal menunggu selama beberapa tahun pun selalu ia nanti. Cintanya tidak kemana-mana, rasa yang menyekap hatinya selalu diam dan tidak pernah beranjak―tidak akan pernah pergi.

Untuk menjajaki cerita selanjutnya bertukar duka saling merengkuh nestapa meski jatuh untuk kali ke sekian meski dkhianati dan disakiti untuk kali ke sekian karena akan menghantarkan pada satu kebahagiaan. Keluarga, sahabat, pasangan sejatinya titipan untuk menemani jalannya cerita kita agar selaras dengan skenario Tuhan. Terima kasih untuk cinta dan sayang serta waktu yang telah diluangkan untuk cerita Raymond dan Shannon ini yang masih banyak kekurangan, karena ini hanya selingan selama naskahan Broken Vessel dimana aku udah stress banget butuh yang ringan-ringan jadi aku membuat AU ini. Akhirnya cerita yang jauh dari ekspektasi dan kesempurnaan ini berakhir disini. Sampai bertemu di cerita selanjutnya. Akan ada banyak kekurangan nantinya but still i did my best as always. Terima kasih manusia manusia kuat dan hebat! Pelukku untuk kalian!

Cheers, awnyaii