RIUH PIKIRAN

GRAC

Jika bisa meminta kesempatan kepada sang empunya kehidupan mungkin Grace ingin meminta kepada sang empunya kehidupan agar tidak menjatuhkan hati kepada Mevin.

Entah apa yang terjadi, perubahan sikap Mevin mulai membuat Grace menerka hal yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Mevin yang tidak pernah mau mengangkat telepon, membalas pesan Grace, tidak pernah menanyakan keadaan Grace, menjadi dingin, seperti bukan Mevin yang ia kenal.

Petang ini, mentari meredup pulang ke peraduannya, bisik angin perlahan membelai wajah ayu Grace kala ia menunggu kedatangan seseorang di sebuah bangku di Garden by The Bays, tempat terakhir yang ia kunjungi dengan Mevin.

Grace disana menunggu Alicia, mata Grace menyapu seluruh pemandangan disana. Sembari mengingat hal-hal yang ia lakukan bersama Mevin terakhir kali kala itu. Mata Grace sedikit panas saat bayangan Mevin lewat di pikirannya, bayangan saat Mevin menggandeng tangannya, bayangan saat Mevin mendekap erat tubuhnya dan berulang kali mengatakan cinta.

Tak lama Alicia datang dari kejauhan dan melambaikan tangan kepada Grace, dan Grace bangkit berdiri saat Alicia datang. Keduanya saling memeluk sejenak saat sudah berhadapan.

Happy Birthday, Grace. Terima kasih ya, sudah lahir ke dunia,” kata Alicia saat merenggangkan pelukan lalu duduk di sebelah Grace.

Thank you so much,” balas Grace tersenyum.

“Kenapa? Kok tumben ketemunya mau disini?” tanya Alicia bingung.

“Pulang dari sini, Mevin berubah. Dingin, nggak peduli apapun, kaya pribadi yang lain.”

Alicia merangkul dan menepuk punggung Grace lembut.

“Ada masalah mungkin, atau ada hal lain?” katanya.

“Biasanya dia cerita.”

“Ada hal-hal yang bisa diceritain, ada yang enggak.”

Grace menghela napas panjang, “Mevin bukan pribadi yang kaya gini, ini bukan Mevin.” Alicia menggeser posisinya hingga benar-benar merangkul Grace erat saat melihat lengan Grace dimana disana ada bekas cakaran dan sayatan yang nampak belum lama.

Even Mevin hurt you, jangan sakitin diri kamu lagi, kamu lahir bukan untuk disakiti, sayangi diri kamu lagi, kan waktu itu udah janji, ya? Kita belum bisa dapet jawaban pasti kan kenapa Mevin kaya gitu? Tunggu sebentar lagi, ya?” Grace merenggangkan pelukan, “sampai kapan nunggunya? Capek sama semuanya.”

“Nggak semua hal harus kamu pikirin, Grace. Walaupun itu tentang Mevin sekalipun.” Alicia berkata dengan penuh penekanan.

“Aku mau mulai treatment besok,” kata Grace.

“Iya, kita fokus ke treatment kamu dulu, ya? Janji ya?” ucap Alicia yang dibalas anggukan kepala oleh Grace. Kali ini mungkin benar apa kata Mevin dan Alicia, lebih baik Grace fokus ke pengobatannya dan berhenti menerka apa yang terjadi kepada Mevin. Kalau sudah waktunya juga mungkin Mevin akan jujur tentang apa yang terjadi kepada Grace.