SEMUA SAYANG MEVIN
“Mevin!” suara pekikan itu membuat Mevin yang sedang hendak bangkit dari tempat tidurnya dan meraih infusnya pun terhenti.
“Mama? Papa?!” Mevin terkejut melihat kedua orang tua (angkat)nya di sana.
“Mevin kenapa nggak jujur sama Mama sama Papa?” kata Lea mendekati Mevin tapi berkata dengan penuh penekanan.
“Sayang..” bisik Jeremy lirih dan menarik tangan Lea agar lebih sabar.
“Ma..maafin Mevin ...” kata Mevin terbata-bata.
“Mevin kenapa, nak?” tanya Jeremy lirih.
Mevin tertunduk, tapi ketiganya terhentak dengan kedatangan seseorang, siapa lagi kalau bukan Jovian? Kini, Jovian ada di hadapan Lea, Jeremy dan Mevin.
“Kalau mau bawa Mevin nggak gini caranya, Jo! Aku tahu aku bukan Mama kandung Mevin dan kamu yang paling berhak atas Mevin, tapi bukan gini caranya pisahin aku sama Mevin!”
Tak bisa sanggah cercaan pertanyaan dari Lea, Jovian pun akhirnya akui keadaan yang sebenarnya.
“Mevin yang minta,” kata Jovian.
“Mevin minta Papa Jo buat nggak bilang sama Mama Lea sama Papa Jeremy. Maafin Mevin tapi Mevin cuma nggak mau jadi beban buat keluarga Adrian, Mevin udah ngerepotin terus, maaf ... Pa ...Ma...”
Lea mendekat ke arah anaknya itu, pundak Mevin diraih Lea dan Lea bawa Mevin ke dalam pelukannya. Perlahan Lea terisak di sana, mencium puncak kepala Mevin lalu memeluk anaknya itu tanpa berkata apapun, perlahan Lea merasakan Mevin memeluknya juga.
“Penyakit jantung bawaan, Petra dulu juga punya penyakit yang sama,” kata Jovian memecah hening.
Jeremy mendekat ke arah Jovian lalu merangkul Jovian, “makasih, Jo... makasih udah jagain Mevin,” kata Jeremy dengan berbesar hati. Jovian membalas tepukan di punggung Jeremy, “makasih udah jadi Papanya Mevin juga,” katanya. Dua orang pria dengan hati yang besar itu saling terharu memandang Mevin yang menangis di pelukan Lea.
Lar memang akhir-akhir ini gemar merasuk dalam hati Lea terlebih saat harus mengetahui kenyataan bahwa Mevin sakit. Air mata undang isakan mulai mengalun terdengar merebak riuh di ruangan rawat Mevin kala itu.
“Mevin jangan sakit ya, kalau sakit bilang ke Papa Jo, Papa Jeremy, Mama Lea, jangan dipendem aja, ya?” bisik Lea, di pelukan Lea ia bisa merasakan Mevin memeluknya dan mengangguk.
Lalu keduanya renggangkan pelukan, binar mata teduh yang tak pernah redup dari Lea dan Jeremy itu memandang Mevin dengan penuh kasih. Lea usap pipi Mevin yang basah oleh air mata. Belum sempat menghapus semua jejak air mata, terdengar suara beberapa orang datang ke ruanan itu.
“Adek!” “Mbar!” Kedua suara itu sungguh tidak asing bagi Mevin, maka ia menoleh benar saja ada Lauren dan Jevin di sana. Lea langsung berjalan mundur, Jovian, Jeremy dan Lea pun juga terkejut kedua anak itu bisa menyusul ke sana. Sampai di hadapan Mevin, kedua saudara Mevin itu langsung menghempaskan diri memeluk Mevin.
“Lo jangan diem aja kalau sakit,” kata Jevin.
“Dek.. ngomong kalau sakit jangan diem aja ... ngomong ke gue ...” tambah Lauren.
Suasana haru tumpah ruah di sana, keluarga Adrian selalu memberikan ketulusan di setiap pelukan dan ucapan mereka.
“Jer ... Lea ... didikan kalian yang terbaik, sekali lagi terima kasih.” Jovian mengakhiri kalimatnya dengan bibir yang bergetar dan ia lipat serta mata yang berkaca-kaca. Lea mengangguk, sementara Jeremy langsung memeluk Jovian.
Sungguh, Mevin bisa rasakan kasih sayang dan kehangatan keluarganya disaat senang, sedih, sehat maupun sakit. Semuanya berhati besar, semuanya tabah, semuanya memiliki rasa sayang yang sama untuk anak lelaki yang kehadiran dan kelahirannya sangat istimewa, Elleandru Mevinio Adrian. Bukti nyata keikhlasan, ketegaran, kasih Tuhan itu nyata baginya, bagi keluarganya. Meski harus ditinggalkan Jovian untuk bertahun-tahun, juga Petra yang harus pergi selamanya, semuanya Tuhan gantikan dengan sukacita dan berkat dari orang-orang yang Dia kirimkan untuk Mevin. Kasih sayang tak terhingga dari semua yang menyayangi Mevin.
Semua sayang Mevin <3