STOP BLAMING YOURSELF
Lea meyakinkan dirinya bahwa Jeremy dalam keadaan baik-baik saja. Angin malam membelai langkah Lea memasuki gedung kantor Jeremy yang nampak lengang. Lea melihat suasana kantor Jeremy yang memang sudah sepi. Pikiran Lea sudah berisik karena ia selalu takut jika sesuatu membuat Jeremy merasa ter-trigger. Jeremy memang tidak pernah melihat sosok yang melahirkannya karena sosok yang melahirkannya pergi selamanya saat melahirkannya, ayahnya tidak mau mengurusnya, oleh karena itu ayah kandung Jeremy menitipkannya di panti asuhan dan pada akhirnya Jeremy di adopsi oleh orang tuanya sekarang, Papa Doni dan Mama Jessica yang sudah menjadi mertua Lea. Semilir angin yang menerpa cuma-cuma serupa senyuman tipis Lea saat memasuki ruangan Jeremy. Kebisingan kota di luar sana Lea redam saat sudah melihat suaminya. Jeremy sedang fokus ke laptopnya disana, Lea mengendap berjalan memeluk Jeremy dari belakang dan menciumi rambut Jeremy.
“Sayang,” kata Jeremy lalu mengadahkan kepalanya, disambut Lea dengan kecupan di bibir Jeremy sedetik.
“Are you okay?” tanya Lea, Jeremy mengangguk dan tersenyum. Jeremy merenggangkan pelukan Lea dan mengisyaratkan Lea agar duduk di pangkuannya. Lea mengiyakannya dan duduk di pangkuan Jeremy, kali ini ia yang mengambil alih mouse dan membiarkan jari-jarinya menari diatas keyboard.
“Good job, girl,” kata Jeremy sambil memeluk Lea dari belakang dan menyandarkan wajahnya di punggung sang puan. Jeremy memeluk Lea dan menemukan kenyamanannya disana selama beberapa saat Lea membiarkan suaminya memeluknya.
“Jer,” panggil Lea lirih sambil masih terus fokus ke monitor.
“Hmm?” Jeremy hanya berdeham menanggapi istrinya itu sambil menciumi punggung Lea.
“Stop blaming yourself, hm.. about your mom.”
“Lea,” Jeremy menjauhkan wajahnya dari punggung Lea, istri Jeremy itu menoleh menatap wajah sendu suaminya. Bertukar tatap barang sesaat,
“Mama kandungku pergi waktu aku lahir, karena aku lahir kan? Dan anak kita salah satunya pergi karena aku nggak jagain kamu, selama kita menikah juga kamu dapet banyak cobaan dn hal-hal yang mengerika, karena apa? Aku, semua berpusat di aku.”
“Jer, kalau kamu ngomong gitu lagi aku keluar dari sini,” Lea bangkit berdiri namun Jeremy menahan pergelangan tangan Lea.
Wanita itu menatap Jeremy sesaat, pandangannya mengikuti pergerakan Jeremy yang saat ini berdiri di hadapan Lea. Jeremy sedikit menunduk lesu, Lea meraih dagu Jeremy dan membuatnya sedikit mendongak. Tangan kanan Lea membelai pipi Jeremy lembut, tangan kirinya merapikan rambut Jeremy yang sedikit berantakan.
“Maaf,” ucap Jeremy lirih.
“Dalam hidup, semuanya udah ada yang atur, semua udah ada dalam kendali Tuhan, kehilangan, kepergian bukan salah kamu.”
“Tapi setelah kamu sama aku, buktinya hidup kamu nggak baik-baik aja.” Jeremy melingkarkan tangannya di perut Lea, “Iya kan?” lanjutnya.
“Sebelum sama kamu hidupku lebih hancur, kehilangan Papa, Mama, ditinggalin Jo, he is married with other girl, and then you came, you safe me, Jer.” “Tapi setelah itu―” belum selesai Jeremy dengan kalimatnya, Lea sudah memeluknya, erat.
“Udah, ya? Jangan kaya gini terus, sama-sama berdamai, anak kita yang harus pergi ikhlasin, aku ibunya, udah ada Mevin, ya? Can you?” Lea membenamkan wajahnya di dada bidang Jeremy.
“Aku sayang kamu,” kata Jeremy lalu menciumi kepala Lea beberapa kali. Akhirnya Lea dan Jeremy kembali ke meja kerja Jeremy dan dalam posisi Lea ada di pangkuan Jeremy. Kepada siapa lagi Jeremy harus melontarkan duka yang gugur bak daun jatuh kalau bukan dengan bertukar rengkuh dengan Lea? Kepada siapa Jeremy bisa tinggal dan mengadu seluruh lara dan bertukar nestapa jika bukan dengan Lea―wanita yang sudah ia pilih untuk sama-sama menjatuhkan hati. Sembari Lea berkegiatan mengolah data di laptop, jemari nakal Jeremy menyingkapkan kain yang menutupi paha Lea itu. Jeremy membelai lembut paha Lea. ia membuat Lea sedikit menggeliat geli
“Jeremy..”
“Apa?”
“Jangan sayang” rengek Lea namun rengekan itu dibalas Jeremy dengan rematan tangan di payudara Lea yang membuat sang puan mendesah kala tangan Jeremy meremas payudaranya secara perlahan dan sensual.
“Jer mmhh,” Lea berusaha menyingkirkan tangan Jeremy dari sana tapi suaminya itu malah lebih memberi gerakan lagi disana.
“Jeremy nghh” desah Lea lagi yang tak tertahankan. Lea melepaskan jemarinya dari laptop dan memegang pergelangan tangan Jeremy berniat menghentikan kegiatan suaminya itu namun Jeremy malah menelusupkan wajahnya di sela leher Lea membuat sang puan mendongak lalu dengan sigap Jeremy mendaratkan kecup di seluruh bagian leher Lea dan tangannya masih gencar bermain di payudara Lea.
“Ahh, Jer pleasee mhh,” Lea sedikit menggeliat kala Jeremy mulai bermain dengan lidahnya disana. Jeremy pun meminta Lea menghadap Jeremy dan memeluknya bak anak kecil.
“Jer kenapa kamu masih stay sama aku―setelah semua hal buruk yang terjadi, kenapa?” Lea menatap suaminya itu tajam. Jeremy tersenyum manis, sesaat hening untuk beberapa detik hingga hanya terdengar dentingan jam di ruangan itu.
“Karena keping hati diciptakan berpasangan, i find in you, no one else.” Keduanya memang pada awalnya tidak berencana untuk saling jatuh cinta namun keduanya bersedia sukarela bertukar kepingan hati dan membuatnya berpasangan, bukan dengan percabangan. Pada langkah kaki Jeremy dan Lea dititipkan sebuah harap bahwa keduanya ingin berjalan bersama hingga akhir usia.
“Jeremy..”
“Ya sayang?”
“Hidup kamu sempurna nggak sama aku?” Jeremy diam sejenak sebelum berkata, “Belum sempurna, tapi sangat indah.”
“Terima kasih ya udah jadi suami yang baik. Aku memang nggak salah pilih pendamping hidup.” Jeremy menyisir surai hitam Lea dengan jarinya lalu turun ke pipi Lea menangkupnya dengan satu tangannya dan berkata,
“Kamu juga istri yang hebat, kamu punya cara sendiri buat memamerkan kecantikan. Bukan semata kecantikan paras tapi hati dan pola pikir. Aku dan kamu itu ibarat aku punya banyak sajak barisan sajak yang belum disuarakan, nah hanya kamu yang bisa suarakan.” Mendengar itu Lea merasa pipinya hangat, disertai detik berikutnya, bibir Jeremy sudah menyapu bibir Lea yang halus. Lea mulai mengubah posisinya menjadi menghadap Jeremy dan dengan leluasa mengalungkan tangannya di leher sang tuan Lea kini sudah duduk balik arah meghadap kepada sang tuan dan mengikis jarak diantara mereka.
Bibir menyatu dan lidah yang bertaut, tangan Jeremy yang memeluk erat pinggang istrinya serta tangan Lea yang menekan tengkuk leher Jeremy memperdalam ciumannya. Tangan Jeremy tak tinggal diam. Bergerak dengan sensual dari tengkuk turun ke pinggang.
“Mhh— Jer,” Lea melenguh saat Jeremy menggesekkan jarinya di luar celana dalam Lea. istri Jeremy itu mulai menyebutkan nama Jeremy di antara desahnya. Ciuman bertambah lekat, pagutan bertambah intim keduanya kadang terengah dan mendesah bersamaan. Tak perlu waktu lama ciuman Jeremy turun ke bagian leher Lea. wanita itu sampai mendongak dan membusungkan dadanya kala lidah Jeremy bergerak brutal disana. Lea seakan menyerahkan seluruh tubuhnya untuk dikuasai Jeremy.
“Jer, ini di kantor,” Lea sedikit menjauh sambil menekan dada Jeremy menjauh.
“Should we go to apart now?” Lea mengangguk, Jeremy mendekap lagi wanitanya itu dan bersiap membereskan barang-barangnya. Jeremy dan Lea keluar dari gedung itu bergandengan dan kembali masuk ke mobil. Keduanya melewati beberapa menit perjalanan untuk memarkirkan mobil di basement sebuah apartemen yang tidak jauh dari kantor Jeremy. Sepanjang jalan satu tangan Jeremy ia gunakan untuk menyetir satu tangan lainnya ia gunakan untuk memencet tombol remote control vibratornya, niat awalnya hanya ingin mengetes apakah Lea memakainya atau tidak. Benar saja Lea memang memasang vibratornya di bagian sensitivenya. Ia memasang benda itu di pusat tubuhnya seperti apa yang Jeremy biasa lakukan sebelum mereka “have fun”. Sesekali Jeremy memencet tombol itu dan membuat Lea mendesah.
Percobaan pertama Jeremy membuat Lea menggeliat dan resah di posisinya, percobaan kedua membuat Lea meremas seat beltnya, percobaan ketiga Lea mati-matian menahan namun satu lenguhan lolos dari mulutnya,
“Don't please Jeremy how dare you mhh,” rengek Lea kala getaran itu muncul secara tiba-tiba. Ia hanya menggeliat di jok mobil sambil meremas seat belt yang terpasang di tubuhnya. Jeremy tersenyum puas. Satu tangan Jeremy ia gunakan untuk menyetir satu tangannya lagi ia gunakan untuk mengelus paha istrinya dan sesekali meremas remas payudara Lea dari luar bajunya. Wanita itu semakin gila dibuat Jeremy. Tak henti sampai disitu, Jeremy menambah dan mengurangi tempo kecepatan getaran vibrator tak beraturan. Lea sudah kacau mendesah tak terhitung berapa kali. Lagi, Jeremy terus meremas dan memberikan rangsangan berlebih di payudara Lea sambil menyetir. Ia beberapa kali memencet dan mempermainkan wanitanya dengan remote itu. Sesuatu dibawah tubuh Lea bergetar hebat ia tidak bisa mengatasinya sendiri. Lea melebarkan pahanya membuat pahanya terekspos sempurna. Ia menggeliat dan mendesahkan nama kekasihnya sepanjang jalan.
“Moan my name!” perintah Jeremy “Jeremyhh mhhh I can't pleasee aahhh,” racau Lea.
Akhirnya tak berselang lama Jeremy dan Lea tiba di parkiran basement apartemen yang lengang. Jeremy, menghentikan kegiatannya, ia melepaskan seat belt Lea lalu tersenyum dan berkata, “Ayo, sayang.” Lea tersenyum lalu keluar dari mobil bersama dengan Jeremy, setelah dari receptionist dan menerima kunci kamar mereka berjalan beriringan menuju kamar tujuan, sebuah kamar dengan nuansa putih yang luas, dengan fasilitas lengkap seperti pantry, ranjang besar, pemandangan dari jendela yang langsung menyuguhkan suasana kota di malam hari, bathup besar, sofa besar, memanjakan mereka malam ini.
Lea sedang berada di dekat jendela, memandang ke luar melihat hiruk pikuk ibukota yang masih ramai. Pada awalnya Jeremy adalah ombak dan Lea adalah karang. Sedikit kontras karena saling bertabrakan namun karang tak pernah kalah oleh ombak, begitu juga ombak yang tak pernah lelah untuk membuat deburan pada karang yang berdiri tegar, namun tidak pernah sekalipun ombak membuat sang karang hancur lebur. Begitu juga Jeremy dan Lea yang salig dihantam keyataan pahit dari sisi masing-masing namun masih bersedia menanggung beban bersama setelah apa yang sudah terjadi.
Jeremy yang baru saja keluar dari kamar mandi pun berjalan mengendap mendekati Lea. Tak lama kemudian Lea merasakan ada yang memeluknya dari belakang dan menaruh dagunya di pundak Lea serta menghujam pipi Lea dengan beberapa ciuman. Lea berkata, “Jer, udah?” Lea menjauhkan tubuhnya dari rengkuh Jeremy. Namun Jeremy masih menahan pinggang Lea dengan tangannya dan menempelkan hidung mereka.
“Why you look so sad, kenapa diem disini?” tanya Jeremy. Lea mengelus punggung tangan Jeremy yang melingkar di perutnya lalu berbalik badan menghadap ke pria itu, Jeremy melihat wajah lelah dan mata sayu Lea.
“Nggak papa sayang. Suka sedih kalau sama-sama menyalahkan keadaan karena kita.” mendengar ucapan Lea itu pun tanpa kata Jeremy melayangkan kecupan ke pipi wanita di depannya itu. Lea hanya mendengus geli sambil memukul pelan lengan Jeremy.
“Berat, ya? Kita manusia biasa, nggak ada yang bisa mengelak takdir.” ucapan itu direspon senyuman dan anggukan kepala dari Lea. Jeremy pun langsung membopong tubuh Lea dan menidurkan Lea di ranjang, Lea melihat di meja kecil di sebelah ranjang Jeremy sudah menyalakan scented candle beraroma rose yang menambah kesan romantis malam itu. Beberapa alunan nada instrumental piano menghiasi memecah keheningan kala itu. “Lea―promise me that you won’t leave?” kata Jeremy, Lea mengangguk dan tersenyum. “You don’t need any answer for this question, right?” kata Lea sambil mencolek hidung Jeremy dengan jari telunjuknya. Kalimat itu tidak diindahkan Jeremy karena pria itu langsung mengecup bibir Lea dan memeluk Lea hangat.
“Setiap kehilangan yang kita alami. Mama kamu, atau salah satu dari anak kembar kita, bukan salahku ataupun kamu, kalau bisa tukar posisi aku mau gantiin posisi anak kita yang harus pergi kala itu, tapi, kita nggak punya kuasa atas hidup ini. Diberi kesempatan setelah ujung kematian, bikin aku sadar masih banyak tugasku yang belum selesai, entah jadi ibu ata istri. Atau kedua tugasku sebagai ibu dan istri di saat yang bersamaan,” ujar Lea sambil sedikit mendongakkan kepala menatap Jeremy, pria itu tersenyum lalu menghela napas.
“Aku masih dan akan terus jatuh cinta sama kamu, sampai kali ke sekian, Lea.” katanya terharu mendengar jawaban Lea.
“Pinter gombalnya sekarang.” Lea mencubit pipi Jeremy keras. Jeremy tersenyum smirk menggoda sambil menarik Lea mendekat kepadanya. Lea memukul pelan dada Jeremy sambil tersenyum. Lea terkekeh lalu merubah posisinya menjadi duduk, Jeremy pun merubah posisinya tidur di paha wanita cantik itu. Lea mulai merapalkan pemikiranya sambil tangannya bermain di surai Jeremy dan wajah pria tampan itu.
“Am i precious enough? Am i deserve all these love from you?”
“Sure, why not?” tangan Jeremy meraih dagu Lea dan mengelusnya perlahan.
“Setelah ini jalani kehidupan yang masih jadi misteri, ya? Yang kuat, ya? Tapi semua bakalan baik-baik aja kan?”
“Enggak,” kata Jeremy menggoda Lea.
“Heh kok enggak?!” tanya Lea sedikit tersentak. Ia mencubit keras lengan Jeremy yang membuat pria itu terperanjak dan mengubah posisinya menjadi duduk bersandar di ranjang di sebelah Lea.
“Setelah ini semua enggak cuma baik-baik aja tapi bakalan sangat baik!” kata Jeremy tersenyum lalu mengacak pelan rambut Lea. Wanita itu mendengus lalu terkikik sambil menggeleng pelan dan membuang pandangan ke sekitar kamar. Perlahan tangan Jeremy meraih lengan Lea membimbing wanita itu agar mau duduk di pangkuannya dan menghadapkan wajahnya kepada Jeremy.
“Apa sih kamu mah,” Lea kesal namun tetap saja tangannya ia kalungkan di leher Jeremy.
“Trust me,”
“Jer,”
“Ya?”
“Saat semua orang anggap aku sampah karena masa laluku, kamu datang dan anggap aku sebagai anugerah, kamu pernah ngerasa lelah nggak sih, Jer?” pada kalimat sang puan tercatat beberapa kenangan pahit saat Lea harus menghadapi kejamnya kecaman sekitar hanya karena masa lalunya sebagai anak alter yang membuka jasa cuddle care dan gfrent, yang tubuhnya sudah dijamah beberapa client. Pikiran Lea kadang masih terasa tersesat dan bersekat untuk hidup bersama Jeremy namun semua ditepis Jeremy dengan sebuah dekap.
“Kamu berharga, kamu hebat, masih banyak yang lebih penting dari sekedar masa lalu. Nilai wanita bukan atas dasar bagaimana masa lalunya dan pakaian seperti apa yang mereka kenakan, tapi bagaimana pandangan mereka terhadap dunia, bagaimana mereka meninggalkan hal-hal yang sulit untuk ditangkis, tangguhnya perempuan melebihi apa yang dilihat, budi dan hati melampaui itu semua. Kamu salah satunya dari jutaan wanita di dunia ini.” Jawaban Jeremy berhasil memporak porandakan hati dan pertahanan Lea, pria dengan sejuta cinta yang mampu mengerti dan menerjemahkan setiap isi kepala Lea yang seluas semesta yang menganggap kehadiran Lea nyata, bukan fana. Pun pada akhirnya mereka memiliki satu sama lain, menerka setiap tanya perihal takdir dan kehidupan ke depannya, derai tawa ditukar bersama menjalin kelakar bersama.
“I love you,” Jeremy bisikkan lirih di telinga Lea, maka sang puan mulai terlena dalam puja yang sang tuan berikan pada sapaan lembut pada bilah bibir Lea saat itu. Pagutan lembut dibalas dengan lumatan sedikit dalam, Jeremy memimpin pertukaran saliva kala itu dengan begitu manis.
Tak lama ciuman mesra Jeremy mulai turun,
“Katanya mau bikin tatto kan?” goda Jeremy di sela pagutan mereka.
“You can, but don’t ever make it on my neck haha, nanti anak-anak lihat gimana?” Jeremy hanya mengangkat alis lalu memainkan lidah dan bibirnya di bagian leher dan telinga Lea dengan seduktif. Wanita dibawah kendali Jeremy menggeliat saat lidah Jeremy bermain di sela lehernya untuk menghisap dan menggigit sedikit hingga meninggalkan sedikit bekas disana.
Leher dicecap, dada dijajah, payudara dipilin lalu dihisap dan diremas. Tidak dibiarkan tangan Jeremy hanya diam, pria itu menggunakan satu tangannya untuk memilin payudara sebelah Lea yang belum ia cecap dan satu tangannya ia gunakan untuk membelai dan memberikan sentuhan sensual di tubuh Lea hingga wanita itu menggeliat dibuatnya. Lidah Jeremy juga tidak kalah diam, dibiarkan lidahnya menjilati bagian payudara Lea dengan rata, puncak payudara dijilat dan dimainkan dengan lihai tanpa henti. Kadang Lea juga memeluk erat kepala Jeremy.
“Ngh—Jer mhh,” sang tuan menghentikan kegiatannya kala mendengar permintaan sang puan memberikan jeda barang sebentar untuk Lea bernapas. Foreplay lembut kembali mereka lakukan. Sentuhan di bibir, sentuhan kulit mereka, saling menelanjangi lalu mencumbui dengan gairah bercinta.
Tubuh keduanya saling bersentuhan dalam senggama yang membawa hasrat denting jam beradu dengan desahan lirih yang lolos kala lidah keduanya bertaut. Tangan Lea menarik tubuh Jeremy semakin dekat dengannya hingga payudaranya menempel dengan dada Jeremy, bak sebuah zat adiktif bagi Jeremy saat ini.
Sang tuan menyentuh bagian paha Lea dengan sentuhan menggelikan dan memancing nafsu. Tubuh Lea menggelinjang kala bibir mereka bersatu lagi, Jeremy menciumnya dengan sedikit lebih bernafsu dan satu jari Jeremy berhasil memasuki pusat tubuh Lea dan bergerak liar dibawah sana. Lea meracau tak henti mendesahkan nama suaminya itu. Lea menggelinjang kala ia merasakan perih dan satu kenikmatan saat Jeremy melakukannya dengan cepat lalu menambah satu jari lagi untuk dimainkan di pusat tubuhnya dan memainkan clitnya. Bibir keduanya masih bertaut
“Jeremy ahh,” racau Lea kala menyadari gerakan jari Jeremy semakin brutal. Lidah Jeremy masih asik mencumbu dan bernafsu seakan memaksa untuk masuk ke dalam rongga mulut Lea. Wanita itu mengerang dan mencengkram bahu Jeremy sesekali. Jeremy melepaskan jarinya dari pusat tubuh Lea. Ia biarkan miliknya bergesekan dengan milik Lea.
“Ahh,” desahan lolos lagi dari mulut Lea membuat Jeremy semakin bergairah. Jari Jeremy masih sibuk bermain dibawah sana dan ia melepaskan pagutannya untuk melihat pemandangan paras ayu Lea dibawah kendalinya.
“Mhh, Jeremy.. ahh,” desahan dan lenguhan Lea menjadi pemandangan yang indah bagi Jeremy saat ini. Badan yang menggelinjang, kepala yang mendongak, mata yang terpejam membuat Jeremy juga mabuk kepayang.
Wanita itu mendesah saat Jeremy menggunakan lidahnya untuk menggodanya, lidah Jeremy menari juga di bagian leher dan dadanya turun menjelajahi setiap inchi perut Lea meninggalkan banyak bekas merah disana. Dengan tangan meraba, dan memilin puting Lea.
“As you said before, here you go, your tatto, Madame,” Jeremy menyeringai, ia sisipkan rasa kagumnya pada wanita yang tengah jadi miliknya itu, tubuh indahnya menyimpan sejuta luka namun ditepisnya dengan tawa yang memesona. Jeremy mulai menjalari pinggang dan perut Lea dengan bibir dan lidahnya serta meninggalkan beberapa jejak disana. Tubuh Lea yang dikukung Jeremy dengan sempurna kini melemah dan pasrah atas apa yang dilakukan Jeremy.
Tak butuh waktu lama Jeremy yang melihat dan merasakan bahwa wanita dalam kendalinya sudah risau pun mengelus perlahan pusat tubuh Lea, perlahan helai demi helai benang dalam tubuh keduanya tanggal dengan sensual, Jeremy pun mulai menyapa kewanitaan Lea sudah meminta untuk diberikan perlakuan kala itu, Jeremy membuka paha Lea lebar dan ia kembali merendahkan tubuhnya, mendekati pusat tubuh Lea dan memainkan lidah dan tangannya disana,
“Mmhh” desah Lea saat merasakan tubuhnya seakan terbang ke awan-awan. Sang puan dipasung dalam kenikmatan yang Jeremy berikan kala itu.
Gerakan lidah Jeremy memabukkan Lea, membuat Lea menggelinjang, menggeliat dan sedikit menekan kepala Jeremy meminta sang tuan berada disana lebih lama dan sela rambut Jeremy sebagai media penyalur gelenyar nikmat setelahnya. Afeksi yang diberikan Jeremy membuat sang puan tak kunjung temukan muara atas kenikmatan malam itu. Lea juga kadang membelai surai Jeremy sebelum meremasnya, ketahuilah, hujan di luar turun deras namun keduanya tidak merasakan dingin, yang hanya adalah kehangatan pada titik kenikmatan untuk keduanya. Wanita itu tidak bisa menahan rasa nikmatnya, tidak bisa dipungkiri. Lea mendongakkan kepalanya dan membusungkan dadanya kala rasa dan gelenyar nikmat itu memenuhi tubuhnya.
Akhirnya setelah dirasakan Lea hampir mencapai puncaknya, Jeremy beranjak dari sana, pekikan Lea tidak diindahkan Jeremy meraih jasnya, Jeremy menunjukkan sebuah benda untuk Lea, wanita itu terbelalak melihatnya. Pria itu mulai merangkak di ranjang dan memasangkan Leather Handcuffs ke kedua pergelangan tangan Lea sebelum membawa tangan sang puan ke atas kepala. Jeremy menyeringai,
“Prepare your self.” Lalu Jeremy pun membuka paha Lea lebar-lebar lalu mengecupnya di beberapa bagian sebelum memasukkan benda tadi ke pusat tubuh Lea . Sebuah benda kecil lain yang digunakan untuk mengontrol kecepatan vibrator itu digenggam Jeremy.
“Jer?” Lea mengernyit,
“Apa, sayang?”
“Ini..” belum usai Lea bicara Jeremy sudah menyalakan benda itu dengan kecepatan sedang. Lea langsung membusungkan tubuhnya kala itu karena kaget ia menggeliat juga, nama Jeremy berulang kali ia sebut dalam desahnya.
Dengan posisi vibrator yang masih menyala, Jeremy mencumbu bibir ranum Lea. Wajah sayu Lea membuat Jeremy semakin gencar dan libidonya meningkat.
“Nghh—” Lea mendesah kala ia memainkan jemarinya meremas surai Jeremy menyalurkan kenikmatannya sesuai dengan temponya. Setelah itu ciuman Jeremy turun ke dada dan payudara sintal nan kenyal milik istrinya. Menyesap habis dengan lembut perlahan brutal. Dengan erat Lea memeluk leher Jeremy agar sang tuan dengan leluasa memperdalam hisapan di bagian sensitive payudaranya. Dipilin oleh Jeremy puncak payudara Lea saat itu, dimainkannya dengan lidah, bibir dan gigi. Lea merasa sedikit perih dalam nikmatnya saat itu.
Akhirnya Lea menggerakkan tangannya, ia gunakan untuk menekan bagian belakang Jeremy agar bibir mereka bertaut. Jeremy memang senang mempermainkan wanitanya ini. Jeremy menjadi semangat ia mencecap dan genca menyesap bibir sang puan. Ciuman Jeremy berpindah ke leher dan belakang telinga sang puan memanjakan dengan lidah yang menyentuhnya dengan sensual. Lenguhan lain lolos saat Lea merasakan lehernya dimainkan Jeremy dengan lidah dan gigi bergantian.
“Mhh Jeremy, ahhh,” Benda dibawah sana masih bergetar, Jeremy kembali memainkan lidahnya di leher Lea ,
“Ahhh―yashh sshh Jeremy , mmhhh,” Lea memeluk erat leher Jeremy dan membalas permainan lidah di leher Jeremy membuat sang tuan juga mabuk kepayang.
Payudara bak satu hal menyenangkan untuk Jeremy mainkan, padahal sang puan sudah mengenjang dan meremat sprei membusungkan badan serta menggeliat mendesahkan nama Jeremy. Lidah Jeremy ia gunakan untuk menggoda serta menjilati bagian payudara Lea . Melihat sang puan sudah meracau dan menggelinjang, Jeremy kembali mendaratkan cumbu di bibir ranum Lea .
“Mhh, it’s closer ahh sshh i wanna mhhh,”
“Just let it be, after this we still have another round,” bisik Jeremy di telinga Lea lalu menjilat bagian belakang telinga Lea . Sang puan memeluk erat tubuh Jeremy. Dengan iseng sekali lagi Jeremy menaikkan kecepatan vibrator.
“Ahhh Jeremy―i wanna, mmhh shhh little bit more ughh,” Lea memeluk Jeremy semakin erat.
“Ahhh!”
“Mhhh aahhh! It’s enough, hah...mhh,” Lea menelan ludah dan memejamkan mata. Jeremy mencabut benda tadi dari pusat tubuh Lea lalu mengukung tubuh Lea , dilihatnya peluh sudah membasahi kening Lea , dengan lembut Jeremy mengusapnya lembut lalu mengecup kening, kedua pipi dan hidung Lea . Dan memeluknya beberapa saat.
Kini Jeremy meminta Lea untuk memanjakannya, ia pun menyandarkan dirinya di tempat tidur lalu Lea pun merangkak mendekati Jeremy. Lea mulai memosisikan dirinya di depan Jeremy yang sedang mengelus kejantanan yang mulai tegang itu. Lea meraihnya dan mengelusnya pelan sedetik kemudian gerakan tangannya bertambah sedikit cepat.
“Ahh, go ahead, terus babe,” desah Jeremy. Lea tersenyum sambil terus menggerakkan tangannya mengocok pusaka milik Jeremy. Setelah melihat Jeremy memejam dan membuka mata berulang kali, Lea pun memasukkannya ke dalam mulutnya.
“Mhh,” Jeremy meremas rambut Lea yang ada di bawahnya. Untuk menyalurkan semua rasa nikmatnya. Jeremy sudah mendesahkan nama Lea beberapa kali. Terlebih saat pusaka milik Jeremy terasa dihisap dan mengenai pangkal tenggorokan Lea, ia semakin mengadahkan kepalanya dan menahan Lea agar tidak melakukannya lagi guna menghindari pelepasan.
“Ngh—Lea stop,” sang puan menghentikan kegiatannya kala mendengar permintaan Jeremy.
Penat jua nelangsa kini sirna dari hati keduanya digantikan oleh bahagia buaian nikmat suara-suara desah dan lenguh yang bertukar Kini Jeremy membiarkan sang puan berada di atasnya, Lea memosisikan pusaka Jeremy tepat di depan kepemilikannya, dalam sekali hentakan berlawanan dari Jeremy, milik Jeremy sudah memenuhi milik Lea, dua gundukan yang menggantung di dada Lea tidak Jeremy biarkan begitu saja, pun tatkala Lea menggerakkan pinggulnya bak sebuah hal yang memantik libido Jeremy menyala lebih gencar lagi.
Mula-mula gerakan pelan dari Lea membuat Jeremy hanya memejamkan mata, senggama selanjutnya membuat Jeremy meraih pinggang Lea dan menggerakkannya lagi, bunyi decapan bibir keduanya setelahnya menggema lagi saat Lea menghentikan gerakan pinggulnya sesaat. Afeksi candu yang dibuai renjana malam itu hadir menemani keduanya dibuai gelora asmara yang saling beradu satu sama lain. Dua sejoli yang menghabiskan energi untuk saling mencumbui dan menelanjangi masa lalu serta hal-hal yang sudah di lewati,, panggilan nama dalam desah dan lenguhan menjelma bak puisi pengantar tidur dari sang pujangga untuk yang dicinta. Napas yang mulai terengah membuat keduanya menghentikan kegiatan intim sesaat, ditempelkannya kening masing-masing dari mereka menatap satu sama lain dengan sayu namun penuh asa yang menggebu.
“I love you,” ucap Jeremy dengan napas yang terengah, “I love you more than i can say,” balas Lea yang masih tidak membiarkan kejantanan Jeremy lepas dari miliknya. Diluar memang hujan, namun ada hujan lain yang turun di pipi Lea, sang pemeran utama jalan cerita meneteskan bulir kristal yang bening. Jeremy menyekanya,
“Kenapa?”
“Dunia memang jahat ya, kita sama-sama kehilangan banyak hal tapi dipertemukan,”
“Iya, untuk saling menyempurnakan, paham?” kata Jeremy setelahnya, Lea yakin sepenuhnya bahwa ini adalah perannya dan Jeremy yang sempurna sebagai pasangan, nyanyian desah dan decapan keduanya mengalun lagi menjelma raung yang syahdu, senggama antara tubuh keduanya membawa keduanya ke surga nikmat malam itu.
Jeremy memang menarik Lea dari dunia kelamnya dan kejamnya dunia alter, Lea membuat Jeremy berlabuh untuk menemani menjadi pendamping menjalani kehidupan yang liar bak bercinta ditengah belantara. Sempat tertatih diperhadapkan kepada perpisahan berulang kali namun nostalgia akan hal hal itu bagai neraka yang sudah mereka jajaki, kehilangan semengerikan itu.
Detik setelahnya tubuh Lea direbahkan dan dikukung sempurna oleh Jeremy, bibir Lea diraup dan dibabat habis, beberapa tetes air mata bahagia menetes di pipi Lea, sedikit menikam hati Jeremy, namun diusapnya lembut, ciuman mereka menjadi semakin menuntut.
“Sebelum coming out i want to ride you first.” kata Jeremy. Saling menelanjangi lalu mencumbui dengan gairah bercinta. Badan keduanya saling bersentuhan dalam senggama yang membawa hasrat denting jam beradu dengan desahan lirih yang lolos kala lidah keduanya bertaut. Tangan Lea menarik tubuh Jeremy semakin dekat dengannya hingga payudaranya menempel dengan dada Jeremy.
Isi kepala Lea yang penuh sejuta bengis ditepis Jeremy dalam desis dan sentuhan yang mendarat di klitoris Lea saat itu. Tanpa aba-aba Jeremy dengan dua kali hentakan keras memasukkan pusakanya ke pusat tubuh Lea.
“Jeremy! Akhh!!” cengkeraman tangan Lea dirasakan Jeremy erat di bahunya. Suara erangan dan desahan terdengar di ruangan yang sudah tertutup itu. Peluh sudah membasahi dan membanjiri tubuh keduanya namun mereka tidak tinggal diam. Keduanya mendesah bersamaan, Lea merasakan ada sesuatu yang melesat masuk ke dalam tubuhnya, kejantanan Jeremy sudah masuk dengan sempurna. Jeremy menggerakkan pelan pinggulnya serta mencumbu bibir ranum Lea lagi. Gelenyar nikmat menjalari tubuh Lea dan Jeremy serta membakar keduanya dalam api cinta. Tangan Lea juga tidak dibiarkan diam, Lea memberikan sentuhan di tubuh Jeremy yang sempurna untuk meraba dan menyentuh bagian dada, perut dan leher Jeremy. Sementara Jeremy terus menggerakkan pinggulnya kadang pria itu juga mencium puncak payudara Lea menghisapnya dengan brutal membuat Lea menggelinjang. Ciuman Jeremy naik lagi ke leher Lea.
“Jer―mhh sshh ahh,” desahan Lea terdengar merdu di telinga Jeremy. Untuk beberapa saat selanjutnya Jeremy merasa kepunyaannya semakin menegang. Keduanya saling menatap dan mengatur napas. “Say my name,”
“Jeremy mhh”
“Yas, Lea mhh” Keduanya sama sama mengejar kenikmatan hingga puncaknya. Saat Jeremy menggerakkan pinggulnya lebih cepat Lea merasakan sesuatu dalam tubuhnya yang hendak keluar, “Jeremy please slowly, ngh,” Jeremy menuruti permintaan sang puan. Ia memelankan gerakannya ia tahu sang puan sudah hampir ada di puncaknya. Gerakan pinggul memutar dan maju mundur membuat Lea semakin gila. Jeremy menumpu badannya dengan kedua lengannya memandangi Lea yang masih terengah disana, Jeremy mendekatkan wajahnya dan wajah Jeremy namun tidak langsung menciumnya hal itu membuat Lea kesal. Lea langsung menarik dagu Jeremy dan melumat bibirnya menyalurkan kenikmatan bersama mengingat pinggul Jeremy yang tidak berhenti bergerak. Jeremy juga semakin dikuasai nafsu, ia merenggangkan ciuman ia mengangkat lebar kaki Lea dan menaruhnya diatas pundaknya dan menggengcarkan gerakan pinggulnya lagi hingga Lea meremat sprei dan menggelinjang hebat ditambah satu tangan Jeremy kadang memainkan klitoris Lea bahkan payudara Lea bergantian.
“Jeremy mhh ahh,”
“Lea you are fucking hot nghh,” desah Jeremy kala merasa miliknya sudah seperti dijepit dibawah sana.
“Jeremy I wanna mhhh nghh,”
“Hold on,” Jeremy mengembalikan kaki Lea ke posisi semula, dibukanya lebar, ia kembali menggerakkan pinggulnya dengan tempo cepat. Bising desah mengalahkan bising derai hujan di luar sana.
“Jeremy ahhh!” Lea memejamkan matanya dan memeluk Jeremy erat. Jeremy masih bergerak disana dengan cepat.
Sekali hentakan “Ahhh! It’s closee mmhhh shhh!” Beberapa kali hentakan dari Jeremy lagi menyiksa Lea dalam nikmat bukan dalam nestapa.
“Akhhh!”
“Together babe” desah Jeremy, keduanya akhirnya sama sama sampai dipucaknya.
“Ahhh mhhh”
“Jeremyy mhh”
“Lea shhh ahh,”
“Ahhhh mmhh” mulut keduanya tak berhenti merapal desah berperang memecah hening tengah malam, keduanya bergatian kala sudah sama sama mencapai puncaknya dan melepaskan cairannya paduan asmara di dalam milik istrinya yang membuat tubuh Lea bergetar. Jeremy rebah dan langsung memeluk Lea, ia menidurkan Lauen di sebelahnya lalu memeluk wanitanya itu menelusupkan wajahnya di leher Lea. Jeremy rebah di samping Lea bibir keduanya kembali bertaut. Keduanya dibuai kenikmatan yang tak terhindarkan malam ini ditutup dengan sempurna. Dibuai cinta, bukan duka, bertukar rasa bukan luka. Saling memeluk bertukar kehangatan dan cinta utuh dalam suatu rengkuh.
Malam itu Lea memutuskan untuk berendam di bathup dengan air hangat, ia memejamkan mata seraya menenggelamkan tubuhnya di bathup dengan scented candle untuk menemaninya. Saat Lea sedang berada di bathup betapa terkejutnya ia saat sang tuan menyusulnya masuk kesana.
“Jeremy please ngapain kamu?” tanya Lea, Jeremy tidak menjawab, ia melepaskan bathrobenya dan membuat tubuhnya terekspos sempurna tanpa sehelai benang pun. Mata Lea hanya mengikuti pergerakan Jeremy yang menuju ke bath up nya.
“Majuan dikit dulu aku mau di belakang kamu jadi kamu nyender ke aku,” kata Jeremy sambil tersenyum.
“Eh?”
“Cepetan malah hah heh hoh kamu mah,”
“I..Iya,” Lea pun menggeser maju posisinya lalu Jeremy masuk juga ke bathup tersebut, pria itu duduk dan bersandar diikuti Lea yang menyandarkan badannya di badan Jeremy. Tangan Jeremy juga bermain dengan air di bathup lalu juga mengusap beberapa bagian tubuh istrinya itu.
Dengan leluasa Lea menyandarkan tubuhnya―nyaman. Lea membiarkan tubuhnya dijamah oleh jemari sang tuan. Jeremy memeluknya dan melingkarkan tangannya di perut Lea dan bergerak kemanapun, jari nakalnya bergerak menuju pusat tubuh sang kekasih dan bermain disana. Membuat Lea sedikit menggeliat, kesempatan saat kepala Lea mendongak diambil Jeremy untuk menciumi bagian leher sang puan. Bibir dan lidahnya lihai menjalari bagian leher Lea. Tangan Jeremy yang satu lagi bergerilya memainkan payudara sang kekasih, kedua tangan Jeremy menjalankan tugasnya masing-masing dan lidah serta bibirnya memanjakan sang puan dengan sentuhan sensual yang ia buat.
Dikecup dan sedikit dihisapnya bagian leher Lea membuat sang empu merasakan gelenyar dalam dirinya ditambah jari Jeremy yang belum bisa tenang sedari tadi.
“Mhh Jeremy nghh,” desah Lea saat payudaranya diremas dan dengan jari Jeremy ia memilinnya beberapa kali. Jeremy menghentikan kegiatannya saat sang puan sudah menggeliat tidak karuan.
“Terima kasih ya, udah jadi istri dan ibu yang hebat di saat yang bersamaan. Berat, ya?” tanya Jeremy berbisik, Lea menghela napas panjang menenangkan dirinya. “Di samping istri dan ibu yang hebat ada suami yang bijak, itu kamu,” kata Lea dengan sebenar-benarnya.
Berkali-kali berujar, berulang kali mereka bercumbu, hati keduanya bersua tenggelam dalam renjana cinta keduanya yang saling berlomba, peron kenangan menggigil kedinginan mengais setiap kenangan buruk atas perlakuan buruk yang Lea terima selama ini.
“Intimacy time gini emang perlu banget ya, ternyata, Jer.” Lea sedikit menoleh mendongak ke arah suaminya, Jeremy membelai pipi Lea pelan. “Iya, sayang. Perlu banget,” balas Jeremy.
Tak ada sesal dalam hati karena akhirnya keduanya saling menjadikan masing-masing dari mereka adalah semesta. Tanpa Jeremy mungkin Lea hanya seorang hawa yang menunggu kepergian dalam kehidupannya, tanpa Lea, Jeremy adalah adam yang dalam hidupnya hanya menunggu mata terpejam.
Pada detik selanjutnya Jeremy melingkarkan tangan di perut Lea, “It’s been since I saw you, we spend our time together, our kiss, hug and our deep talk, there will always be you. I love you, Cecilia Praise Elleanor.” Bisik Jeremy. Pada saat selanjutnya Lea berbalik badan, saling berhadapan dengan Jeremy dan menangkup pipi suaminya, ia tersenyu dan mengangguk lalu menarik wajah Jeremy lalu melayangkan ciuman yang panas untuk permulaan. Mereka sadar betul mereka berdua adalah sajak yang tidak akan pernah usai hingga akhir usia, hingga mata terpejam dan mengusahakan kebahagiaan hingga raga terpendam.