Apa Yang Terjadi Sebenarnya?

“UNTUK KEMENANGAN CLUB PASKIBRAKA SMA ORION!!!!” pekik Hadi, di barengi oleh Juna, Karen, Ayu, Kevin, Alifia, Safira, Agung, Fajri, Ino yang mengangkat gelas berisi cola tinggi-tinggi.

Setelah mengadu gelas masing-masing, barulah mereka menenggak gelas berisi cola itu. Hari ini, Juna mengadakan pesta kemenangan untuk club paskibraka SMA Orion di restaurant ayam kalasan milik orang tua nya.

Karen sudah pulang dari rumah sakit setelah 5 hari di rawat, kondisinya saat kini sudah membaik. Ngomong-ngomong soal club, Karen sudah mengundurkan diri dari paskibraka. Sesuai janjinya setelah mengembalikan piala bergilir itu ia akan segera mengundurkan diri, meski Pak Yasir, Mas Dito dan Mas Satya sempat menahan Karen. Namun keputusan Karen sudah bulat saat ini.

“Enak gak sayang?” tanya Juna.

Karen mengangguk, ayam kalasan Ibu nya Juna enggak pernah salah. Malahan rasanya jauh lebih enak karena Karen benar-benar merindukan ayam buatannya, sejak putus dari Juna, Karen enggak pernah lagi datang ke restaurant orang tua nya Juna. Sekalipun ia merindukan ayam gorengnya, Karen akan menahanya dan lebih memilih makan ayam goreng yang lain.

Bahkan dulu Kevin pernah memesan ayam goreng dari restaurant orang tua Juna lewat jasa pesan antar, namun Karen enggan memakannya.

Di masa depan Karen berusaha melupakan Juna bagaimana pun caranya meskipun perasaanya pada Juna tidak berubah sedikitpun, bahkan di hari ia bunuh dirinya, Karen masih membawa perasaan sayangnya untuk Juna. Juna itu cinta pertama Karen, dan mereka putus karena kesalahpahaman yang tidak Karen luruskan, putus dari Juna adalah penyesalan terberatnya.

“Enak, selalu enak, Jun. Malah jauh lebih enak lagi sekarang,” ucap Karen dengan mata yang berkaca-kaca.

Juna tersenyum, ia mengambil beberapa potong ayam lagi dan menaruhnya di piring Karen. “Makan yang banyak yah, nanti kalau kurang aku bilang sama Ibu lagi.”

Karen mengangguk, ngomong-ngomong 2 hari lagi adalah hari keberangkatan mereka ke Dieng dan Jogja. Karen sudah melunasi biayah keberangkatanya dan Kevin, berserta perbekalan untuk mereka disana. Itu semua berkat hadiah dari ketua yayasan karena tim paskibraka berhasil membawa kemenangan.

“Eh, eh, eh gila sumpah ini beneran?!” pekik Fajri saat ia melihat ke arah ponselnya, tadi cowok itu sempat merekam momen mereka untuk ia abadikan di sosial medianya. Fajri itu selegram, yah walau jumlah pengikutnya belum sebanyak itu.

“Kenapa sih lu? Lebay bener!” hardik Ayu, ia kemudian bergeser ke sebelah Fajri supaya bisa melihat apa yang tengah di lihat cowok itu.

“EH GILAAAAAA!!” lanjutnya.

“Ada apa sih?” sambung Hadi.

“Kak Jeremy sama Megan,” ucap Ayu.

“Kenapa sih?” karena penasaran Alifia jadi ikut mendekat ke arah Ayu. “Hah? Megan di keluarin dari sekolah?”

“Eh kenapa? Ngomong-ngomong, ini Megan yang IIS 2 itu kan?” tanya Kevin.

“Iya, sumpah yah kasian banget..” ucap Hadi.

“Ada apa sih?” karena ikut penasaran akhirnya Karen bertanya.

“Ini, Ren. Megan di keluarin dari sekolah, kayanya rumor itu beneran deh.”

“Rumor apa?” tanya Juna.

“Soal Megan hamil. Makanya dia di keluarin, terus Kak Jeremy juga jadi lebih pendiem. Kaya nya sengaja Pak Purba gak ngeluarin Kak Jeremy karena dia udah kelas 12, terus juga marga mereka sama. Mungkin atas dasar kekeluargaan kali yah? Tapi tetap aja ini gak adil buat Megan,” jelas Ayu.

“Ihhh kok lo diem-diem biang gosip sih, Yu?” pekik Ino, dari tadi cowok itu sibuk memakan ayam.

“Ih bukan gue yang biang gosip, masalahnya tuh rumor ini udah nyebar kemana-mana.”

tunggu, rumor?” ucap Karen dalam hati.

“Lagian yah, kayanya Megan gak mungkin pacaran sejauh itu deh, gue satu SMP sama dia. Dia dari dulu emang serinh ganti-ganti pacar, tapi gue tau banget Megan anaknya bisa jaga diri.” Safira membela Megan. Sejujurnya Karen juga setuju dengan ucapan Safira.

Karen jadi ingat, dulu Kania pernah membicarakan soal rumor tentang Megan dan Kak Jeremy saat mereka latihan dulu. Kania memang pernah membicarakan kalau Megan hamil hanya karena Megan muntah-muntah saat sedang latihan, Karen juga melihatnya. Tapi Karen pikir itu karena Megan sakit, mereka pernah satu kelas saat di kelas 10 dan Megan punya asam lambung yang sudah kronis.

Bahkan saking mengkhawatirkanya, Megan enggak bisa makan banyak-banyak atau pun minum kopi dan makan-makanan pedas.

“Rumor itu datangnya dari siapa?” tanya Karen.

“Mana ada yang tau, Ren. Namanya juga rumor, tiba-tiba nyebar gitu aja kan,” timpal Agung.

Kalau benar ini semua karena Kania, ia harus membantu Megan juga kan? Bagaimana kalau Megan tidak hamil? Seingatnya Megan memang akhirnya pindah ke Bandung dan melanjutkan sekolahnya. Bahkan Karen masih ingat, Megan jauh lebih bahagia saat pindah ke Bandung. Gadis itu bahkan berkuliah dan menikah setelah lulus, Megan enggak hamil. Dan itu semua hanya rumor enggak berdasar.

Kalau benar begitu adanya, setidaknya Karen harus membantu Megan membersihkan nama baiknya.

“Liat ini deh!” ucap Fajri, ia memberi lihat ponselnya yang menampakan video, video itu di ambil di ruang guru. Dimana ada seorang laki-laki mengamuk tidak terima karena Megan di keluarkan, itu adalah Kakaknya Megan.

“Itu Mas Jingga, Kakaknya Megan. Dia kalau enggak salah guru deh, dia marah banget.”

“Gimana kalau seadainya Megan gak hamil? Gimana kalau dia gak salah dan cuma korban dari rumor gak berdasar itu?” ucap Karen.

“Kalo beneran gitu, kacau banget sih, sayang. Pembuat rumor itu harus tanggung jawab,” jawab Juna.

“Tapi masalahnya siapa?”

Tidak ada yang menjawab lagi, sampai akhirnya Kevin mengubah topik obrolan mereka soal vokalis band nya yang sampai hari ini belum mereka temukan. Saking pasrahnya, Hadi bahkan mengubah penampilan mereka menjadi penampilan solo para member.

“Ren?” panggil Juna.

“Hm?” Karen menoleh. “Kenapa?”

“Aku boleh tanya sesuatu gak?” sejak Kania mengatakan jika Karen pergi ke toko sepatu hanya berdua dengan Mas Satya, Juna selalu ingin bertanya meskipun ia percaya pada Karen, Juna hanya ingin memastikanya saja.

“Tanya apa?”

“Kamu ke toko sepatunya gak berduaan aja sama Satya kan?”

Karen terkekeh, “Juna, kan aku kirim selfie aku berdua sama Kevin. Sama sepatuku juga, apa itu gak cukup bikin kamu percaya?”

“Enggak, Ren. Bukan gitu, aku cuma penasaran aja sama mau mastiin sesuatu.”

“Mastiin?” Karen mengerutkan dahinya. “Mastiin apa?”

“Kania bilang ke aku kalo kalian cuma pergi berdua. Dia bahkan punya foto kamu sama Satya berduaan di toko sepatu.”

Karen mendengus, ternyata Syarif dan Selvi sudah memberikan foto-foto itu pada Kania sebelum ia format ponselnya. Karen akhirnya mengeluarkan ponselnya, dan menunjukan video mini vlog yang Kevin buat saat mereka sedang makan di restoran ayam hainan pada Juna.

“Kevin sempat bikin video waktu kita mau makan sehabis beli sepatu,” jelas Karen.

Video berdurasi 10 menit itu menunjukan Karen yang sedang memilih makanan dari menu, Mas Satya yang sedang duduk sembari menunggu Karen memilih makanan yang akan mereka pesan dan juga suasana di restoran itu.

“Aku gak pergi berduaan aja, Jun.”

“Sayang, maaf yah. Aku.. Cuma mau mastiin aja.” sejak Kania bilang kalau Mas Satya suka sama Karen, Juna jadi sedikit khawatir jika mereka terlalu sering berdua di banyak kesempatan. Tapi sekarang Juna ngerasa gak perlu mengkhawatirkan hal itu karena Karen sudah tidak berada di club lagi.

“Jun, apapun yang di bilang Kania tentang aku semua itu gak benar, Jun. Aku gak ngerti kenapa dia lakuin ini semua ke aku.”

“Lakuin apa, Ren?” tanya Juna.

“Dia nyuruh Selvi sama Syarif ikutin aku sama Mas Satya ke toko sepatu, dia videoin dan foto-fotoin aku sama Mas Satya dengan memotong bagian Kevin yang juga di sana supaya kelihatan seolah-olah aku berduaan aja sama Mas Satya.”

“Selvi? Sama Syarif pacarnya? Mereka buntutin kamu?”

Karen mengangguk, “aku berhasil mergokin mereka waktu ngikutin aku dan hapus semua data di HP nya Syarif supaya foto-foto itu gak sampai ke kamu dan buat kamu salah paham, tapi ternyata itu semua udah sampai ke Kania duluan.”

“Itu alasannya kenapa Kevin nemuin kamu nangis di depan toilet?” tanya Juna.

“Kevin cerita ke kamu?”

Juna mengangguk, “waktu kamu di rumah sakit, Ren, harusnya kamu ngomong ke aku, biar aku bisa negur Syarif.”

Karen menggeleng kepalanya cepat, “gausah, Jun. Aku udah beresin ini semua, aku juga gak mau kamu keseret-seret.”

“Dia udah kurang ajar banget tau gak ngikutin kamu kaya gitu. Karen juga, kenapa dia tega ngomong hal yang enggak-enggak ke kamu, padahal kamu temannya.”

“Jun—”

“GUYS!!! KITA KARAUKEAN HAYUUU!!” pekik Agung, yang berhasil membuat atensi Karen dan Juna teralihkan.

“Eh iya bener, Karaukean, Yuk. Gue traktir deh!” sambung Hadi.

“Beneran?” tanya Ayu.

“Iya, sejam pertama gue yang traktir.”

“JALAN GUYSSSSS!! AYO KITA POROTIN HADI!” pekik Kevin yang di ikuti oleh yang lainya.

Mereka pun berpindah ke tempat karaukean, Kevin sempat merekam teman-temanya untuk ia masukan ke dalam daily vlog nya. Kevin gak ada niatan buat jadi vloger atau semacamnya kok, dia cuma iseng aja dan mau melatih skill editing nya. Ngomong-ngomong, di masa depan Kevin akhirnya bekerja di sebuah rumah produksi sebagai seorang editor dari hasil bekerjanya, Kevin juga berhasil melanjutkan kuliah.

Mereka semua bergantian bernyanyi dan menari, apalagi Fajri dan Ino yang paling heboh waktu Agung bernyanyi lagu dangdut. Kalau Juna sih, hanya diam saja sembari sesekali melempari teman-temanya itu dengan pop corn yang mereka pesan dari tempat karauke.

Juna enggak pandai bernyanyi, tapi Juna cukup pandai bermain gitar. Cowok itu pernah belajar main gitar dari Hadi, awalnya hanya untuk menyatakan perasaanya pada Karen, makanya Juna belajar. Tapi siapa sangka lama kelamaan Jun jadi hobi bermain gitar, apalagi kalau sedang berkumpul dengan teman-temannya.

“Ren, nyanyi dong!!” ucap Safira.

“Eh iya yah, Karen bisa nyanyi gue sampe lupa saking jarangnya dia nyanyi,” kata Kevin.

“Iya, sayang. Nyanyi dong, kamu udah lama gak nyanyi.”

Karen menggeleng pelan, “enggak, ah. Aku malu.”

“Yaelah, Ren. Malu ama siapa coba, lo gak liat apa Fajri, Hadi sama Ino lebih malu-maluin waktu nyanyi dangdut?” samber Ayu.

“Nyanyi! Nyanyi! Nyanyi!”

“Gak mau pulang sebelum Karen nyanyi!!” ucap Ino dan Fajri bersamaan.

Karen terkekeh pelan, akhirnya ia berdiri dan mengambil hand mic yang di pegang oleh Kevin. Karen menyanyikan lagu Tanpamu yang di popularkan oleh Vierratale saat itu.

Mungkin ini semua harus ku lalui Mungkin ini semua harus ku jalani Aku relaa takkan berpaling Kini aku akan menjalani hidupku Tanpamu

Hidupku tanpa kamu Memang tak ada rasanya Mapi bagaimanapun juga aku harus bertahan Aku harus meninggalkan Dirimu yang tak mungkin, menjadi milikku lagi

Saat sudah selesai menyanyikan lagunya, semuanya bertepuk tangan bahkan Juna sangat terpukau pada Karen sampai ia tidak berhenti menatap gadisnya itu di tempatnya.

“Eh sumpah, gimana kalo Karen aja yang jadi vokalis The Gifted? Warna vokalnya masuk ke lagu-lagu kita!” pekik Ayu.

“Iya juga yah.. Kok gue gak kepikiran?” gumam Hadi.

“Ini si Kevin lebih bego lagi, bisa-bisa nya dia gk kepikiran kalau saudara kembarnya bisa nyanyi.” karena kesal, Fajri memukul bahu Kevin.

“Gue mana inget, Karen jarang banget nyanyi gitu,” Kevin membela diri.

“Eh apa sih, gak ah. Gue gak mau, gue gak pede nyanyi depan anak-anak yang lain ama guru-guru.”

Karen memang pemalu, itu sebabnya dia jarang bernyanyi walau suaranya memang sebagus itu. Dulu, Kevin juga mengajak Karen masuk ke club nya, tapi Karen menolak dengan alasan dia malu kalau harus tampil di depan banyak orang.

Club musik terbilang sering berpartisipasi di pensi sekolah, bahkan The Gifted pernah di undang untuk mengisi acara pensi di sekolah lain.

“Yah, Ren. please kita butuh banget vokalis ini,” ucap Kevin memohon.

“Kev...” bahu Karen merosot.

“Ayolah, Ren. Bantu The Gifted sekali ini aja, reputasi kita di pertaruhkan nih di study tour ini,” Hadi mengatupkan tanganya di depan dada.

Karen menatap Juna, cowok itu hanya tersenyum dan mengayunkan telapak tanganya ke arah Karen, memberi isyarat jika semua keputusan itu ada di tangan Karen.

“Sekali ini aja yah?” tanya Karen.

“JADI MAU? BENERAN MAU KAN, REN?” pekik Ayu semangat.

Karen mengangguk, di ikuti oleh sorakan teman-temannya yang lain. Bahkan saking kerasnya mereka bersorak, suara nya sampai terdengar keluar.

“Akhirnya yah, band karbitan kalian gak jadi bubar,” ucap Ini meldek.

“YEEEEEEE SEMBARANGAN LO!!” karena tidak terima Ayu, Kevin, Hadi dan Fajri melempari Ino dengan sisa pop corn yang ada di atas meja.

To Be Continue