Neraka Yang Kamu Ciptakan Sendiri

Setelah kejadian itu, Kania benar-benar sendirian. Selvi, Selo dan Muthia bahkan menjauh dari Kania. Ketiganya sempat minta maaf sama Karen karena sudah salah paham, Karen memaafkan mereka namun Karen tetap menjaga jarak dengan ketiganya. Karen lebih nyaman bersama Ayu, Emily, Safira, Alifia dan Widya.

Pernah beberapa hari yang lalu Kania di kerjain habis-habisan oleh Eren dan teman-temannya. Eren itu salah satu mantan pacar Megan, keduanya masih berteman baik. Dan Eren salah satu orang yang tidak terima jika Megan di fitnah seperti itu.

Hari ini adalah ujian kenaikan kelas hari terakhir, sehabis pulang sekolah Hadi menyuruh anak-anak The Gifted dan yang lainnya berkumpul di basecamp mereka. Ah iya, The Gifted sudah punya basecamp sendiri. Fajri dan keluarganya yang menyewa sebuah studio di belakang sekolah, keluarganya Fajri ini mensupport sekali karir bermusik anaknya. Makanya waktu Fajri cerita dia mau serius bermusik, kedua orang tuanya langsung menghadiahi The Gifted sebuah studio yang bisa mereka pakai untuk latihan.

Sejak hari itu, Kania enggak pernah minta maaf sekalipun sama Karen. Karen enggak permasalahin itu, toh saat ini Kania sudah mendapatkan ganjaran atas perbuatanya. Dan itu sudah lebih dari cukup untuk membalas seluruh sakit hati yang Karen rasakan, ngomong-ngomong sudah beberapa hari ini Karen enggak melihat Galang di sekolahan. Sayangnya Karen enggak tahu rumah Galang dimana, tapi menurut teman-temannya.

Galang memang beberapa hari ini tidak masuk sekolah, Karen hanya berharap cowok itu bisa menyelesaikan masalahnya disini seperti dirinya.

“Dari tadi senyum-senyum terus, sayang? Lagi senang banget hari ini?” tanya Juna, tadi cowok itu sedang memesan beberapa minuman untuk The Gifted dan yang lainnya. Tadi Juna menawari mereka minuman, jadilah kedua nya pergi untuk membeli minuman.

“Aneh yah kalau aku senyum-senyum, Jun?”

Juna terkekeh, “bukan begitu, tapi enggak kaya biasanya aja. Tapi aku suka deh, liat kamu senyum gini. Soalnya jadi makin cantik.”

“Gombal.” Karen mencubit pinggang Juna hingga cowok itu bergedik kegelian.

“Ihh tapi aku serius tau.”

Karen hanya tersenyum salah tingkah dan menggelengkan kepalanya pelan, dia sudah tidak memiliki penyesalan masalah di masa lalunya sudah selesai. Karen jadi penasaran bagaimana hidupnya setelah ini.

“Jun?”

“Iya, sayang?” Juna menoleh ke arah Karen, tadi cowok itu sedang membalas pesan dari karyawan orang tua nya yang mau mengantar ayam goreng ke studio.

“Kamu ingat gak masih punya hutang penjelasan sama aku?”

Juna terkekeh, dia hampir saja lupa menjelaskan bagaimana ia dan Satya bisa bersaudara. Karen masih memikirkan hal itu ternyata, Juna pikir gadis itu sudah lupa dengan kejadian 2 bulan yang lalu.

“Soal aku sama Mas Satya?”

Karen mengangguk.

“Aku pikir kamu udah lupa.”

“Gimana bisa lupa, aku masih kepikiran kalau kamu bohong soal itu.”

“Enak aja bohong, Mas Satya emang Kakakku.”

Karen mendengus, “kok kamu baru bilang sekarang?”

“Karna aku sama Mas Satya emang rahasiain ini dari orang-orang. Tapi waktu aku cerita ke Mas Satya kalo aku udah ngasih tau ke orang lain tentang kami, Mas Satya enggak keberatan. Apalagi waktu itu buat nyelametin kamu.” Juna memang bicara soal ia yang telah mengaku ke Buk suri dan Karen jika mereka memang bersaudara, Satya enggak keberatan soal itu. Dia justru senang ada orang yang mengetahui mereka bersaudara sekarang.

Di hari itu Satya juga pulang ke rumah, Juna dan Satya sekarang lebih akur bahkan Satya berencana untuk tinggal bersama Juna dan bekerja paruh waktu di restoran ayam milik Ibu dan Bapaknya.

“Aneh banget kalian.” Karen geleng-geleng kepala. “Tapi makasih yah, Jun. Kalau waktu itu kamu gak masuk, aku gak tahu bagaimana jadinya beasiswa ku.”

“Sama-sama, Sayang. Tapi kan aku juga terlibat di kejadian itu. Justru kamu di panggil karena aku mukul Mas Satya kan?”

“Karena Kania, Jun.” itu semua karena Kania yang melihat kejadian langsung dan menceritakan hal itu ke Buk Suri, jika Kania enggak memberitahu Buk Suri, Karen pikir Buk Suri enggak akan tahu hal itu hingga memanggil Karen.

Juna mengangguk, “um, karena itu juga.”

“Jadi?”

Juna menoleh, ia terkekeh pelan. Ia jadi lupa menjelaskan soal ia dan Mas Satya kan.

“Sampe lupa, kalau mau jelasin.” Juna terkekeh.

“Kalau itu jadi suatu hal yang rahasia, aku gak masalah kok kalau kamu gak cerita, Jun.” Karen penasaran, tapi disisi lain dia juga takut kalau Juna enggak nyaman di tanya-tanya begini. Apalagi ini menyangkut privasi keluarganya.

“Aku gak bisa jelasin semuanya, tapi yang jelas. Aku sama Mas Satya memang bersaudara meski beda Ibu, Ren.” jelas Juna, semua tentang keburukan orang tua Satya, Juna tutupi. dia ngerasa gak pantas menceritakan hal ini. Cukup ia, Ibu dan Bapak yang tahu bagaimana buruknya pola asuh Ibu nya Satya.

Karen mengangguk, ia juga paham sampai sini. Mungkin itu juga yang membuat Juna dan Satya terlihat tidak akur dulu. Tapi Karen senang hubungan keduanya sudah lebih baik sekarang ini, Juna sering bercerita kalau ia dan Mas Satya berencana mendaki gunung bersama saat liburan kenaikan kelas nanti.

Setelah memesan minuman untuk teman-teman mereka, keduanya kembali ke basecamp Hadi benar-benar ingin mengumumkan sesuatu yang penting katanya. Tapi dari tadi bahkan cowok itu hanya bicara muter-muter enggak jelas, bahkan Ayu sudah menguap saking lamanya Hadi berbicara.

“Buruan deh, Di. Lo mah kebanyakan basa basi,” ucap Ryan gerah. Dari tadi Hadi ngomong ngalor ngidul enggak jelas, membuat Karen, Juna, Alifia, Emily dan yang lainya bingung.

“Oke, sorry-sorry jadi intinya...” Hadi tersenyum, sementara yang lainya menatap Hadi penuh dengan rasa penasaran.

“EMILY, DIA DAPAT IZIN DARI ORANG TUA NYA BUAT NYANYI GUYS! EMILY BISA GABUNG SAMA KITA! THE GIFTED BISA IKUT AUDISI!!” teriak Hadi.

Membuat Kevin, Fajri, Ryan, dan Ayu kaget. Apalagi Kevin, cowok itu langsung menangis penuh haru karena keinginannya terkabul. 2 bulan belakangan ini Hadi memang gencar meyakinkan orang tua Emily, Emily sendiri se ingin itu menjadi vokalis The Gifted. Setelah melewati perjuangan yang cukup panjang, akhirnya Emily mendapat izin dari orang tua nya.

Syaratnya hanya satu, nilai akademik Emily enggak boleh turun sedikit pun. Kalau itu saja sih, Emily berani menyanggupi tanpa berpikir panjang. Toh selain bernyanyi, belajar juga menjadi salah satu hobi nya juga.

“Sumpah gue seneng banget... The Gifted sekarang punya vokalis.” Kevin memeluk Alifia, dia menangis karena terharu.

Karen juga ikut senang, Emily akhirnya bisa bergabung bersama The Gifted setelah sekian lama gadis itu banyak memendam keinginannya untuk bermusik. Mereka sempat latihan sebentar di sana, bernyanyi bahkan menonton film bersama hingga kini matahari sudah terbenam.

Sekarang sudah pukul 8 malam, Mas Kara juga sudah mengirimi Karen pesan. Bertanya keberadaan Karen dan Kevin dimana, Karen akhirnya memutuskan untuk pulang, Juna yang mengantarkannya. Sementara Kevin mengantar Alifia. Dan sisanya di antar secara bergantian karena hanya ada 2 motor di sana, milik Hadi dan milik Fajri.

Malam itu sedikit gerimis, jadi Juna memelankan motornya. Mereka enggak sempat berteduh, Karen bilang nanti pulangnya jadi semakin malam. Lagi pula, hanya gerimis kecil saja. Sampai rumah mereka bisa langsung mandi jadi keduanya memutuskan untuk menerobos hujan.

“Jun?”

“Hm?”

“Kamu beneran gak kedinginan jaketnya aku pakai?” tanya Karen.

“Enggak, Sayang. Nanti jaketnya simpen di kamu aja dulu yah.”

Karen mengangguk, ia mengeratkan pegangannya di pinggang Juna. Setengah memeluk cowok itu, dan sesekali menyandarkan kepalanya di punggung lebarnya. Mata Karen sedikit terpejam, ia nyaman dengan posisinya saat ini. Persetan dengan hujan, ia hanya ingin memeluk Juna.

Namun tidak lama kemudian mata Karen menangkap sekelibat cahaya terang hingga rasanya menusuk netra nya, Karen berusaha membuka kedua matanya namun yang ia dapati justru truck besar sedang melaju kencang ke arahnya dan Juna.

Semua terjadi begitu cepat, Karen sampai tidak sempat mengatakan pada Juna untuk menyingkir. Motor yang di kendarai Juna oleng setelah di hantam truck, mereka sempat terpental hingga keduanya tidak sadarkan diri.

To Be Continue