Rencana O9

Setelah latihan berdua dengan Kevin untuk penampilanya di Jogja, Karen masuk ke dalam kamarnya. Dia mikirin rencana nya untuk membantu Megan membersihkan nama baiknya di SMA Orion, tidak apa jika Megan pindah, setidaknya orang tidak boleh menganggapnya sebagai perempuan yang hamil di luar nikah, padahal kenyataanya tidak.

Karen mondar mandir di depan meja belajarnya, menatap ponselnya yang tercantum nama Megan tanpa sempat ia telfon. Karen masih menyiapkan nyalinya, bukan apa-apa, Megan ini tahu kalau Karen berteman dengan Kania dan yang lainya. Karen hanya takut Megan tidak mempercayainya.

“Tapi harus gue telfon mau enggak mau, atau gue ajak Megan ketemuan aja?” gumam Karen, ia melihat jam di meja belajarnya yang kini sudah menunjukkan pukul 9.

“Gak gak ini udah malam dan jam 6 gue harus udah sampai di sekolah.”

Karen mengigit bibir terdalamnya, sembari menimang-nimang ponselnya, Karen sembari memikirkan rencananya membongkar rumor tentang Megan yang di sebarkam oleh Kania.

“Gue harus telfon sekarang, waktunya gak banyak!”

Akhirnya Karen menekan nomer Megan dan menempelkan ponselnya di telinga, sembari menunggu Megan menjawab telfon dari Karen sesekali ia mengetuk-etukan pulpen pada meja belajarnya.

halo?

“Halo, Megan? Ini gue Karen.”

ada apa, Ren?

Karen mengulum bibirnya sebentar, ia tidak pandai berbasa basi, jadi Karen akan langsung berterus terang saja tentang apa yang akan dia katakan.

“Ada yang mau gue bicarain sebenarnya, serius banget.”

tentang apa, Ren?

“Soal, rumor lo yang di keluarin dari sekolah.”

Karen bisa mendengar helaan nafas Megan di seberang telfon sana, ini pasti akan membuatnya risih dan terkesan is ingin tahu.

sorry, Ren. Kalau lo cuma mau tau soal itu gue gak punya waktu buat—

“Gue tau lo gak hamil, Gan. Ini semua cuma rumor bikinan orang, dan gue tau siapa orangnya.”

Megan terdiam sebentar, ia kaget kenapa Karen bisa tau soal orang di balik rumornya ini.

kok lo bisa tau? Maksud lo apa sih, Ren. Lo mau ngancam gue juga?

“Ngancam?” Karen mengerutkan keningnya. “Gan, enggak gitu. Maksud gue, lo gak mau coba ngelurusin masalah ini? Oke gue tau lo udah di keluarin, tapi setidaknya lo harus bersihin nama baik lo di SMA Orion.”

buat apa, Ren? Toh gak akan ada yang percaya sama gue. Mereka udah kenal gue sebagai cewek nakal sekarang.

“Kania, dia yang nyebarin rumor nya kan? Dia orang pertama yang bilang elo hamil, Gan.”

El...lo tau dari mana?

“Karena gue ada di sana waktu Kania ngomongin lo hamil, sama yang lainya.”

“Gan, lo harus jelasin semuanya pakai bukti.”

Gue gak bisa, Ren. Gue tetap salah, Kania punya senjata buat memperkuat rumor yang dia sebar.

apa ini sebabnya Megan berpikir gue mau ngancam dia juga?

Megan sempat diam sebentar, Karen bisa mendengar beberapa kali gadis itu menarik nafasnya dengan kasar. Seperti Megan tengah mempertimbangkan hal yang akan ia katakan.

“Ada apa sebenarnya, Gan?”

“Ren, Kania sempat mergokin gue lagi ciuman sama Jeremy dan dia foto diam-diam. Di auditorium, dia sempat nyuruh gue buat godain Juna dan bikin hubungan lo sama Juna berantakan. Dengan ngancam dia bakalan nyebarin foto-foto itu ke mading sekolah.”

Juna memang sempat menyukai Megan saat kelas 10, saat mereka OSPEK dulu. Tapi tidak lama, karena setelahnya Megan berpacaran dengan Kakak kelas dan Juna mulai beralih menyukai Karen, itu sebabnya Kania menyuruh Megan untuk menggoda Juna. Dengan harapan, Juna bisa goyah dan berakhir memutuskan hubunganya dengan Karen.

Gue takut, gue berniat buat lakuin apa yang dia suruh. Tapi belum sempat gue deketin Juna, dia malah masuk rumah sakit. Di situ gue berubah pikiran, gue gak mau ngerusakin hubungan kalian. Gue nolak semua yang Kania suruh dan bilang kalau gue enggak takut sama ancamanya. Dan lo bisa liat sendiri kan, Kania benar-benar nyingkirin gue sekarang.

Ren, gue enggak tau kenapa Kania sepengen itu ngehancurin lo padahal dia teman lo sendiri.

Karen merasa dada nya sesak, seperti ada jutaan belati menghunusnya saat ini. Jadi ini semua alasan di balik Megan dulu di keluarkan dari sekolah? Ini semua adalah rencana Kania.

“Lo gak bisa diam aja, Gan.”

posisi gue serba salah, Ren. Gue bingung, gue sayang sama Jeremy gue gak mau dia yang di keluarin.

“Gue udah gak anggap Kania teman gue lagi, itu sebabnya gue udah jarang banget kelihatan main bareng sama mereka. Gan, lo mau bantu gue kan?”

bantu apa, Ren?

Setelah menjelaskan semua rencana nya pada Megan, Karen baru bisa bernafas lega. Ia kembali mengemas barang-barang bawaanya dan membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Karen menatap langit-langit kamarnya dengan perasaan gusar.

“Kenapa mereka tega banget sama gue?” gumam Karen lirih.

Karen enggak nyangka Kania akan bertidak sejauh itu, hanya karena kembencianya terhadap Karen sampai-sampai harus melibatkan orang lain untuk membuatnya jatuh, Sebenarnya apa yang Kania inginkan dari Karen? Apa yang membuatnya tidak menyukainya? Padahal Karen tulus berteman dengan Kania.

Karena kesal sekaligus sedih setelah mendengar penjelasan dari Megan, Karen menangis ia merasa tidak enak dengan Megan dan juga merasa sedih kenapa ada seseorang yang membencinya seperti ini.


“Pagi, anak-anak. Sebelum kita memulai perjalanan. Bapak akan membagikan teman sekamar kalian di hotel Jogja dan teman se rumah kalian selama berada di guest house Dieng. Ini juga berlaku sebagai kelompok kalian dalam mengerjakan proyek yang sudah Bapak bagikan ke kalian minggu kemarin.”

Karena study tour ini adalah acara milik kelas 11, maka dari itu tidak ada sekat antara jurusan MIPA dan IIS mereka semua berbaur menjadi satu. Mereka juga harus mengerjakan proyek bersama seperti mewawancarai turis asing, menjelaskan tentang budaya Dieng termasuk anak rambut gimbal dan juga sejarahnya.

“Selanjutnya, kelompok 5 ada Kania, Karen, Selo, Zara, Laurine dan Chika.”

Karen baru ingat jika ia satu kamar di hotel dan guest house dengan Kania, itu artinya, Kania juga akan mencuri daftar pertanyaanya untuk mewawancarai turis, kemudian Kania akan membuat kelompok sendiri dan menyingkirkan Karen.

“Pak,” Karen mengangkat tangan. Membuat anak-anak yang lain menoleh ke arah Karen.

“Saya mau pindah kelompok bisa gak?”

“Ren, kenapa?” bisik Selo yang berdiri tepat di sebelah Karen.

“Ada apa Karen sama kelompokmu?” tanya Pak Rusli.

“Gapapa.. Pak. Saya cuman—”

“Enggak ada pindah-pindah kelompok yah, Ren. Repot, kami udah membagi kelompok ini dari jauh-jauh hari, memang kamu mau sekelompok sama siapa? Sama Arjunandra?” selak Bu Rosa.

“JIAAAAAHHHHHH.”

Karena ucapan Bu Rosa barusan, murid-murid yang lain jadi menyoraki Karen dan Juna. Sampai-sampai guru-guru yang lain nya tertawa, guru-guru sudah tau kalau Karen dan Juna memang berpacaran. Ini semua karena Juna enggak sengaja mengirimi Karen puisi ke club radio dan meminta Siska yang sedang siaran untuk membacakan puisinya untuk Karen.

Waktu itu Karen sedang marah karena Juna lupa kalau mereka ada kencan di bioskop, Juna terlambat karena ia harus menghadiri acara party atas kemenangan di club nya.

“Nikahin aja, Bu. Nikahin!!” teriak Beni dari kelas MIPA.

Dan ucapan Beni itu juga mengundang gelak tawa murid lainya, Karen hanya bisa diam di tempatnya sembari memandang Kania yang ikut tersenyum penuh kemenangan karena Karen berhasil di permalukan.

“Sudah-sudah!!” teriak Pak Rusli yang sontak membuat tawa dan ledekan itu berhenti.

“Karen, kamu tetap di kelompok yang sudah kami buat. Suka tidak suka, kamu harus mengerjakan proyeknya bersama kelompokmu. Paham?”

Karen hanya mengangguk pasrah, setelah pembagian kelompok dan berdoa bersama mereka masuk ke bus masing-masing. Beruntung Karen satu bus dengan Juna dan Kevin, kursi mereka pun depan belakang. Karen duduk dengan Juna sementara Kevin dengan Alifia.

Di perjalanan semuanya berjalan lancar, bahkan mereka sempat bernyanyi dengan Ryan yang memainkan gitar. Bahkan di kursi belakang, murid-murid lain sempat bermain kartu.

Di kursinya Karen hanya diam saja, sembari sesekali menoleh ke jendela memperhatikan jalanan. Sedangkan Juna terkadang sibuk mengobrol dengan Kevin dan teman-temannya yang lain.

“Mau gak sayang? Enak deh,” Juna memberikan cemilan rasa jagung milik Ino yang di makan bersama-sama di bus.

“Enggak, Jun.”

“Kamu kenapa sih, diem terus dari tadi,” Juna memiringkan kepalanya demi bisa melihat wajah Karen dari dekat.

“BT yah di ledekin kaya tadi?” lanjutnya.

“Sedikit, tapi bukan itu masalahnya.”

“Kenapa?”

“Aku gak suka sekamar sama Kania.”

Juna mengangguk pelan, “di guest hose nanti kan kita se rumah. Nanti kamu tidur sama Emily dan Safira aja. Ada anak dari kelas MIPA yang gak ikut.”

“Emang boleh yah kaya gitu?”

“Enggak,” Juna tersenyum. “Tapi dari pada kamu gak nyaman? Lagian cuma tidur doang gini. Nanti subuh-subuh kamu pindah lagi ke kamar kamu.”

Karen akhirnya mengangguk pelan, “yaudah, deh.”

“Jangan BT BT gitu dong.”

Karen akhirnya tersenyum, setidaknya ia bisa mengikuti saran Juna selama berada di Dieng. Kini langit mulai gelap, tapi enggak surut sedikit pun semangat mereka untuk terus bernyanyi selama di perjalanan. Apalagi Arino yang selalu membuat suasana di dalam bus terus ramai, cowok itu bahkan bernyanyi lagu dangdut andalanya bersama guru-guru.

Fajri juga ikut meramaikan suasana dengan stand up comedy nya nya. Dan itu mengundang gelak tawa seluruh penumpang di dalam bus.

“Eh iya, dengar-dengar band kelas 11 punya vokalis baru yah? Bisa kenalin gak vokalis barunya?” ucap Tasha anak kelas 11 MIPA, Tasha ini udah kaya MC dari tadi.

“Nanti aja sekalian buat surprise,” teriak Kevin.

“Ihhh Kevin gak seru, kenalin aja udah kan kita udah terlanjur penasaran ini. Setuju gak kalian kalo misalnya vokalis barunya The Gifted harus di kenalin sekarang?”

“SETUJU!!!” teriak yang lainya sembari menepuk tangan.

“Kenalin!”

“Kenalin!!”

Kevin menoleh ke arah kursi Karen yang berada di belakangnya. Sementara itu Karen gugup setengah mati, Karen takut di soraki lagi seperti saat mau berangkat tadi.

“ayo, Ren. Kenalan aja gapapa, bilang aja lo vokalis sementara,” jelas Hadi.

Mau enggak mau Karen akhirnya mengangguk, ia pun akhirnya berdiri dan berjalan ke kursi paling depan bus. Banyak murid-murid yang cukup kaget saat mereka tahu kalau Karen vokalis The Gifted yang baru.

“Wahhhh Karen ternyata vokalis The Gifted yang baru guys!! Kita test vokalnya dulu gak sih?!” ucap Tasha yang langsung di setujui oleh murid lainya.

“Gue cuma vokalis sementaranya The Gifted,” jelas Karen.

“Gapapa, kita kan mau dengar suara lo juga. Nyanyi yah please.” Tasha mengatupkan tanganya di depan dada.

Karen menarik nafasnya pelan, sampai akhirnya ia mengangguk. Karen sempat menyanyikan beberapa lagu dengan Juna yang memainkan gitar di sana. Iya Juna, ini semua ide nya Tasha biar Karen di ledekin lagi. Tasha itu jahil, dia suka banget liat teman-teman yang pacaran di ledekin.

“Tepuk tangan dong buat Karen!! Sumpah yah siapa sih yang gak kaget kalo ternyata Karen ini bisa nyanyi!!” ucap Tasha begitu Karen selesai bernyanyi, murid-murid dan guru-guru yang lain juga bertepuk tangan. Karen bahkan mendapatkan pujian karena suaranya.

Di kursi depan Mas Satya dan Mas Dito yang turut ikut untuk mengawasi kelas 11 juga ikut kaget karena Karen yang tiba-tiba saja bernyanyi. Apalagi Mas Satya yang gak berhenti memandangi Karen saat gadis itu bernyanyi, bahkan Juna sudah sering berdeham agar laki-laki itu sadar. Namun nampaknya Mas Satya tidak menyadarinya.

“Gue udah boleh duduk kan?” tanya Karen pada Tasha.

“Iya udah boleh kok.”

Begitu Karen ingin kembali ke kursinya, tiba-tiba saja bus ngerem mendadak dan membuat tubuh Karen oleng hingga nyaris saja jatuh jika Mas Satya tidak menahanya. Sebenarnya Juna juga ingin menahan Karen agar tidak jatuh, namun karena posisinya ia berada di depan Karen, Juna jadi kalah cepat dengan Mas Satya yang berdiri di belakang Karen. Apalagi posisinya Karen akan terjatuh ke belakang.

“Hati-hati, Ren.” ucap Mas Satya.

“Makasih, Mas.”

Juna yang melihat itu buru-buru menukar posisi Karen menjadi berada di depannya. Juna juga menatap Mas Satya dengan sinis.

“Makasih udah nolongin pacar saya,” ucap Juna ketus.

Mas Satya tidak membalas kata-kata itu, laki-laki itu hanya terus memperhatikan Juna sampai Juna dan Karen duduk di kursi mereka.

Jujur saja, ikut study tour dengan siswa kelas 11 bukan hal yang baik. Mas Satya banyak menahan perasaan cemburunya karena melihat Karen dan Juna yang sering berduaan.