Teka Teki

Hari ini semua nampak hectic karena hari perlombaan club paskibraka akan segera di mulai, hari ini, semua pengurus club paskibra nampak sibuk membantu tim yang akan berlomba untuk memakai atribut mereka masing-masing. Penampilan yang akan di tampilkan dan di perlombakan oleh SMA Orion kali ini adalah Lomba Formasi Pengibaran Bendera (LFPB) dan juga Lomba Ketangkasan Baris Berbaris (LKBB).

Di ruang tunggu, Karen nampak sedikit cemas saat pembawa acara akan segera memanggil SMA selanjutnya, Pak Yasir bilang kalau sebentar lagi SMA Orion yang akan tampil. Karen bukan enggak percaya diri sama sekali akan penampilanya bersama tim nya hari ini, toh dia sudah tahu hasilnya karena ini adalah hidup keduanya di tahun 2016.

Hanya saja Karen sedikit cemas karena takut ada hal yang jauh dari dugaanya, karena berhasil mengubah takdir yang terjadi. Karen takut itu juga akan berdampak pada kisahnya di tahun ini.

Oh iya, ngomong-ngomong, Kevin, Juna, Alifia dan beberapa teman-temannya yang lain juga datang untuk mendukung Karen dan tim paskibraka SMA Orion. Karen tadi sempat bertemu Juna sebentar, Juna bilang dia sudah menyiapkan sesuatu untuknya nanti bagaimana pun hasilnya.

“Udah siap kan, Ren?” tanya Mas Satya, cowok itu masuk ke ruangan lagi untuk memeriksa tim nya.

Karen mengangguk pelan, “cuma agak sedikit gugup aja sih, Mas.”

“Gugup kenapa?”

“Penampilan dari SMA lain keren-keren banget.”

“Kalau gitu, kita jauh lebih keren dari pada mereka.” Mas Satya tersenyum, ia berusaha menenangkan Karen agar gadis itu tidak gugup.

Begitu nama SMA Orion di panggil, tim langsung bergegas masuk ke lapangan dan menunggu aba-aba dari pemimpin mereka. Dalam hati, Karen enggak ada hentinya merapalkan doa demi kelancaran penampilannya.

Begitu SMA Orion mulai menunjukan penampilan mereka, dari arah kursi penonton semua bertepuk tangan. Karen dapat merasakan euforia pendukung dari sekolahnya begitu heboh dan itu menambah kepercayaan dirinya.

Namun lain halnya di kursi kiri sebelah Juna duduk, di sana ada Kania dan teman-temannya memperhatikan Karen dan tim paskibraka mereka tampil. Wajah Kania nampak masam, dan sesekali ia mendengus saat melihat Karen.

“Biasa aja penampilannya, kayanya masih bagusan SMA Pelita Bangsa deh,” ucap Muthia yang langsung terdengar oleh Juna. Pasalnya suara gadis itu cukup keras hingga Juna bisa mendengar hingga ke kursinya.

sorry, Mut. Lo kok malah dukung SMA lain? Lo kan sekolah di Orion,” Juna memperingati.

“Ya emang iya kok, gue dukung SMA kita tapi gue gak objektif kalo soal penampilan SMA kita emang kurang. Apalagi penampilannya Karen, kurang banget.”

“Kurang dimana nya? Perasaan bagus-bagus aja.”

“Karen itu gak kompak kakinya sama yang lainya. Gue bisa liat dia juga kelihatan ragu-ragu pas ngelangkah, aneh banget.”

“Udah-udah malah ribut lo berdua,” ucap Kania menengahi, “lagian yang di bilang Muthia bener kok, Jun. Karen emang kelihatan ragu-ragu. Lagian yah, lo masa gak tau kalo cewek lo sempet gak ikut latihan 5 kali? Posisi yang dia ambil juga itu posisi formasi gue, yang ikut latihan lengkapnya tuh kan gue jadi gue yang paham.”

“Gue tau kok Karen emang sempat gak latihan 5 kali, dia selalu cerita semua ke gue. Tapi gue juga tau usaha dia latihan keras buat mengimbangi penampilannya hari ini, kalo Karen gak bisa ngimbangin, dia gak mungkin lolos seleksinya sampe bisa wakili club buat ikut lomba ini.”

Kania menggeleng-gelengkan kepalanya, “Juna.. Juna.. Anak-anak club juga udah tau yah, kalo Karen itu anak emas di club, apalagi dia dekat banget sama Mas Satya. Lo gak tau sih, kalo Mas Satya yang maksa-maksa Pak Yasir supaya Pak Yasir bikin Karen lolos seleksinya.”

“Maksud lo?” Juna mengerutkan dahinya heran.

“Mas Satya tuh suka sama Karen, Jun. Makanya Mas Satya gencar banget bagus-bagusin Karen depan Pak Yasir meski dia udah bolos latihan 5 kali. Lo gak tau yah, kalo Karen sempat jalan berduaan sama Mas Satya?”

“Jalan berdua?” tanya Juna yang di jawab anggukan kecil oleh Kania.

Gadis itu langsung mengeluarkan ponselnya dan menunjukan foto-foto Mas Satya dan Karen di toko sepatu. Mereka memang nampak berduaan saja di sana.

“Ini waktu Karen beli sepatu kan? Karen cerita ke gue kok. Mereka juga enggak berdua ada Kevin di sana.”

“Mana? Kok disini gak ada Kevin nya? Lo nih, mau aja di kibulin Karen.”

Juna hanya diam saja, dia terlalu malas menanggapi celotehan Kania. Tapi dari yang Juna tahu. Kania, Muthia, Selvi dan Selo adalah teman dekat Karen. Lalu kenapa mereka semua tampak menjelek-jelekan Karen seperti ini? Juna enggak percaya sama yang di bilang Kania, dia lebih percaya sama Karen. Apalagi Karen sempat mengiriminya foto selfie bersama Kevin dan sepatu baru nya.

Setelah SMA Orion tampil, ada beberapa pertunjukan dari SMA lainya. Semua tampak bersemangat menyemangati SMA masing-masing sampai akhirnya acara akhir pun tiba, dimana semua peserta dan pendukung SMA mereka masing-masing nampak tegang saat pembawa acara akan mengumumkan pemenang dari lomba ini.

“Saatnya yang di tunggu-tunggu, kita sama-sama tahu kalau penampilan semuanya hari ini bagus-bagus, namun ada penilaian sendiri dari juri yang memutuskan untuk memilih SMA ini menjadi SMA yang berhasil membawa pulang piala bergilir.”

“Dan SMA yang berhasil memenangkan piala bergilir kementrian pendidikan Indonesia adalah SMA Orion!!!”

Begitu mendengar nama SMA Orion di sebut Karen langsung menitihkan air mata di ruang tunggu, di sambut dengan gelak kegembiraan tim mereka dan juga murid yang turut hadir mendukung paskibra SMA Orion.

“Karen, kamu berhasil bawa kembali piala bergilir nya, Ren!” pekik Mas Satya. Wajah cowok itu yang nampak selalu terlihat dingin, kini berubah menjadi lebih hangat karena sudut bibir itu melengkung membentuk sebuah senyuman.

“Jantung Karen udah hampir lompat dari tempatnya, Mas.”

Karena terlalu excited Mas Satya tidak sengaja mengusap pucuk kepala Karen, dan itu juga sontak membuat senyum di wajah Karen memudar.

“Karen, Satya!! Ayo ke depan, kita harus memberikan speech,” ucap Pak Yasir pada Karen dan Mas Satya.

Keduanya langsung keluar dari ruang tunggu menuju lapangan, mereka berbaris seperti formasi semula dan memperkenalkan asal SMA mereka. Selanjutnya di susul oleh pidato kemenangan dari Pak Yasir selaku pelatih sekaligus pembina dari club paskibraka.

Di barisannya Karen sudah nampak sedikit pusing, matanya sedikit berkunang-kunang dan pendengarannya mulai samar. Namun gadis itu berusaha sebisa mungkin untuk tetap berdiri tegap di tempatnya.

gue kenapa? Kenapa pusing banget?

Karen menarik nafasnya pelan, ia juga sempat memejamkan matanya sebentar. Piala yang mereka dapatkan sudah di pegang oleh Pak Yasir, dan kini ada sesi foto bersama piala kemenangan dan juga mentri pendidikan yang turut hadir.

Namun belum sampai sesi foto tersebut selesai, tubuh Karen mulai limbung, ketika pendengarannya berdenging nyaring dan pandanganya mengabur, lalu semuanya berjalan begitu cepat hingga matanya hanya menangkap warna hitam di ikuti tubuhnya yang kian lunglai mendarat pada aspal, pendengaran Karen samar-samar masih berdenging, namun ia bisa mendengar orang-orang panik memanggil namanya.

“Karen pingsan!!” pekik seseorang.

Mas Satya yang melihat Karen pingsan langsung panik dan segera menggendong gadis itu untuk menuju UKS, tubuh Karen benar-benar dingin dan berkeringat hebat, bukan hanya tim paskibra saja yang panik. Di kursi penonton Kevin dan Juna juga sama paniknya.

Kedua laki-laki itu langsung melesat dari kursi mereka dan berlari menuju UKS untuk melihat kondisi gadis itu. Namun saat kedua tiba di UKS, dokter yang berjaga menyuruh semuanya menunggu di depan hingga pemeriksaan selesai.

“Mas, Karen kenapa?” tanya Kevin panik pada Mas Satya.

“Saya juga gak tau, Kev. Tiba-tiba aja dia pingsan padahal tadi baik-baik aja,” jelas Mas Satya.

Tangan Kevin sedikit gemetar, cowok itu memang mudah panik. “Tapi kalo Karen sakit, seharusnya gue juga sakit kan?” gumamnya.

“Gue telfon Mas Kara dulu, Kev. Lo duduk dulu disini yah,” ucap Juna, ia menyuruh Kevin untuk duduk di kursi sementara ia menelfon Mas Kara.

Beruntung saat Juna menelfon Mas Kara, Alifia, Ayu dan Safira datang untuk menenangkan Kevin.

“Hallo, Mas. Ini Juna, Mas Kara dimana?”

ada apa, Jun? Mas lagi di resto nih, ada apa?

“Karen pingsan, Mas. Kayanya kecapekan deh. Mas Kara bisa datang buat jemput Karen, Mas? Nanti Juna kasih alamatnya.”

astaga, oke kirimin alamatnya segera yah, Jun. Tapi sekarang keadaan Karen gimana?” tanya Mas Kara dengan nada bicara yang tampak khawatir.

“Karen masih di periksa, Mas.”

yasudah, Mas izin sama supervisior Mas dulu yah, kabari Mas terus, Jun.

“Oke, Mas.”

Ah, Jun. Tapi Kevin gimana?

Juna menoleh ke arah Kevin, cowok itu nampak baik-baik saja meski wajahnya sedikit pucat. Namun Kevin nampak sehat, pucat di wajahnya karena cowok itu terlalu panik mengkhawatirkan kondisi Karen.

“Kevin baik-baik aja, Mas. Dia lagi di temani Alifia.”

Setelah mengabari Mas Kara, kebetulan sekali Dokter yang memeriksa Karen keluar dari ruang pemeriksaan.

“Wali nya Karen?”

“Saya, Dok.” ucap Juna dan Satya bersamaan. Kedua laki-laki itu saling menoleh hingga pandangan keduanya bertabrakan.

“Saya pelatihnya, dok. Gimana kondisi Karen?” tanya Mas Satya menekankan posisinya.

“Saturasi oksigen Karen menurun, dia sepertinya mengalami dehidrasi berat. Kita harus segera membawanya ke rumah sakit.”

To Be Continue