Telah Selesai 16

Karen kadang bingung, dengan bagaimana cara semesta ini bekerja untuk hidupnya. Seperti sekarang ini, ia sudah terbengkalai di sebuah padang rumput yang begitu luas entah sudah berapa hari tapi yang jelas ini sudah cukup lama, ada danau di sana dan beberapa hewan ternak. Pemandangannya sangat indah, sungguh, Seperti Karen tengah hidup dalam negeri dongeng saat ini.

Namun yang membuat Karen merasa tidak nyaman adalah, hanya dialah yang berada di sana. Ia seorang diri, udara sejuk dan yang ia inginkan serba ada tidak serta merta membuat Karen betah berlama-lama disini. Ia ingin seseorang, siapapun itu asalkan tidak sendirian.

Tapi, kala malam tiba Karen sayup-sayup mendengar suara seseorang. Laki-laki, suara bariton seperti milik seorang laki-laki dewasa tengah berdoa menyebut namanya. Doa itu yang selalu membuat Karen nyaman dan tidak merasa sendiri.

Namun hari ini berbeda, sapi, ayam dan domba yang biasanya mendominasi padang rumput itu kini hilang entah kemana. Hanya ada kuda berwarna putih di sana yang seperti menjemputnya, Karen hanya bisa mengikuti nalurinya untuk naik ke atas kuda itu meski ia tidak bisa mengendalikannya.

Kuda itu berjalan, membawa Karen keluar dari padang rumput yang luas itu ke sebuah lorong bercahaya putih terang yang membuat pandangan mata Karen silau, matanya menyipit sampai Karen nyaris tidak bisa melihat apapun di depannya. Yang bisa ia lakukan hanya menggenggam erat tali kuda yang ada di tangannya. Sampai akhirnya indra penciuman Karen bisa mencium aroma selain bau tanah di sana, ini bukan bau basah lagi. Ini bau obat-obatan dan bau khas rumah sakit.

Karen memberanikan diri untuk membuka kedua matanya, bukan padang rumput lagi yang ia lihat di depannya. Melainkan lampu terang dan ruangan bernuansa putih serta bau obat-obatan menyeruak. Bibirnya kering, sedikit sulit bagi Karen untuk berbicara karena tubuhnya di pakaikan berbagai alat penunjang kehidupan.

Karen ingin menggerakkan tangannya, namun seperti ada sesuatu yang menahannya. Akhirnya ia hanya bisa menggerakkan jari nya, membuat seseorang yang sedang terlelap di sebelahnya terbangun.

“Sayang?” ucapnya. Itu suara Juna, Karen bisa mengenali suara itu walau lehernya tidak bisa menoleh ke sebelahnya. Lehernya di pakaikan neck collar yang membuatnya sulit bergerak.

“Kamu udah sadar.. Aku panggil dokter dulu yah.”

Kedua mata Karen hanya bisa melirik, bagaimana lelaki di sebelahnya menekan sebuah tombol yang terhubung dengan ruangan perawat dan dokter yang sedang berjaga. Karen masih bingung mencerna apa yang sebenarnya terjadi, jadi saat Dokter memeriksanya Karen hanya diam saja.

“Ini seperti keajaiban, Ibu Karen berhasil melewati masa kritisnya dan siuman. Kami masih akan terus melakukan observasi, coba ajak Ibu Karen bicara yah, Pak. Agar kami bisa memastikan kondisinya,” jelas Dokter pada Juna. Karen hanya mendengarnya sayup-sayup namun cukup jelas.

Setelah berbicara pada Dokter, Juna kembali duduk di ranjang Karen. Wajah cowok itu nampak sedikit lelah namun senyum di wajah tampannya tidak pernah luput sejak Karen membuka kedua matanya.

Karen ingat, ia pernah melihat Juna dengan kemeja dan wajah sama persis seperti di hadapannya saat ini. Kalau tidak salah, waktu itu Karen tengah bermimpi saat dirinya pingsan sehabis lomba. Sekarang yang membuat Karen bingung adalah, ini mimpi atau kenyataan? Namun jika mimpi, kenapa semuanya terasa nyata.

“Aku nungguin kamu bangun.. Tadi aku udah telfon Ibu, Bapak, Kevin dan Mas Kara, nyuruh mereka ke sini buat lihat kondisi kamu,” ucap Juna tangannya menggenggam tangan Karen dan mengusap-usap punggung tangannya.

“Ju..na?”

“Iya sayang?”

“Aku.. Kenapa?” saat ini Karen bingung, ia ingat semua kejadian kecelakaan saat Juna mengantarnya pulang. Karen ingat persis bukan hanya dirinya yang terpental setelah terhantam truk, tapi Juna juga. Lalu kenapa hanya Karen saja yang terbaring di ranjang rumah sakit? Sedangkan Juna sehat bugar tanpa luka sedikitpun.

“1 bulan yang lalu kamu kecelakaan mobil, kamu kritis 1 bulan, Ren. Padahal 1 minggu lagi adalah hari pernikahan kita,” jelas Juna.

Jujur, Karen sangat kaget mendengar penjelasan Juna. Kecelakaan? Menikah? Apa maksudnya? Bukanya mereka masih SMA? Atau Karen sudah kembali ke masa depan dan semuanya telah berubah?

“Juna?”

“Hm?”

“Ini tahun 2015 yah?”

Juna menggeleng, Karen bisa melihat itu dari lirikan ekor matanya.

“2023,” Juna menunduk, ia menarik nafasnya dalam. “Harusnya aku gak sekaget ini, Dokter udah ngasih tau aku kalau kemungkinan besar kamu bisa mengalami amnesia karena benturan yang cukup keras di kepala,” ucap Juna lirih.

Perlahan Karen tersadar, jika dirinya sudah kembali ke masa depan dan semuanya telah berubah. Karen berhasil mengubah masa depannya sendiri, perlahan-lahan Juna, Kevin dan Mas Kara menjelaskan tentang mereka yang membuat Karen akhirnya tahu apa saja yang berhasil ia ubah di masa depan.

Seperti Juna yang menceritakan dirinya berhasil menjadi fotografer profesional, Juna sudah menggelar pameran hasil fotonya dan memiliki studio foto sendiri. Tidak lupa, Juna juga bercerita bahwa dulu mereka satu kampus, ternyata Karen sempat kuliah dan berhasil menjadi jurnalis. Namun karena sebentar lagi menikah, Karen mengundurkan diri dan tengah merintis usahanya. Juna bilang, Karen punya toko bunga kecil dan toko kue yang ia rintis bersama dengan Mbak Tasha.

Karen ingat, Mbak Tasha adalah Istri dari Mas Kara. Karen lega karena Mas Kara tetap menikah dengan Mbak Tasha, hanya saja kini hidup Mas Kara berubah, Mas Kara memiliki restoran sendiri. Ia sudah tidak bekerja lagi sebagai karyawan di restoran, Mas Kara juga bercerita kalau ia sempat berkuliah lagi.

Sementara Kevin, nasib nya berubah. Kevin benar-benar serius merintis karir bermusiknya, The Gifted menang audisi dan berhasil di gandeng oleh sebuah label rekaman. Dan kini nama The Gifted semakin besar, Kevin menjadi seorang seniman yang sangat terkenal. Penggemarnya tidak berkurang meski kini ia telah menikah dan memiliki 1 orang anak.

Kevin juga cerita kalau dia dan Alifia putus sejak mereka lulus SMA, Alifia memutuskan untuk berkuliah di luar negeri. Sementara Kevin memutuskan untuk kuliah di negeri sendiri, Istri Kevin itu namanya Anjani. Karen ingat, sebelum pergi ke masa lalu. Kevin dan Anjani memang sudah menikah dan memiliki 1 orang anak. Jika dulu Anjani dan Kevin bertemu di kantor Kevin bekerja, kali ini semesta menemukan mereka saat Anjani tengah menonton konser The Gifted.

Yup, Anjani adalah lucky fan Kevin. Ia berhasil mengencani dan menikahi idolanya sendiri.

“Vokalis The Gifted masih Emily kan?” tanya Karen pada Kevin.

Cowok itu mengangguk pelan, “kamu masih ingat, Ren?” tanya Kevin.

“Kata Dokter ingatanku cuma berhenti di tahun 2015, Kev.”

Di sebelah Kevin, Juna tersenyum. Ia sudah lebih ikhlas Karen melupakan sisa kenangannya di sepanjang tahun 2016 hingga 2023. Tapi tidak apa, toh yang terpenting saat ini adalah Karen sudah membuka kedua matanya lagi.

“Gapapa, nanti kita bisa bikin kenangan yang baru yah,” ucap Juna.

Karen hanya bisa mengangguk, sekepulangan Kevin, Anjani, Mas Kara, Mbak Tasha dan kedua orang tua Juna. Karen dan Juna banyak mengobrol tentang hal-hal yang Karen enggak tahu. Begitu pula dengan Karen.

“Di dalam mimpi aku, kita berdua kecelakaan waktu habis pulang dari basecamp The Gifted. Tapi waktu aku sadar, aku makin bingung karena cuma aku yang sakit,” jelas Karen.

Juna hanya terkekeh, tangannya tidak berhenti mengusap-usap pipi Karen penuh kasih sayang. Usapannya sangat lembut seolah-olah Karen adalah bayi kecil yang rapuh.

“Kenyataanya kamu kecelakaan mobil waktu kamu mau pulang ke rumah sehabis dari toko, waktu itu aku gak bisa jemput kamu karna ada kerjaan di luar kota. Makanya aku nyesel banget, Ren.”

“Gapapa, Jun. Yang penting sekarang aku udah gak kenapa-kenapa.” Karen tidak bisa membayangkan bagimana khawatirnya Juna waktu mendapat kabar ia kecelakaan, karena saat ini wajah cowok itu nampak menyesal mengingatnya.

Juna mengangguk, “aku gak akan pernah biarin kamu bawa mobil sendiri lagi.”


6 bulan kemudian, Juna dan Karen menggelar pesta pernikahan mereka yang sempat tertunda karena Karen kecelakaan. Pestanya enggak begitu meriah, hanya pesta sederhana yang di langsungkan di sebuah gedung serba guna yang di hadiri oleh kerabat dekat keduanya.

Pesta pernikahan keduanya sebenarnya lebih layak di sebuah reuni karena mereka banyak mengundang teman lama, saking santainya. Karen dan Juna bahkan menyambangi tamu-tamu mereka ke meja, sesekali mereka juga mengobrol di sana sebentar sebelum berkeliling kembali.

Karen enggak pakai gaun pengantin yang meriah dan super ribet, dia cuma pakai kebaya dan kain saja. Pernikahan keduanya mengusut tema sunda, Karen juga pakai siger yang menambah kecantikannya.

“Kamu nyari siapa sih, Ren?” tanya Juna, dari tadi Juna lihat Karen seperti mencari seseorang.

“Jun, kamu ingat Galang gak?”

Juna mengangguk, “ingat, kenapa?”

“Aku undang dia ke pesta pernikahan kita, tapi kayanya dia gak hadir yah?” Karen cuma mau tau kabar Galang aja, dia cuma mau mastiin kalau Galang juga pulang ke tahun 2023 setelah masalah Alana selesai. Tapi selama 6 bulan mencari, Karen enggak dapat kabar apa-apa. Karen hanya di beri tahu alamat rumah Neneknya Galang saja, waktu Karen mengantar undangan ke sana juga sang pemilik rumah enggak ada. Jadi, Karen titip ke tetangga sekitar.

Karen enggak nanya ke Juna, dia gak tau kalau Juna dan Galang dekat. Waktu itu juga Juna dan Karen sibuk menyiapkan pesta pernikahan mereka sampai Karen enggak kepikiran buat tanya soal Galang ke Juna.

“Kamu sejak kapan dekat sama Galang, Sayang?” Juna cuma penasaran aja, soalnya Karen emang enggak banyak dekat sama Adik kelas kalau bukan berasal dari club paskibraka.

“Ceritanya panjang, Jun. Tapi yang jelas, aku emang sempat bertukar cerita sma Galang, soal adiknya yang di kuntit cowok dan soal masalah aku sama Kania, Dia sekarang kabarnya gimana yah, Jun?”

Ngomong-ngomong soal Kania, Karen enggak dapat kabar tentang gadis itu lagi setelah kenaikan kelas. Kania pindah dari sekolah dan melanjutkan kelas 12 di sekolah lain, setelah itu. Karen enggak dapat kabar apa-apa lagi soal Kania.

Juna menghela nafasnya pelan, ia ingin menceritakan soal Galang pada Karen. Karna kelihatanya Karen benar-benar penasaran dengan kabar cowok itu.

“Karen, sehari setelah liburan kenaikan kelas berakhir. Galang itu meninggal, dia di tikam sama orang gak dikenal, waktu itu aku sama Fajri sempat ikutin kasusnya. Dan ternyata orang yang nikam Galang itu adalah cowok yang suka sama Adiknya.”

“Al...Alana maksud kamu?” pekik Karen.

“Kamu kenal Alana?”

Karen menggeleng, “Galang sempat cerita ke aku soal Alana dan Beni, cowok yang menguntit Alana.”

Juna mengangguk, “cowok itu udah di tangkap dan dapat hukuman 10 tahun penjara, karena waktu itu dia masih di bawah umur. Aku sempat dengar kabar Alana yang akhirnya sekolah di luar negeri, sedangkan orang tua Galang masih tinggal di rumah lama mereka. Alana baik-baik aja sekarang, walau dia memang sempat terpukul banget karna kepergian Galang.”

Sungguh, dengkul Karen rasanya lemas. Dia gak nyangka kalau nasib Galang akan berakhir seperti ini. Galang gak berhasil pulang ke tahun 2023 namun ia berhasil menyelamatkan Alana, Karen lega dan sekaligus sedih.

SELESAI