Malam itu Nahen sedang merebahkan diri memandang langit-langit kamar sambil mendengar alunan musik dari ponsel warna biru miliknya.

Tiba-tiba musik pun berhenti dikarenakan ada telepon masuk dari seseorang.

“Dia minta ketemu? dimana?” tanya Nahen kepada seseorang di telepon tersebut.

“Gue jemput di halte depan rumah lo,” ucap Nahen lalu mematikan telepon tersebut.

Nahen cepat-cepat mengambil jaket dan kunci motor kesayangannya tersebut lalu segera menuju tempat yang telah disebutkannya tadi.

Sesampainya di halte, Nahen segera memberikan helm kepada Perempuan tersebut, lalu Perempuan itu segera menaiki motor Nahen dan menuju tempat yang dituju yaitu apartement milik Lelaki yang telah menghubungi Perempuan tersebut.


Setelah sampai, Perempuan tersebut turun dan melepaskan helm yang ia pakai lalu memberikannya kepada Nahen.

“Sebentar,” ucap Nahen kepada perempuan tersebut. “Kenapa?” jawabnya.

Nahen mengambil ponsel dari saku celananya lalu menekan salah satu kontak untuk di telepon, tak lama ponsel Perempuan tersebut berbunyi.

“Angkat, jangan dimatiin biar gue bisa tau keadaan lo di dalem sana gimana,” ujar Nahen. Perempuan itu mengangguk memberi tanda bahwa ia mengiyakan ucapan Nahen.

Perempuan itupun berjalan meninggalkan Nahen.

“Apart nomor 12 kode pintu 5-5-6-1,” teriak Perempuan itu kepada Nahen. Nahen hanya melihat Perempuan itu perlahan mulai menghilang dari pandangannya.


Perempuan itu berdiri di depan pintu apartemen, menarik napas dan membuang napas dengan harapan ia agak tenang.

Ia pun memasukan kode yang telah diberikan sebelumnya oleh lelaki tersebut. Pintu pun terbuka dan terlihat sosok Lelaki tersebut sedang duduk di sofa, lalu lelaki itu menoleh ke arah pintu memperhatikan Perempuan manis yang telah sampai di apartement miliknya.

“Sudah datang ternyata,” ucap Lelaki itu, lalu ia berdiri dari duduknya dan menghampiri Perempuan ini.

“Sudah berani ya kamu jalan dengan lelaki lain?” tanya Lelaki itu sambil memegang dan mengelus pipi mulus Perempuan ini.

“Ya terus apa hubungannya? Mau lo apa sih? Gue turutin asal lo hapus file itu!” bentak Perempuan itu. Asal kalian tau Perempuan ini sedang melawan rasa takutnya.


Flashback

1 tahun lalu

“Halo, bisa jemput ga? aku pulang kerja kelompok,” ucap Perempuan tersebut kepada seseorang di telepon.

“Iya rumah itu biasa,” ucapnya kembali.

Tak lama kemudian Lelaki itu datang di tempat yang telah disebutkan oleh Perempuan kesayangannya ini yaitu Shane. Kemudian Shane naik ke motor milik Lelakinya. Lelaki yang paling ia sayangi yaitu Kainan.

“Kerja kelompoknya cewe semua kan?” tanya Kainan

“Ada cowo dua, soalnya kelompoknya di tentuin sama guru,” jawab Shane.

Kainan menaikan kecepatan motornya. “Kamu di sentuh ga?” tanyanya.

Shane mengeratkan pegangannya. “Kan ini tugas seni budaya disuruh bikin drama gitu, aku jd pemeran utamanya salah satu cowo itu jadi pemeran utama cowonya, jangan ngebut please,” jelas Shane.

“Anjing! gua ga suka punya gua di sentuh orang!” Kainan marah, ia menaikan kecepatan motornya agar lebih cepat lagi. Ia kehilangan sabar sampai ia memukul speedometer motornya sampai pecah. Shane ketakutan, ia menangis.

“Maaf, aku bakal bilang ke temen-temen kalo aku gamau jadi pemeran utama, please stop aku takut,” Shaneterus membujuk Kainan yang sedang marah ini.

Kainan mengarahkan motornya ke arah jalan apartement yang di berikan oleh ayahnya, katanya agar mandiri tinggal sendiri, padahal hal itu membuat anaknya ini menjadi se-enaknya.

Mereka telah sampai di apartement tersebut. Kainan menarik tangan Shane hingga Shane meringis kesakitan yang diakibatkan Kainan ini memegang tangannya cukup erat.

“Kenapa kita kesini? ga pulang?” tanya Shane dengan nada ketakutan.

“Nginep disini,” jelasnya dengan nada ketus.

Kainan membuka pintu apartement miliknya.

“Masuk!” bentak Kainan.

Shane hanya menurut.

“Telepon temenmu sekarang!” suruhnya.

“Bilang ke temenmu kalau kamu mengundurkan diri menjadi pemeran utama,” lanjutnya.

Shane segera mengambil ponsel miliknya dari dalam tas dengan tangan gemetar, lalu ia menekan salah satu kontak temannya dan ia berbicara sesuai dengan keinginan pacarnya tersebut.

“Sudah?” tanya Kainan. Shane hanya mengangguk.

“Kemari,” ajaknya sambil menepuk sofa tempat Kainan duduk.

Shane pun menghampiri Kainan.

“Kamu itu punya aku ya? aku gasuka kamu disentuh orang lain,” jelas Kaina.

Shane hanya terdiam memperhatikan lelakinya tersebut dan tanpa sadar mereka terhanyut dalam suasana.

Flashback off


“Kamu sudah berani membentak saya? Hah!” jawab Kainan dengan nada tinggi.

Dengan tanpa rasa kasihan Kainan menjambak rambut Shane yang telah tertata rapih itu. Shane meringis “Aww, lepasin brengsek,” ucapnya.

Lelaki itu sudah habis kesabaran “Apa katamu? Brengsek? Dasar kau jalang!” cacinya dan satu tamparan telah mendarat dengan mulus di pipi sebelah kanan Perempuan itu.

“Kamu tau? Kamu itu milik saya, saya perjelas kembali kamu itu milik saya, saya tidak suka kamu jalan dengan lelaki lain!” jelas Kainan.

“Cukup, kita udah gaada hubungan, gue harap ini yang terakhir dan gue harap lo segera menghapus file itu!” pinta Shane.

“Gaakan pernah saya hapus,” jawab Kainan.

Lelaki tersebut mendekati wajah Perempuan itu. Wajah mereka hanya tersisa beberapa inci.

“Cukup, gue gamau gini lagi,” ucap Shane dan ia segera menjauhkan wajahnya dari wajah Lelaki tersebut.

Kainan hanya tersenyum sinis, “Kamu mau video itu dihapus kan? Lakukan permintaan saya,” pinta Kainan kepada Shane.

“Ga!” tegas Shane kepada Lelaki tersebut.

Satu tamparan kembali mendarat di pipi Perempuan ini. “Nurut atau saya sebarkan? Kalau saya sebarkan sih saya baik-baik saja paling kamu yang dihujat,” jelas Lelaki tersebut.


Dari seberang telepon sana Nahen mendengar pembicaraan mereka dan ia merasa geram karena telah mendengar tamparan 2 kali tepatnya. Ia segera berlari untuk menyelamatkan Perempuan tersebut.

Nahen mencari nomor apartement yang telah disebutkan oleh Shane. Setelah ketemu ia segera memasukan kode pintu. Pintu terbuka dan Nahen melihat Shane sedang di jambak oleh Kainan.

Nahen pun geram ia mengepalkan tangannya dan segera meluncurkan pukulannya tersebut ke pipi Kainan dan Kainan pun terjatuh akibat menerima pukulan dari Nahen.

“Anjing lo!” bentak Nahen.

“Apa masalah lo sama gue hah?!” tanya Kainan kepada Nahen dengan nada tinggi.

“Ga cukup lo sama satu cewe hah? Brengsek!” tanya Nahen.

“Hei bro cowo lo juga tau kalau cowo itu punya 2 cewe, yang satu untuk bersenang-senang dan satu lagi untuk diseriusin,” jelas Kainan kepada Nahen.

“Brengsek lo,” Nahen meluncurkan satu pukulan lagi ke pipi Kainan. “Anak dakjal setan iblis, babi lo, anjing sialan kenapa lo harus lakuin itu ke sepupu gue anjing!” caci Nahen.

Kainan hanya pasrah menerima pukulan dari Nahen.

“Cukup Hen, gue gapapa,” ucap Shane.

“Goblok tolol, sampe lo lakuin hal yang sama ke Lalitha hancur hidup lo, camkan anjing!” ancam Nahen kepada Kainan.

“Lalitha? dia salah satu mainan gue juga bro,” ucap Kainan tanpa dosa.

“Titisan dajal!” caci Nahen kembali.

“Nahen stop, ayo pulang,” ajak Shane sambil menangis ketakutan.

Nahen pun dengan sadar berhenti memukuli Kainan. “Awas aja lo,” acamnya kembali sambil menunjuk Kainan.

Nahen pun menghampiri Shane dan memegang pundaknya. “Ayo pulang, lo gapapa kan?” tanya Nahen. “Gapapa, udah ayo,” jawab Shane.

Nahen dan Shane pun keluar dari apartement milik Kainan untuk pulang.

“Macem-macem lo sama gue, hidup lo bakal kelar Shane,” ucap Kainan.

Kainan pun mengambil ponsel miliknya dam menghubungi salah satu orang yang di percayanya.”

“Halo, sebar sekarang,” suruh Kainan kepada seseorang di telepon tersebut.