Cemburu
Dengan langkah terburu-buru Yuno lari menuju pintu keluar stasiun melewati padatnya orang yang berlalu lalang sepulang bekerja sore itu. hari ini setelah jam kuliahnya sudah berakhir, Yuno ada janji untuk bertemu dengan Ann, Ann bilang dia ada di Heidelberg karena urusan kuliahnya. Dan Ann bilang dia ingin bertemu Yuno sebentar karena harus ada yang gadis itu bicarakan dengannya.
Yuno berlari karena dia sudah telat 1 jam, ini semua karena dosen yang memintanya menjadi asistennya itu memberikan pekerjaan baru, Yuno sudah mengabari Ann jika ia akan datang terlambat. Tapi Yuno gak akan menyangka jika ia akan seterlambat ini.
Hari itu Heidelberg sudah turun salju, salju pertama di tahun ini. Dan udara semakin dingin hingga membuat kuping dan hidung Yuno memerah, matanya juga sedikit pedih karena terlalu kering. Yuno baru bisa bernafas sedikit lega ketika ia melihat Ann masih menunggunya setia di caffe dekat stasiun.
Gadis itu duduk di dekat jendela, menyesap coklat panas sembari membaca buku, entah buku apa yang tengah gadis itu baca, namun tampaknya buku itu mampu membuatnya bertahan menunggu Yuno. Tanpa memperdulikan nafasnya yang masih terengah-engah, Yuno langsung masuk ke dalam cafe itu dan menghampiri Ann.
“sorry gue telat banget, Ann. Pasti lo udah lama banget yah nunggunya?” tanya Yuno, dia menaruh tas miliknya dan duduk di depan Ann. Sungguh rasanya tidak enak sekali membuat sahabatnya itu menunggu lama.
Gadis berambut blonde itu menggeleng, menyunggingkan senyumnya dan merasa lega begitu melihat Yuno akhirnya datang juga.
“Lumayan lah, tapi enggak papa sih. Gue juga masih balik besok, dan enggak BT juga karena sambil nugas dan baca buku.” Ann sama sekali enggak masalah menunggu Yuno selama itu, asal laki-laki itu tetap datang.
“Serius? Gue jadi enggak enak, gue traktir aja yah?”
“Serius?” Ann terkekeh, Yuno seperti terdengar sedang menyogoknya. Padahal Ann enggak keberatan apalagi marah karena sudah menunggunya lama.
“Iya serius, mau makan apa? Udah makan belum?” tanya Yuno tanpa melihat ke arah Ann, dia sibuk mengeluarkan ponsel dari sakunya dan sibuk mencari stop kontak yang biasanya ada di pojok, Namun sayangnya tidak ada stop kontak disana. “sia,” batin Yuno
“Gue belum makan, baru minum coklat panas. Lo mau pesan apa, No?”
Yang di tanya masih sibuk mencari stop kontak, Yuno sedikit mendesah ketika benda yang di carinya itu tidak ada. Dia ingin mengisi daya ponselnya, benda itu mati dan ia tidak bisa mengabari Ara jika ia tidak langsung pulang.
Melainkan bertemu dengan Ann dulu sebentar, Yuno udah berjanji akan selalu memberi kabar dengan gadisnya itu setiap memiliki waktu senggang, sesebentar apapun itu. Ia sudah berjanji ingin memperbaiki hubungan komunikasinya yang kemarin sempat renggang dengan kekasihnya itu.
“Lo cari apa sih, No?” karena tidak kunjung menjawab, akhirnya Ann bertanya pada Yuno apa yang sedang ia cari.
“Stop kontak, Ann. Gue mau ngcharge HP gue. Mati ini, gue mau ngabarin Ara kalau gue udah balik dari kampus dan lagi sama lo.”
Mendengar nama itu, senyum yang sedari tadi mengembang di wajah Ann jadi pudar. Yuno sejujur itu dengan pacarnya sampai-sampai bertemu dengannya saja Yuno harus memberi tahunnya, apa gadis itu sangat posesif Pikir Ann.
“Ya kan bisa nanti, No. Atau lo mau pakai power bank gue? Gue bawa kok.”
“Lo ada?” pekik Yuno, dia seperti tengah menemukan harta karun saking girangnya.
Ann mengangguk, dia mengambil power bank miliknya itu dan memberinya ke Yuno. Begitu daya ponselnya sudah terisi, barulah Yuno bisa fokus pada obrolan mereka. Mereka sempat bertukar kabar dan saling bercerita kehidupan mereka selama perkulihan, Ann juga cerita kalau dua hari yang lalu dia sempat hang out dengan Josep dan pacarnya.
Kehidupan perkuliahan Ann sangat lancar, dia memiliki teman yang baik di kampusnya. Ah, lagi pula gadis itu sangat supel. Ann pandai beradaptasi di lingkungan baru dan mudah mempunyai banyak teman. Lagi pula, Ann sudah sering bulak balik Indonesia dan Jerman, gadis itu sudah tidak lagi merasakan home sick karena ia lebih sering berada di Jerman ketimbang di Indonesia.
Enggak seperti Yuno yang kadang masih penuh dengan struggle nya ketika ia mulai merindukan Indonesia dan rumahnya, yah meski Yuno akui jika ia benci kalau di rumah waktu istirahat atau sekedar bermusiknya sangat terbatas. Apalagi jika Papa sedang berada di rumah.
“Lo sih gak bisa ikut, padahal asik banget lagi kemarin tuh.”
“Sumpah, Ann. Gue sibuk banget, semenjak jadi asisten dosen. Bahkan buat makan aja gue suka lupa, kalo Ara gak ingetin kayanya gue bakalan sering gak makan deh.”
“Beruntung yah Ara perhatian banget, masih mau ingetin lo buat makan. Pasti effort banget kan komunikasi kalau rentang waktu nya aja 5 jam sendiri, tapi hubungan kalian baik-baik aja kan, No?” tanya Ann basa basi.
Yuno mengangguk. “Baik kok, Ann. Dia juga udah aktif kuliah, makanya kemarin kita sempat berantem soal komunikasi ini. sorry yah kalau awal datang tadi gue sempet nyuekin lo perkara stop kontak, gue emang lagi memperbaiki komunikasi gue sama Ara yang kemarin sempat renggang.” Yuno ngejelasin ini supaya Ann gak salah paham.
Ann terkekeh, mengulum bibirnya sendiri. Dia menoleh ke arah jendela cafe yang malam itu semakin terasa romantis karena salju turun, pertokoan di sekitar sana dan jalanan juga mobil-mobil di penuhi salju. Ann suka musim dingin, karena baginya musim dingin itu indah. Ulang tahunnya juga bertepatan dengan musim dingin.
“Santai aja, No. Gue bisa ngerti kok. Gue kan juga pernah pacaran.”
“Oh iya, sampe lupa gue mau nanya lo mau ngomong apa ke gue? Kayanya penting banget? Keasikan cerita sih kita.” tanya Yuno setelah ia menghabiskan makanannya.
“Ah, iya. Tapi ngobrolnya sambil jalan aja mau gak, No? Gue mau nyari birthday cake lo tau gak di sekitar sini ada bakery shop gitu?”
Yuno mengangguk, “tau kok, ada toko bread and cake shop favorite gue juga. Mau gue anter?”
Ann tersenyum dan memiringkan kepalanya, memberi isyarat jika mereka harus jalan sekarang. Di perjalanan menuju bakery shop, Ann berkali-kali mengumpulkan keberaniannya untuk mengatakan apa yang sangat ingin ia katakan pada Yuno.
Ann ingin damai, ia ingin selesai dengan perasaanya untuk cowok itu. Dan dia merasa jika ia ingin selesai dengan itu semua, setidaknya Yuno harus tahu apa yang ia rasakan selama ini. Persetan jika Yuno nanti marah, itu sudah menjadi konsekuensinya. Yang penting perasaanya lega, lagi pula. Ann yakin Yuno bukan tipekal cowok dangkal yang akan marah ketika tahu teman perempuannya menyukainya kan? Pikir Ann.
Begitu sampai di bakery shop, Ann melihat-lihat birthday cake dengan berbagai macam dekorasi disana. Sampai akhirnya pilihannya jatuh pada cake dengan banyak hiasan strawberry di atasnya. Ann suka sekali dengan strawberry meski rasanya sedikit asam terkadang.
“Siapa yang ulang tahun?” tanya Yuno begitu Ann datang di kursi yang sudah Yuno duduki tadi.
“Gue, hari ini gue ulang tahun. Makanya minta temenin lo buat rayain.”
“really?” tanya Yuno memastikan.
“Yup.”
“Wahh, happy birthday Ann. Sumpah gue enggak tahu kalau hari ini lo ulang tahun.”
Ann tersenyum. “Santai aja kali, No. Orang tua gue bahkan lupa.”
“Cobain cake nya dong, gue tadi minta tolong sama staff nya buat sekalian potongin.”
“Ah, jadi makan mulu gue kalo sama lo.”
Ann tersenyum, apalagi saat Yuno mengambil satu slice birthday cake miliknya ke piring kecil dan memakannya, diam-diam Ann memotret itu dan mengunggahnya di akun sosial media miliknya. Hari yang manis, hari yang special dengan laki-laki yang Ann cintai dalam diam.
“No?” panggil Ann.
“Hm?” Yuno hanya berdeham, dia masih menikmati birthday cake itu.
Ann menarik nafasnya pelan, mengeratkan pegangannya di ujung meja demi memantapkan hatinya untuk segera menyatakan perasaanya pada Yuno.
“Gue mungkin salah dan lancang banget buat bicara kaya gini ke lo, No. Gue juga tahu mungkin ini bakalan nyakitin Ara kalau dia tahu.”
Yuno menghentikan makannya, dia menatap Ann dengan pandangan bingung. Enggak ngerti apa yang akan Ann bicarakan padanya.
“Maksud lo?”
“No, pertama kali gue kenal lo dan kita dekat, gue ngerasa nyaman dan kepengen kenal lo lebih dekat. Semua perhatian gue ke lo itu tulus karena gue sayang sama lo, No. Gue sayang banget sama lo, No. Lebih dari teman,” ucap Ann pada akhirnya.
Yuno yang mendengar itu hanya bisa terdiam, badannya seketika membeku dan otaknya terasa berhenti berpikir. Yuno bukan gugup karena seorang gadis menyatakan perasaan padannya, bukannya sombong, Sedari SMA ini sudah menjadi hal yang biasa Yuno rasakan hampir sebulan sekali.
Tapi kali ini berbeda jika perempuan yang sudah ia anggap seperti sahabatnya sendiri itu yang menyatakannya, apalagi Ann tahu jika Yuno sudah memiliki Ara. Dan Yuno sayang sekali dengan gadisnnya.
“Gue awalnya ragu mau ngomong gini ke lo, No. Gue takut lo kecewa, tapi sisi lain gue bilang kalau gue mau damai dan selesai sama perasaan gue. Setidaknya lo harus tahu, setelah ini, No. Gue janji akan lupain perasaan gue buat lo, tapi bisa kan, No. Kita tetap sahabatan?” tanya Ann, air wajahnya mendung setelah dari tadi gadis itu banyak tersenyum.
Ada sirat kecemasan yang tergambar di matanya, takut, sedih dan juga bimbang. Ann takut jika pertemananya dengan Yuno selesai karena tindakknya barusan, tapi disisi lain beban yang ia pikul di pundaknya juga terasa luruh. Hatinya seperti tidak menanggung apa-apa lagi.
“Lo—” Yuno menarik nafasnya, ia seperti kehilangan kata-katanya sendiri. “Jujur, gue bingung dan gak nyangka, Ann.”
“Gue tahu, No. Maaf.”
“Karena?” Yuno gak paham Ann minta maaf untuk apa? Karena menyukainnya? Apa itu sebuah kesalahan?
“Karena udah bilang gini ke lo di saat gue udah tahu kalo lo milik Ara.”
Yuno sedikit lega, Ann setidaknya paham jika tindakannya salah. “Ann, thank you for loving me, but sorry. you are just a friend to me and i already have another girl. lo tau kan, Ann. Gue sesayang itu sama Ara.”
Ann mengangguk. “Paham, No.”
“Gue yakin ada laki-laki lain yang lebih baik dari gue yang pantas sama lo, Ann.”
Sekali lagi Ann hanya mengangguk, ia sungguh menahan air matanya agar tidak menetes. Meski sakit, tapi hatinya lega.
“Gue gak marah, Ann. Kita tetap bisa sahabatan kaya biasa.”
Yuno sempat mengantar Ann ke stasiun dulu sebelum ia kembali ke apartemennya, Yuno enggak setega itu membiarkan Ann berjalan ke stasiun sendirian. Meski dalam keadaan canggung, Yuno berusaha untuk mencarikan suasana dengan mengajak Ann ngobrol selama di perjalanan.
Begitu kereta yang akan di tumpangi Ann telah tiba, Ann berhenti sebentar sebelum langkahnya semakin jauh meninggalkan Yuno yang masih setia berdiri di belakangnya.
“No? Gue boleh minta hadiah ulang tahun dari lo? Mungkin ini bakalan jadi yang terakhir.” ucap Ann, yang di beri anggukan oleh Yuno.
“Apa?”
“Gue boleh meluk lo sekali aja, No?”
Yuno menahan nafasnya sebentar, ia menunduk. Merasa salah jika ia memberikan hal itu, Yuno tahu ini mungkin akan mengecewakan Ann. Namun pada akhirnya ia tetap menggeleng, Yuno menolak permintaan itu.
“sorry, Ann. Untuk yang ini enggak bisa. Lo boleh minta hal lain, tapi enggak dengan ini Ann.” ucapnya tegas.
Ann mengangguk, ia meringis. “Gapapa, No. sorry, ah. Kalau gitu gue balik yah, take care, No. Sampai ketemu lagi.” Ann berlari ke arah pintu masuk kereta sembari melambaikan tangannya ke arah Yuno.
Sampai pintu kereta itu di tutup dan keretanya pergi meninggalkan stasiun, Yuno masih mematung di tempatnya. Memilin ujung jaket tebalnya sendiri, rasanya aneh, Ada perasaan bersalah dengan Ara sekaligus perasaan tidak enak karena mungkin tindakannya barusan sudah menyakiti hati Ann.
Tapi tidak apa, menurut Yuno ini yang paling benar. Meskipun ada yang tersakiti tapi itu bukan gadisnya.