Chaos

Pagi menjelang siang ini Yuno berencana untuk membersihkan apartemennya yang sudah lumayan berantakan itu. Dia udah buat schedule apa saja yang akan ia lakukan ketika akhir pekan. Sore nanti Yuno mau sedikit berjalan-jalan ke toko vinyl sembari memotret jalan-jalan yang ia lalui.

Sejujurnya badanya letih, ia ingin sekali beristirahat. Namun jika hanya berdiam diri di apartemennya, ia akan teringat oleh Ara dan Ann lagi. Yuno takut nantinya ia akan mencoba menghubungi Ara lagi dan berakhir menyakitinya.

Kalau di tanya masih sayang dengan Ara atau tidak, tentu saja Yuno sayang. Ia menjauhi dirinya dari Ara adalah bentuk rasa sayangnya pada gadis itu, Yuno ngerasa enggak pantas untuk bersama Ara jika akhirnya ia akan terus menyakiti gadis itu tanpa ia sengaja.

Setelah mematikan mesin vacum dan menaruh kembali benda itu di tempatnya, kini Yuno tinggal mengelap pigura dan beberapa vinyl yang ia taruh di ruang tamunya. Yuno menghela nafasnya berat, ada fotonya dengan Ara di sana. Foto saat Yuno kelulusan SMA dan beberapa foto saat ia dan Ara liburan bersama.

Awalnya Yuno ingin menyimpan itu semua laci agar tidak terlihat lagi olehnya, namun otak dan hatinya tidak sejalan. Jadi ia abaikan foto-foto itu meski sedikit debu sudah menempel di sana, soal rencananya untuk pulang tahun ini ke Indonesia terpaksa Yuno undur.

Mungkin ia akan pulang awal tahun nanti, ada beberapa tugas kampusnya yang harus Yuno kerjakan dan juga janjinya bersama Josep untuk acara tahun baru bersama. Josep juga tidak pulang ke Thailand, maka dari itu cowok itu akan membuat party di apartemen nya.

Sedang asik menata beberapa vinyl miliknya, tiba-tiba saja ponsel Yuno bergetar. Jadi, ia hentikan dulu pekerjaan itu dan melihat siapa yang memanggilnya.

“Gita? Tumben,” Yuno terkekeh sebelum akhirnya ia mengangkat telfon itu dan menyalakan pengeras suaranya. “guten tag,” sapa Yuno.

Kak, gue gak salah jam kan buat telfon lo?

Yuno terkekeh, “enggak lah, perbedaan waktu di Indo sama di Jerman cuma 5 jam. Kalau sekarang di sana sore, disini pagi menjelang siang. Ada apa nih, tumbenan lo nelfon gue?”

lo gak kuliah?” tanya Gita basa basi, di sebrang sana gadis itu duduk di depan meja belajarnya sembari mengetukkan satu jarinya ke meja. Ia ingin mengadu pada Yuno tentang apa yang terjadi hari ini, namun rasanya Gita ragu. Biar bagaimana pun juga, Gita bertengkar hebat dengan Ara. Meski sudah putus, Gita yakin kalau Yuno masih sangat mencintai gadis itu.

“Kok lo tiba-tiba amnesia gini sih? Hari ini kan weekend.

“*oh, iya ya..” Gita bergumam.

“Kangen ya?” tebak Yuno.

Kak? Lo kapan pulang?

“Tuh kan kangen,” Yuno terkekeh pelan, meski bukan nada merajuk yang ia dengar dari Gita. Tapi tetap saja menurut Yuno manjanya Gita keluar.

gue nanya ih!! Lo kok jadi ngeselin sih?

“Kalo gak kangen ngapain nanya-nanya?” bukan Yuno namanya kalau enggak bikin Adik sepupunya itu tambah kesal.

gue matiin nih.

Yuno semakin tertawa, namun sedetik kemudian senyum itu lenyap. Batalnya ia pulang akhir tahun ini mungkin akan mengecewakan Gita dan juga kedua orang tua nya.

“Gue balik awal tahun, Git. Awal januari mungkin.”

kok jadi mundur?!” pekik Gita.

“Ada acara.” Yuno meringis.“lo tuh kalo kangen kita skype aja gak sih? Nyalain MacBook lo buruan.” Yuno berjalan ke arah kamarnya, ia mengambil MacBook miliknya itu.

gak mau ah.

“Yaudah kalau cuma mau telfon mending matiin aja,” ancamnya.

yaudah tunggu sebentar,” ucap Gita Pasrah, akhirnya ia menyalakan MacBook miliknya dan menelfon Yuno via skype.

Begitu melihat wajah Gita yang babak belur, dengan lebam dan beberapa goresan di wajah serta lehernya berhasil membuat Yuno terbelalak kaget.

“Lo berantem sama siapa sampe babak belur kaya gini?!” pekik Yuno kaget.

sama kating gue.” cicit Gita, Gita enggak bohong soal itu. Ia memang sempat di keroyok oleh Kakak tingkatnya waktu itu. Namun luka-luka yang di dapatnya sudah sembuh, Gita bohong soal lukanya kali ini karena dia gak ingin Yuno kecewa sama perlakuan Ara.

“Sialan! Terus gimana? Mereka di hukum gak? Kok bisa sih, Git?”

Sungguh, Rasanya Yuno enggak terima lihat Adik sepupunya babak belur seperti ini. Ini juga alasan dulu Yuno sempat mengajak Gita untuk menyusulnya ke Jerman, namun apa daya karena Gita lebih memilih satu kampus dengan Kevin ketimbang dirinya. Padahal jika satu kampus dengan Yuno, ia bisa lebih gampang menjaga Gita.

sidangnya besok, ada Papa sama Mama juga yang bakalan datang.

“Om Sagara? Seriusan?”

Gita mengangguk, “makanya lo gak usah khawatir.

“Tetap aja gue khawatir, lo bonyok kaya gitu.”

Gita menunduk, ia jadi teringat kata Ara kalau dia yang merebut Arial darinya. Mengingat kata-kata itu, ia jadi menginginkan Yuno untuk segera pulang. Agak sedikit menyesal karena Yuno sering sekali memanjakannya namun Gita malah lebih sering manja ke Kevin.

Kak, kalo lo balik. Lo jadi ke Bandung kan?” tanya Gita. Gita cuma mau nunjukin ke Ara kalau dia juga punya Kakak dan Yuno mampu memanjakan nya lebih dari yang Arial lakukan.

Yuno yang mendengar begitu jadi menunduk, ia memang kepikiran untuk berlibur ke Bandung. Namun waktu itu ia belum putus dengan Ara, kalau kejadiannya berakhir seperti ini. Yuno jadi mempertimbangkan lagi untuk pergi ke Bandung saat di Indonesia nanti.

“Gue gak tau, Git. Tapi kalo pun ke Bandung. Kayanya gue gak akan nginap di sekitar kosan lo.”

Gita mengangguk, dia paham Yuno mungkin enggan bertemu dengan Ara. “karena Ara yah, Kak?

Yuno hanya menjawab pertanyaan itu dengan meringis. “Tapi gue tetap bakalan ke Bandung kok.m, Gue usahain.”

beneran yah?

Yuno mengangguk, “Mau jalan-jalan kemana kalo gue ke sana?”

ke pasar ikan Muara, anterin gue beli ikan cupang lagi buat temennya Sir John Silver Vorpal Sword.

“Hah?” pekik Yuno waktu dengar Gita nyebutin nama ikan cupangnya. “Siapa?”

Sir John Silver Vorpal Sword, kok lo jadi budeg gini sih?” hardik Gita. Sebel banget dia kalo harus ngulang-ngulang omongan.

“Gaya amat cupang di kasih nama Sir John.”

Sir John Silver Vorpal Sword,” imbuh Gita karena Yuno gak menyebutkan nama cupangnya itu dengan lengkap.

“Yah. Terserah lo pokoknya itu deh, ini cuma mau ke Pasar Ikan doang?”

Gita menggeleng. “Gue mau ajak lo ke Cimenyan juga sama Ranca Upas, nanti kita kasih makan rusa disana.”

Pagi menjelang siang itu, Yuno mendengarkan celotehan dari Gita sembari ia makan siang dengan menu seadanya di kulkas. Mungkin benar dugaanya jika Gita merindukannya meski Adiknya itu tidak mengucapkanya secara gamblang, entah karena gengsi atau malu.


“Kamu beneran gak mau dengerin Mas Iyal dulu nih?” tanya Arial.

Karena Ara enggak kunjung keluar dari kamarnya, akhirnya Arial yang menghampiri Adiknya itu ke kamar. Membawakan beberapa makanan kesukaan Ara sebagai bentuk permintaan maafnya.

Arial ingin minta maaf dan menjelaskan semuanya dengan Ara, dia juga ingin mengobati luka-luka yang di dapat Adiknya itu karena berkelahi dengan Gita. Namun Ara masih bergerumul di dalam selimut dan tidak mau bicara dengan Arial.

“Mas tau Ara belum tidur, Mas Iyal minta maaf yah. Maaf karena perhatian Mas ke Ara berkurang, Mas tau Mas salah.” Arial menunduk, ia akui itu. Ia jadi agak sedikit mengabaikan Ara. Tapi itu tidak sepenuhnya, karena Arial sempat berpikir jika ia terlihat memanjakan Ara seperti biasanya di depan teman-teman serumahnya, Arial takut Ara akan malu, lagi pula Ara juga lebih sering bersama Julian dibanding dirinya.

“Mas bukan jadi lebih sering manjaim Gita dan perhatiin Gita, Adiknya Mas Iyal itu cuma Ara. Gita dan Ara itu enggak sama, perhatian Mas ke Gita juga enggak sama kaya ke Ara.”

Di dalam selimutnya Ara mendengarkan Arial berbicara, meski enggan ia sahuti ucapan dari Kakaknya itu. Ia masih dongkol setengah mati karena Arial lebih membela Gita di banding dirinya, namun biarpun begitu. Ara tetap mendengarkan penjelasan Arial kok.

“Mas, bingung. Tapi semoga Ara paham sama yang Mas omongin. Waktu tahu Gita di kerjain sama anak-anak ILPOL, Mas marah banget. Rasanya enggak terima, apalagi Mas yang jadi penyebab itu semua. Makanya Mas ngerasa bertanggung jawab buat bawa Gita ke rumah sakit dan nemenin dia. Mas tahu Mas salah karena jadi gak merhatiin kamu.”

“Mas sering bareng Gita dan antar jemput dia, awalnya karena Kevin yang sering minta tolong ini. Mas pikir kamu juga lebih sering sama Julian ketimbang, Mas.” Arial mengulum bibirnya sendiri, jika melihat Gita. Ia jadi teringat pernah merasakan hal yang sama dengan seorang gadis yang dulu pernah Arial taksir habis-habisan.

“Kamu ingat Kak Jiha gak, dek?”

Jiha? Itu nama cewek yang di sukai Mas Arial saat SMA kan? pikir Ara.

“Mas jadi ngerasain perasaan yang sama waktu Mas lihat Gita. Gita emang nyebelin awalnya, tapi karena sering sama dia. Mas jadi sadar kalau dia enggak senyebelin yang Mas kira.”

Mendengar penjelasan Arial itu, Akhirnya Ara menyibak selimutnya. Ia mengubah posisinya yang tadinya tiduran menjadi duduk, melihat wajah melas Arial yang kini tersenyum ke arahnya.

“Mas Iyal suka sama Gita?” tanya Ara.

“Hah?” Pekik Arial, matanya membulat. benarkah? Apakah saat ini terlihat seperti itu? Ah, Arial masih kaku dalam menafsirkan perasaanya sendiri.

Ara mengangguk, “kaya Kak Jiha kan?”

“Um,” Arial mengangguk dengan ragu. “Mungkin..”

“Itu artinya Mas Iyal suka sama Gita. Aku pikir, Mas Iyal ke Gita itu karena anggap Gita Adik.”

“Kamu mikirnya gitu?” tanya Arial yang di jawab anggukan oleh Ara, jika tahu kalau Arial menyukai Gita dan bukan menganggap Gita sebagai Adiknya. Ara kan gak perlu cemburu gak karuan dan berakhir bertengkar dengan Gita.

“Habisnya Mas Iyal kaya lagi ngemong Gita, kelihatanya gitu di mata aku. Aku jadi ngerasa kalo Mas Iyal mau cari pengganti aku tau gak! Kalau tahu Mas Iyal suka sama Gita, Ara kan gak usah harus berantem-berantem kaya gini!” pekik Ara, dia malah menangis karena kesal sekaligus terharu karena akhirnya Arial bisa mulai menyukai gadis lain setelah di tolak secara halus oleh Jiha.

“Dek, ya ampun.” Arial beringsut maju, ia membawa Ara kepelukannya dan memeluk Adiknya itu dengan gemas. “Mana mungkin. Mas Iyal cuma punya satu Adik perempuan aja.”

“Gak boleh nambah lagi! Awas aja!”

“Kalau Mas Iyal punya pacar boleh gak?”

“Ya boleh lah!” Ara memukul lengan Arial. “Tapi, Gita kan punya Kevin, Mas?”

Mendengar ucapan itu membuat Arial jadi meringis, ia gak boleh melupakan jika Gita masih memiliki Kevin. Yah, meskipun di mata Arial. Kevin seperti bukan pacar yang baik untuk Gita, buktinya saja Kevin tidak pernah ada di saat Gita benar-benar membutuhkanya kan?

“Mas Iyal gak akan ngerusakin hubungan orang kan? Dosa loh, Mas.”

“Hah?” merusak hubungan orang? Mana mungkin, itu bukan Arial sekali. pikir Arial.