Lima— Dia Yang Di Toko Buku

Ara gak pernah menyangka bermain bersama teman-teman Gita akan seasik ini, hari ini mereka pergi ke Aquarium besar yang ada di Jakarta. Sebelum berangkat, mereka bertemu dulu di rumah Januar dan memutuskan untuk pergi dengan 2 mobil, milik Echa dan juga milik Kevin.

Mereka pergi berdelapan, ada Echa, Janu, Ara, Kevin, Gita, Chaka, Kinan dan Cindy. Di perjalanan mereka sempat memutar lagu-lagu, bertukar cerita betapa sibuknya menjadi siswa kelas dua belas dan membuat rencana-rencana untuk acara kelulusan.

“Habis UN mending muncak gak sih?” celetuk Janu tiba-tiba. Dia udah kepikiran banget buat nyewa villa atau sekalian saja hiking gak usah naik gunung yang jauh-jauh, seperti Papandayan atau Gunung Gede di daerah Jawa Barat kan bisa. Yah, walau Janu belum pernah punya pengalaman naik gunung sih.

Di mobil yang di bawa Janu itu ada Echa, Janu, Ara, Kinan. Sementara di mobil yang di kendarai Kevin itu ada Gita, Chaka, Kevin dan Cindy.

“Mau ngecamp gak? Ke cikole aja gak sih? Tidur di capsul camp gitu kayanya asik juga deh,” imbuh Kinan.

“Eh boleh tuh, kayanya asik juga. Siapa yang boking?” tanya Echa.

“Mending ngobrolinnya nanti aja deh pas kita makan siang, ajak juga tuh rombongan sebelah biar tambah rame,” kata Kinan, kalau Kinan memang sudah sedikit akrab dengan siswa dari SMA Anggada. Saking seringnya ia dan tim nya bertanding melawan SMA itu.

Kinan itu ikut dalam tim cheerleader dan sering kali tim dari SMA BM400 melawan SMA Anggada, walau begitu Kinan memiliki banyak teman juga dari SMA Anggada. Mereka hanya menjadi lawan ketika sedang di bertanding saja.

“Iya tuh bener, ngobrolinya nanti aja. Gue bayangin udah bakalan seru banget deh kayanya!!” Echa udah bayangin aja kalau menginap ramai-ramai, sebelumnya ia belum pernah pergi ke luar kota sampai menginap. Yah banter-banter cuma menginap di rumah Ara aja.

“Lo ikut kan, Ra?” tanya Kinan tiba-tiba, habis dari tadi Ara enggak menimpali apa-apa.

“Gue gak tau, tapi kemungkinan besar sih enggak.”

“Yeee, kenapa?” Janu yang sedang mengendarai mobil itu menoleh ke kursi belakang, mereka sudah sering bersama kalau Ara enggak ikut rasanya akan ada yang kurang.

“Ih, iya kenapa, Ra?”

“Gue mau ke Jerman, gue mau jenguk Kak Yuno. Udah janji juga mau liburan berdua sama dia.”

“Mau honey moon yah lo berdua?” ledek Echa yang langsung mendapat sentilan di keningnya dari Janu.

“Pikiran lo, yang.”

“Janu kampret!! Berantakan poni gue anjir.” meski enggak kencang tapi sentilan Janu di keningnya membuat poni Echa jadi sedikit berantakan.

“Gak lah, gila kali. Gue cuma mau liburan aja, kangen banget soalnya sama dia.”

“Ihhhh so sweet.” pekik Kinan. “Tapi Kak Yuno baik-baik aja kan di sana, Ra?”

Ara mengangguk, “baik kok, dia masih sekolah bahasa juga.”

“Gue kepengen deh punya pacar kaya Kak Yuno, udah pinter, ganteng, baik, anak orang kaya, ramah duh.” Kinan jadi berandai-andai jika suatu hari punya pacar kaya Yuno.

Kinan bukan naksir Kak Yuno kok, dia cuma kepengen punya pacar setipe kaya gitu. Walau banyak sekali cowok-cowok yang menggandrungi Kinan, tapi enggak mudah bagi mereka mendapatkan perhatian apalagi hati dari seorang Kinan. Kinan itu kalau di dekati malah menghindar, gak jarang Kinan malah berujung ilfeel sama cowok yang lagi mendekatinya.

“Makanya kalo di deketin cowok tuh jangan gampang ilfeel!” Echa yang kesal jadi melempar pop corn yang sedang ia makan ke wajah Kinan saking sebalnya.

“Heh, gimana gue gak ilfeel kalo yang deketin kaya Azriel si pentolan futsal yang kerjaannya deketin banyak cewek, terus ada lagi Anwar yang kerjaannya minta foto terus biar tau gue lagi ngapain, terus lagi Deka yang kalo ngechat typing nya jelek dan sok puitis banget. Lo juga pasti gak mau kan di deketin sama orang-orang kaya gitu.”

Kinan kadang juga heran sendiri kenapa cowok yang mendekatinya tidak pernah ada yang cocok dengan kriteria nya, Sejujurnya Kinan enggak ada kriteria khusus sih, dia cuma kepengen punya pacar yang baik, pintar dan gak genit.

Ara dan Echa yang mendengar itu jadi tertawa, Kinan dulu pernah punya pacar, sekelas dengannya dulu. Namun karena orang tua dari pacarnya dinas di luar kota maka pacarnya Kinan pun harus pindah ke luar kota. Seingat Ara dulu, sampai kelas sebelas pun mereka masih menjalin hubungan jarak jauh. Makanya Ara juga heran kenapa bisa sampai tandas saat itu.

“Eh, Nan. Tapi lo dulu putus sama Jevon gara-gara apa sih?” tanya Ara penasaran, pasalnya Kinan enggak pernah cerita apa-apa.

“Jevon selingkuh, Ra. Dia deket sama cewek lain di sekolah barunya. Yah gitu deh, LDR emang berat apalagi kalo sama-sama belum dewasa. Makanya lo jagain tuh Kak Yuno jangan sampe dia selingkuh juga kaya Jevon, apalagi Kak Yuno banyak banget yang naksir dari dulu,” cerocos Kinan yang tanpa ia sadari begitu mendengar ucapannya wajah Ara langsung berubah menjadi masam.

“Yah lo tuh gak bisa nyamain Jevon sama Kak Yuno tau, Nan. Kak Yuno orangnya baik, dia juga sayang banget sama Ara. ya kan, Ra?” Echa yang sadar akan perubahan wajah temannya itu jadi menyangkal kata-kata Kinan.

“Yah semoga aja yah, soalnya dulu Jevon juga kelihatan sayang banget sama gue tapi apa? Buktinya dia tetap ahhhh—” pekik Kinan yang tiba-tiba tangannya di tepuk oleh Echa, Kinan sepertinya tidak bisa menangkap sinyal darinya yang menyuruhnya untuk berhenti berbicara seperti itu di depan Ara.

“Um, semoga Kak Yuno gak kaya Jevon yah, Nan.” Ara mengangguk, ia langsung mengalihkan pandanganya ke arah jalanan yang pagi itu agak sedikit lenggang. Walau begitu, ucapan Kinan barusan berhasil membuat pikirannya melayang. Memikirkan nasib hubungannya dengan Kak Yuno.

Begitu sampai di Aquarium, mood Ara yang semula berantakan kini kembali membaik berkat melihat atraksi-atraksi hewan yang ada di sana, bukan hanya menyuguhkan biota laut. Di tempat itu ada berbagai atraksi hewan lain juga seperti Berang-Berang, Binturong dan Pinguin.

Ara sempat merekam atraksi itu untuk ia tunjukan pada Kak Yuno nanti, tidak ketinggalan dengan atraksi ikan Pari dan juga hewan laut lainnya. Ara juga sempat menyentuh Ular, Kecoa Madagaskar, Bintang Laut dan Siput Turbo.

“Geli gak, Ra?” tanya Gita waktu seorang staff menaruh kecoa madagaskar di tangan Ara.

Ara bergidik, rasanya agak sedikit tidak nyaman. Tidak berbeda jauh dengan menyentuh kecoa pada umumnya, hanya bedanya kecoa madagaskar ini tidak memiliki bau seperti kecoa yang sering di jumpai di rumah-rumah. Dan yang jelas ukuranya jauh lebih besar dari kebanyakan kecoa.

“Geli, Git. Tajem-tajem gitu, tapi lucu juga cobain deh biar gak penasaran.”

“Gue mau coba nyentuh badannya aja.” Gita enggak mau pegang, udah kebayang di kepala dia kaya gimana tekstur nya. Dari pada nanti berakhir Kecoa nya dia lempar karena saking gelinya, lebih baik ia menyentuh bagian atas Kecoa itu dengan tangannya saja. Gita berani memegang Ular, Bintang Laut, Berang-Berang dan Siput Turbo tapi enggak dengan Kecoa yang satu ini, apalagi yang ukurannya besar.

“Habis ini liat atraksi Lumba-Lumba yuk!” pekik Cindy.

“Gak, kita ke Zona Gurun dulu gue mau kasih makan Meerkat,” sangkal Chaka tak mau kalah.

“Meerkat apaan?” tanya Janu.

“Itu loh, kalo lo pernah nonton Lion King. Meerkat itu si Timon,” jelas Kevin. Kalau soal gini-ginian Kevin tuh banyak tau deh.

“Ohhh, itu. Gue juga mau dong, ayo kita ke Zona Gurun dulu kalo gitu!!”

“Ihhh mau liat Lumba-Lumba dulu!” Cindy enggak mau kalah, tujuan utama Cindy ke Aquarium kan memang mau melihat pertunjukan Lumba-Lumba.

“Eh sumpah, kaya bocah lu berdua. Mending kita liat Macaw aja dulu!” agar menghentikan perdebatan Chaka dan Cindy, akhirnya Gita memutuskan untuk mengajak mereka melihat Macaw dulu saja.

Di sana agak sedikit ramai, tapi walau begitu teman-temannya semua antusias saat melihat aksi Burung Beo besar yang memiliki lama hidup hingga 50 tahun. Bulu dan warna nya cantik, Ara bahkan begitu takjub melihatnya. Ini untuk pertama kalinya ia melihat Macaw, karena memang habitat Macaw ini tidak ada di Indonesia.

“Eh, Echa?” pekik seseorang begitu melihat Echa, begitu pula dengan Echa yang membulatkan kedua matanya.

“Julian!!” Echa yang melihat teman lamanya itu langsung menghampirinya dan memukul bahunya dengan excited.

“Ahh sakit, anjir! Main mukul aja,” ucap cowok bernama Julian itu.

“Lo sama siapa?”

“Sama Naufal, tapi dia lagi ke toilet. Lo sama siapa?” tanya Julian, soalnya dia liat Echa dateng ramai-ramai.

“Sama teman-teman gue, ada cowok gue juga tuh yang paling tinggi,” Echa menunjuk Janu yang lagi melongok melihat pertunjukan Macaw itu.

Namun bukannya melihat Janu, ekor mata Julian justru tertuju sama Ara yang berada di sebelah Janu, yang kebetulan kini sedang melihat ke arah Julian juga. Ara tersenyum, begitu juga sama Julian yang kini mendekat ke arahnya.

“Lo temennya Echa juga?” tanya Julian.

Ara mengangguk, “lo kenal Echa?”

“Dia temen SMP gue.”

Echa yang bingung hanya mengernyit, pasalnya Ara gak pernah cerita kalau dia kenal sama Julian.

“Kalian kenal?” tanya Echa ke Julian dan Ara.

“Enggak, Cha. Belum sempet kenalan, kemarin gue ketemu dia di toko buku,” waktu itu ia ingin mengajak Ara untuk berkenalan, namun sayangnya selesai membayar bukunya, Ara sudah tidak ada lagi di sekitar toko buku. Namun siapa sangka jika ia justru bertemu Ara di sini, jadi biarkan kali ini Julian memberanikan diri untuk berkenalan dengan gadis itu.

“Nama gue Julian, anak SMA M.H Thamrin,” Julian mengulurkan tangannya dengan senyum manis mirip seperti seekor anak kucing.

“Ara, lo serius anak M.H Thamrin?” setahunya sekolah itu adalah sekolah unggulan negeri terbaik di Jakarta, kakak sepupunya Ara yang bernama Arial juga alumni sekolah itu. Lagi pula enggak mudah masuk sekolah itu, hanya murid terbaik yang bisa bersekolah di sana.

“Iya, kenapa emang?”

“Kakak sepupu gue alumni sana.”

“Siapa namanya? Kali aja gue kenal.”

“Mas Arial, ah, nama lengkapnya Arial Hazahfran. Kenal?”

“Ahhhh,” Julian mengangguk-angguk, siapa sih yang enggak kenal Arial? Murid akselerasi dengan segudang prestasi yang ia sabat untuk membuat harum nama sekolah. “Tahu, cuma enggak kenal. Bang Arial yang akselerasi kan?”

Ara mengangguk, sejak saat itu Julian dan Naufal memutuskan untuk bergabung dengan rombongan Echa dan teman-temannya. Mereka juga makan siang bersama sebelum akhirnya berpisah karena hari sudah semakin sore.