003

ANak TOngkrongan SEblak Mak itOK

Jevera sudah menunggu Bella didepan gerbang, setelah berpamitan pada mpok Julia yakni security di kost-annya, Bella pergi menghampiri Jevera. Namun Bella datang dengan keadaan yang ngos ngosan.

“Lo lari?”

“Iya buruan bang, gue takut telat.”

“Lagian lo begadang mulu.”

“Udah ayo buruan.”

“Nih sarapan lo.”

“Thanks bang Jeprot.” Ucap Bella sembari mengambil tote bag yang diberikan oleh Jevera.

Namun Jevera tak menghiraukannya, dan mulai melanjutkan kendaraannya menuju kampus. Hanya membutuhkan waktu 10 menit saja keduanya pun sampai dikampus. Jevera mulai memarkirkan mobilnya didekat lapangan basket.

“Bang, itu bu Amelie bukan si?” Tanya Bella pada Jevera.

Namun belum sempat Jevera menjawab, tiba-tiba saja Bella heboh sendiri. Mengingat peraturan dari dosen mata kuliah, dimana dosen tersebut melarang keras untuk mahasiswa mendahuluinya, kalaupun berjalan dibelakangnya akan tetap diboloskan dan tidak diperkenankan untuk masuk kedalam kelas.

“Aelah bang gimana dong?”

“Tanya gue. Pikirlah.”

“Bantuin napa.”

Jevera tak menjawab apapun lagi pada Bella, ia keluar dari mobil.

“Buru.” Ucap Jevera sembari menoleh kedalam kearah Bella.

“Buru apaan?”

“Keluar, lo mau diem disini terus?”

“Ya itu gimana bua Amelie nya?”

“Urusan gue.”

Bella pun keluar dari mobil, namun Jevera pergi meninggalkannya.

“Ish si bang Jev, malah ditinggalin begini.”

Jevera sedikit berlari menuju dosen yang dimaksud. Tak lupa Jevera memberi kode pada Bella untuk cepat cepat masuk kedalam kelas. Tanpa berpikir panjang Bella pun sedikit berlari dan ketika melewati punggung dosen, Bella memberikan 2 jempol pada Jevera.

Setelah lebih dekat dengan kelas, Bella masih saja sesekali menoleh ke arah belakang, namun Jevera masih berbincang dengan dosen itu. Namun ketika Bella akan berbalik badan kakinya tak sengaja menendang sebuah batu, untung saja ada seseorang yang menahan lengannya, dan tak jadi terjatuh.

Seketika Bella ingin berucap terimakasih kasih padanya, namun setelah mengetahui siapa orangnya, seketika senyumannya hilang begitu saja.

“Thanks Lang.”

“Hati-hati Bell.”

Bella pun buru buru melepaskan tangan Gilang dari lengannya. Tak lama Malvynn berlari menghampiri Bella dan Gilang.

“Kenapa lagi? Kakinya kelipet lagi?”

“Ish.” Balas Bella yang kemudian memukul lengan Malvynn.

“Hahahaha. Udah ayo masuk, bu Amelie nya lagi jalan kesini tuh.”

Mendengar itu membuat Bella menoleh kebelakang dan ternyata Jevera sudah tidak ada disana.

2 jam sudah Bella duduk didalam kelas, Bella pun memutuskan pergi ke tempat makanan favoritnya setelah dosen keluar dari kelasnya. Kali ini Bella tak pergi bersama Malvynn, karena Malvynn ada urusan di sekre.

Disebuah kedai kecil yang bertuliskan warung mak Itok didepannya. Bella sedang duduk seorang diri sembari memainkan ponsel untuk menunggu pesanannya datang. Tak lama setelah datang Bella pun memutuskan untuk memakan makanan favoritnya.

Tak berapa lama setelah Bella menghabiskan makanan favoritnya Jevera menghampiri Bella dengan membawa ice coffe, dan juga sepiring pisang bakar keju ditangannya. Yang juga disusul oleh Malvynn dengan membawa sepiring batagor ditangan kanannya dan minuman dingin ditangan kirinya.

“Lah udah abis aja.” Ucap Malvynn yang kemudian duduk disamping kanan Bella karena disamping kiri Bella sudah terisi oleh Jevera.

Sebenarnya warung mak Itok ini hanya menyediakan seblak dan minuman seduh saja. Namun Malvynn dan Jevera selalu saja menghampiri Bella dimanapun itu ketika ketiganya sedang beristirahat. Namun Bella lebih sering berdiam diri di warung mak Itok ini, jadi Malvynn dan Jevera tak perlu bertanya pada Bella lagi dimana dia berada. San tempat ini menjadi salah satu tempat favoritnya Bella, dimana ketika sedang istirahat dia selalu berdiam diri di tempat ini.

Bahkan ketiganya selalu melakukan hal apapun di warung mak Itok ini, entah untuk makan, berbincang bincang, berdiskusi ketika sedang ada tugas individu maupun kelompok, ataupun berdiskusi hal lain.

Saat ini ketiganya sedang asik berbincang-bincang sembari memakan makanan yang sudah dipesan oleh masing-masing. Tidak dengan Bella yang berbincang dengan melihat tulisan yang ada ditembok.

Posisi ketiganya saling berjajar, dengan mengambil meja yang menempel pada tembok, dimana Bella berada ditengah, diantara Jevera dan Malvynn.

“Biasanya selalu berempat tapi sekarang jadi bertiga. Duh jadi kangen sama Sere sekarang.” Ucap Bella sembari melihat 4 nama yang tertulis ditembok yang ada didepannya kini.

“Anak tongkrongan seblak mak Itok. Jerryprot, Opomalvynn, Sere, Tombella. Untung mak Itok nya baik ga ngapus tulisan gue ini.” Ucap Bella yang kemudian mengusap tulisan yang ada ditembok.

“Ih si bang Jev kagak tanda tangan tanda tangan sampe sekarang? Ini gue buat dari 2017, sampe warna tembok beberapa kali berubah belum tanda tangan aja. Bang, buruan tanda tangan.”

“Ngapain si tanda tangan tanda tangan.”

“Apa susahnya sih tinggal nanda tangan doang.”

“Tangan tangan elah bang. Asal aja kali, gausah tanda tangan ktp lo.” Ucap Malvynn pada Jevera.

“Heem paraf aja udah.”

Namun Jevera tak menghiraukan keduanya.

“Ngomong-ngomong Sere disana lagi ngapain ya sekarang?” Tanya Bella tanpa melirik Malvynn dan Jevera.

Namun keduanya tak merespon apapun, dan hanya melihat ke arah Bella.

Setelah beberapa saat ketiganya berbincang soal seseorang yang pernah menjadi bagian dari hidup ketiganya, tak lama ketiganya mulai membahas hal lain.

“Ini kertas apaan Bell? Ko dijadiin gantungan gini?” Tanya Malvynn sembari memegang gantungan pada tas Bella.

“Hahahaha belum gue pindahin ternyata.

“Emang apa itu?” Tanya Malvynn lagi.

“Kartu peserta waktu gue tes disalah satu SMK kesehatan.”

“Rajin banget dijadiin gantungan gini.”

“Biar jadi kenangan buat gue aja sih.”

“Ga lolos ya waktu itu?”

“Lolos ko, jadi salah satu peserta terbaik gue disana, udah masuk malah di jurusan farmasi, udah dinyatakan lulus juga sama sekolahnya, tinggal dilanjut ke tahap berikutnya, tapi ya gitu deh.”

“Kadang kaya sayang banget ga gue ambil kesempatan itu, padahal disana banyak anak yang ga lolos, dan gue adalah salah satu orang yang beruntung karena bisa masuk di salah satu SMK yang diminati banyak siswa. Tapi ya mau gimana lagi, ada problem dirumah, jadi gue masuk disekolah lain.” Jawab Bella sembari membuka sebuah permen dan kemudian melahapnya.

“Gue boleh tau ga Bell? Kenapa lo ga kejar setelah keluar dari SMA? Dan kenapa juga lo kosong dulu selama dua tahun?” Tanya Malvynn.

“Hmmm.....”

Setelah beberapa saat Bella terdiam, Bella mulai bercerita kembali.

“Gue baru sadar sekarang, ternyata udah berkali kali gue disuruh ngalah sama ibu, ayah. Pertama, saat gue mau masuk farmasi, dan kedua ketika ibu udah janji sama gue buat nguliahin gue kalau gue mau turutin apa yang ibu mau, yaitu masuk SMA negeri. Tapi lagi dan lagi terpaksa gue harus menerima keadaan, dan akhirnya gue nyerah sama impian gue, impian gue buat jadi apoteker ternyata pupus gitu aja.”

“Gue tuh tipean orang yang kalau udah ada yang buat sedih atau sakit hati bawaannya males aja gitu, ga tau kenapa.”

“Bahkan setelah tau gue harus ngalah lagi, saat itu juga gue ga ada niatan untuk berusaha lebih lagi buat gapai impian gue. Yaudah gitu aja, gue ga punya tujuan apa-apa setelahnya.”

“Tapi disaat kosong selama dua tahun gue nemuin sesuatu yang buat gue akhirnya mutusin buat ambil jurusan bisnis. Dari SMP sebenernya udah suka jualan jualan gitu, tapi kerasanya ya pas kosong dua taun itu. Ternyata gue ngerasa seneng kalo lagi jualan, gue seneng kalo lagi packing atau apapun yang berkaitan sama jualan. Rasanya tuh kaya seneng aja gitu, kaya buat gue senyum terus kalo lakuin suatu hal yang berbau bisnis.” Lanjut Bella.

Bella juga sedikit bercerita mengenai keluarganya dimana sang ayah merupakan seorang PNS TNI AD, dan juga beberapa hal lain mengenai keluarganya. Entah mengapa jika bercerita pada Malvynn dan Jevera sangat membuatnya nyaman, karena keduanya selalu mendengarkan apa yang ia ceritakan sampai habis tanpa memotong.

Karena biasanya yang Bella rasakan selama ini ketika bercerita itu jika tidak dipotong dan dipindahkan ke topik lain, ya diacuhkan seperti tidak disimak oleh pendengar. Namun jika dengan kedua teman disampingnya ini benar benar didengar, walaupun kadang ketika Bella bercerita keduanya sedang melakukan kegiatan seperti sekarang ini yaitu makan.

Setelah mendengar sedikit cerita tentang kehidupan Bella, itu membuat Malvynn sedikit mengingatkan apa yang sudah dilaluinya juga. Entah mengapa beberapa kejadian yang sudah dilalui oleh Bella juga dirasakan olehnya, dimana sang papah juga merupakan seorang PNS TNI AD.

Bahkan kedua ayahnya pun sama sama sudah pensiun dan mempunyai ibu sebagai ibu rumah tangga. Mempunyai kaka, dan merupakan anak bungsu, namun bedanya Malvynn yang mempunyai kaka laki-laki dan Bella yang mempunyai kaka perempuan.

“Gue ga tau harus ngomong apa Bell, tapi untuk sekarang kayanya kata semangat udah bukan lagi kata yang pengen lo denger. Tapi pokoknya lo hebat banget Bella udah lewatin ini semuanya sampe sekarang.” Ucap Malvynn sembari mengacungkan dua jempol pada Bella.

“Hahahaha thanks coklat.” Balas Bella sembari mengusap punggung Malvynn.

Setelah mendengar cerita dari Bella, Jevera masih saja sibuk dengan pisang bakar keju yang sedang dimakan olehnya. Dia tak memberi respon apapun setelah mendengar cerita dari Bella. Namun sedari tadi Jevera benar benar mendengarkan dan menyimak apa yang diceritakan oleh Bella.

“Lo fokus amat sama pisang bakarnya bang. Lagian tenang aja kali bang, gue sama Malvynn ga bakal minta ko.” Ucap Bella sembari sedikit tertawa dan juga sedikit menyenggol tubuh Jevera, tepat berada disebelah kirinya.

“Sampe ga disisain buat gue sama Bella bang hahahaha.” Ucap Malvynn pada Jevera sembari menoleh kearah kiri untuk melihat Jevera yang berada di sebelah kiri Bella.

“Lah lo berdua mau? Tadi gue tawarin pada kagak mau, yaudah gue abisin. Nih kalo lo berdua mau.” Ucap Jevera sembari menyodorkan piring di meja ke hadapan Bella namun keadaan piring itu sudah kosong.

Malvynn dan Bella hanya tertawa setelah melihat apa yang Jevera lakukan.

“Oh iya bang gue mau tanya dong.”

“Eh bentar gue mau mikir dulu sekarang, 2015 lo lulus kan ya? Tapi ngomong ngomong kenapa lo ga ambil S2 aja bang? Terus kalo mau ambil jurusan bisnis kenapa lo ga ambil diluar? Secara lo udah punya gelar S.Mb kan bang, mana ngambilnya juga diluar, cum laude pula. Pasti ada dong rekomendasi dari kampus lo disana? Emang kemarin ga ada pertimbangan waktu lo mau masuk ke kampus swasta ini?”

“Udah jalannya dari Tuhan kaya gini.”

“Lah masa gitu doang jawabannya? Alasan yang lebih spesifik gitu bang elah.”

“Takdir dari Tuhan kali.” Jawab Jevera sembari menoleh ke arah Bella dan menatapnya.

“Yeee bang yang bener kenapa.”

“Eh tapi kalo dipikir-pikir iya juga si. Kalo gue, lo, Malvynn, sama Sere ga masuk sini, mungkin kita ga akan pernah ketemu, apalagi kenal. Terlebih lagi lo Malvynn, kalo lo tetep keukeuh buat ga ngikutin apa kata mamah dan nolak buat kuliah, gue rasa kita ga akan pernah ketemu atau temenan sama lo Vynn.” Tambah Bella setelah beberapa detik diam.

“Maka dari itu gue selalu berterima kasih sama mamah setiap hari. Berterima kasih karena mamah terus terusan maksa gue buat kuliah disaat gue udah males banget buat mikir mikir soal ilmu.”

“Vynn, sayang banget tau beasiswa setelah lo keluar dari SMA waktu itu kenapa lo tolak? Padahal mamah udah maksa maksa lo buat terima, eh tapi lo nya malah milih buat kerja. Kalo aja kita ketemu sebelum SMA Vynn, gue bakal minta lo buat pindahin otak lo ke gue. Terus gue manfaatin buat ngejar mimpi gue, secara nilai ujian nasional mata pelajaran kimia lo lebih gede daripada gue hahahaha.”

“Kalo waktu itu gue ambil beasiswanya, gue ga akan pernah ketemu sama lo, dan gue juga ga akan pernah bisa sedeket ini sama lo Bella.” Gumam Malvynn sembari menoleh ke arah kanan.

“Hah? Apaan Vynn? Lo ngomong apaan barusan?” Ucap Bella yang awalnya melihat tembok didepannya kini beralih ke arah Malvynn.

“Gue ga ngomong apa apa ko. Oh iya Bell, sekarang aja nih pindahin otaknya.” Ucap Malvynn sembari sedikit memiringkan kepalanya kearah Bella.

“Sini sini Vynn. Tunggu sebentar.” Ucap Bella sembari beranjak dari duduknya, kemudian mengambil dua buah sedotan plastik yang ada dimeja yang tidak jauh dari Malvynn, lalu menyatukan sedotan tersebut. Setelah itu menarik lengan Malvynn dan menaruhnya di atas meja, yang kemudian sedotan itu disimpan dilengan Malvynn dan juga dilengannya.

“Sebentar. Ceritanya yang diminta otak kan Bell? Terus sekarang yang gue liat, lo lagi transfer darah? Ini konsepnya gimana Sebella Jehan?” Ucap Jevera.

“Biarin lah bang, suka suka si Bella hahahaha.”

“Heem, iyain aja kenapa, bikin gue seneng sekali sekali apa bang.” Ucap Bella sembari mengerutkan keningnya.

Tingkah Bella membuat Malvynn tertawa, namun dibalik tubuh Bella yang sedang membelakangi Jevera sekarang ini, Jevera sedang tersenyum setelah melihat apa yang Bella lakukan pada saat ini.

“Ayo Bell, kita ada tambahan kelas sekarang.”

“Loh iya ya?”

“Kebiasaan deh lupaan.”

“Hehehe, yaudah ayo.”

Bella dan Malvynn pun pergi meninggalkan Jevera seorang diri, dan ketika keduanya sudah pergi dari hadapannya, buru buru Jevera mengeluarkan sebuah spidol dan membuat tanda tangan tepat disebelah panggilan yang dibuat oleh Bella.