091

Pukul 12 siang Malvynn pun menjemput Bella dikost-annya. Tak lama Bella berjalan menghampiri Malvynn yang masih berdiam diri diatas motor cross miliknya. Namun Bella masih saja sibuk dengan handphonenya, dan membuat Malvynn sedikit mengomel padanya karena Bella bermain handphone sembari berjalan.

“Iya iya Malvynn bawel, ini gue mau bales chat bang Rey dulu sebentar.”

“Yaudah gausah sambil jalan bisa kan?”

“Ga bisa, nanti ibun nungguin.”

Setelah selesai, Bella langsung menyimpan handphone miliknya kedalam tas, dan mendekati Malvynn.

“Kenapa bawel banget si temen gue yang satu ini.”

“Ya lagian kebiasaan maen hp sambil jalan mulu. Udah ga keitung tuh luka luka di badan lo.”

“Ayo ayo ayo berangkat sekarang.”

Namun ketika Bella akan menaiki motor, seketika Malvynn menarik lengan Bella.

“Apaan lagi si elah?”

“Kepala lo ga SNI Sebella, jadi kudu yang bener make helmnya.” Ucap Malvynn sembari memasangkan ceklekan yang ada di helm Bella.

“Ah iya gue lupa hehehe.”

“Kebiasaan lupa mulu.”

“Berisik deh, udah ayo.”

Namun tiba-tiba saja handphone Bella berdering, dan ketika dilihat ternyata Jevera yang meneleponnya.

“Bentar Vynn, bang Jev nelepon.”

“Naik sekarang dulu Bell.” Ucap Malvynn setelah membuka step kiri dan kanan.

“Heem, makasih banyak Malvynn.”

Bella pun akhirnya menaiki motor Malvynn.

“Iya ini gue mau berangkat, udah dulu bang, gue sama Malvynn mau jalan sekarang.” Ucap Bella pada Jevera dibalik telepon, tak lama Bella pun mengakhiri panggilan dari Jevera.

“Udah kan? Ga ada yang ketinggalan lagi?”

“Iya udah.”

Keduanya pun akhirnya pergi kerumah Shinta dimana Malvynn dan Bella diundang untuk makan siang karena Shinta tau ketiganya sudah selesai menjalani UAS.

Keduanya hanya memakan waktu sekitar 1 jam saja, dan sesampainya ditempat berbarengan dengan Jevera yang baru saja sampai setelah membeli beberapa makanan.

Ketiganya pun turun dari kendaraan masing-masing. Dan Bella yang menghampiri Jevera dimana Jevera sedang sibuk untuk membawa beberapa makanan yang sudah dibelinya.

“Udah sana lo masuk duluan, gausah dibantu.”

“Oke deh.” Ucap Bella yang kemudian pergi meninggalkan Jevera.

Melihat Bella seperti itu sedikit membuat Jevera menoleh padanya, tak lama Malvynn pun sama dan mendekati Jevera untuk membantunya membawa beberapa makanan.

“Gausah Vynn, lo masuk duluan aja.”

“Anjim gue belum bilang apa apa bang hahahaha.”

“Buruan noh, ibun udah nungguin lo berdua.”

“Sip.”

Namun ketika Malvynn masuk kedalam terlihat Bella dan Lili yang sedang berpelukan.

“Bang Malvynn.” Ucap Lili sembari mengajak Malvynn high-five.

“Eh ada bocil.” Ucapnya dan membalas ajakan Lili.

“Lili bukan bocil.”

“Iya iya bocil.”

“Ish.”

Melihat itu membuat Malvynn dan Bella sedikit tertawa. Tak berapa lama Malvynn pun memutuskan untuk menghampiri Shinta yang sedang berada didapur, namun ketika Bella dan Lili masih berbincang, terdengar suara perbincangan antara Jevera dan Jemy Prasadja yakni ayah kandung dari Jevera.

“Ingat pak Jemy Prasadja, saya menginjakkan kaki dirumah ini bukan untuk menemui anda, melainkan Ibun dan Lili.”

Seketika Lili menatap Bella sembari tersenyum, Bella yang melihat itu seketika meminta Lili untuk berganti pakaian, dimana Lili masih memakai seragam sekolah SMA nya.

Lili pun akhirnya pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian. Dan Bella yang memutuskan untuk pergi ke dapur menyusul Malvynn dan menghampiri Shinta.

“Ibun.” Panggil Bella.

“Eh anaknya ibun udah sampe juga ternyata.” Ucap Shinta dan mendekati Bella dan memeluknya.

“Ibun apa kabar hari ini?”

“Baik ko sayang. Kamu gimana kabarnya?”

“Baik juga dong bun.”

Namun tak lama Jevera datang ke dapur, dan tiba-tiba saja melepaskan tangan Bella yang melingkar di pinggang Shinta, lalu memeluk Shinta.

“Ini ibun gue, jadi lo gausah peluk peluk.”

“Ibun, abangnya nakal.” Ucap Bella sembari mengerucutkan bibirnya.

“Dih.” Ucap Jevera sembari mengernyitkan dahinya.

“Lepasin, lepasin.” Ucap Shinta yang kemudian kembali memeluk Bella, namun dibalik itu Bella menjulurkan lidahnya pada Jevera.

“Abang.” Teriak Lili yang kemudian menghampiri Jevera dan memeluknya.

“Adenya abang, ibunnya nakal nih sama abang.”

“Ibun, ga boleh nakal sama abangnya Lili.”

“Abangnya yang duluan sayang, masa tiba-tiba aja lepas pelukan ibun sama ka Bella.”

“Heem tuh.” Ucap Bella.

Namun seketika Lili melepaskan pelukannya, lalu menyimpan kedua tangannya dipinggang dan sedikit memarahi Jevera.

Melihat itu membuat semua orang yang berada didapur tertawa, termasuk beberapa ART dirumah Shinta. Namun ketika sedang tertawa bersama datanglah Jemy.

“Eh om Jemy, gimana kabarnya om?” Tanya Bella sembari menghampiri Jemy dan mulai mencium punggung tangan Jemy.

“Baik nak, kamu gimana kabarnya nak?”

“Baik ko om.”

Disusul Malvynn yang juga menghampiri Jemy dan juga mencium punggung tangan Jemy. Setelah beberapa saat, dan sudah berkumpul, mereka pun mulai menyantap makan siang bersama-sama. Dan setelah selesai makan dilanjut dengan hidangan penutup yang sudah dibeli oleh Jevera ditambah dengan obrolan obrolan dari mereka.


Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, Malvynn, Jevera dan Bella pun sudah berada diluar untuk pulang.

“Bang, lo anterin Bella pulang ya? Gue ada urusan dulu nih sekarang, jadi ga bisa anter Bella pulang ke kost-annya.”

“Yaudah gapapa Vynn, gue pesen ojol aja sekarang.” Balas Bella sembari mengeluarkan handphone dari tasnya.

“Udah biar gue aja yang anterin lo pulang.”

“Gausah, pasti lo sekarang ada urusan lagi kan?”

“Pokoknya lo anter bang, kalo ga mau paksa. Gue balik duluan ya.” Ucap Malvynn yang kemudian melajukan motornya.

“Tunggu disini, gausah ngeyel. Pokoknya gue anter.”

“Aelah yaudah iya.”

Jevera pun mengeluarkan mobilnya dan tak lama keduanya berangkat menuju kost an Bella. Namun dalam perjalanan keduanya saling berbincang, tapi tiba-tiba saja Bella ingin bertanya sesuatu pada Jevera yang mungkin saja pertanyaan ini sudah tersimpan sejak lama.

“Bang, gue boleh nanya sama lo?”

“Mau nanya aja pake izin segala.”

“Ya bukan gitu, soalnya ini menyangkut hal pribadi lo, jadi kalo lo ga mau jawab gapapa gausah dijawab bang.”

“Hm.”

“Hm gini bang, diruang tamu kan ada foto lo waktu kecil ya? Nah disitu ada om Pras sama ibu ibu cantik, ah udahlah bang ga jadi.”

“Itu ibu kandung gue.”

“Eh?”

Bella terkejut dengan pernyataan Jevera barusan dan langsung melihat ke arah Jevera, karena Bella kira ibu kandung Jevera itu ya Shinta. Dan selama berteman dengan Jevera, Bella maupun Malvynn tak pernah bertanya soal foto wanita yang terpampang diruang tamu pada Jevera, karena pikir mereka mungkin adik dari Jemy dan kebetulan juga keduanya terlihat sangat mirip. Dan perlakuan Jevera terhadap Pras pun tak pernah sekalipun ditanyakan oleh Bella maupun Malvynn karena keduanya merasa pasti ada alasan dibaliknya.

“Ibu ibu cantik yang lo maksud itu namanya Jihan Maliana, dia ibu kandung gue. Gue biasanya manggil dengan sebutan bunda. Tapi bunda gue udah pergi 11 taun yang lalu. Walaupun ibun bukan ibu yang ngelahirin gue, tapi buat gue ibun juga ibu kandung gue.”

Mendengar itu benar benar membuat Bella terkejut, karena perlakuan Jevera pada Shinta seperti pada ibu kandung yang sama sekali tak terlihat ada kecanggungan diantara keduanya bahkan dengan Lili pun begitu. Pertanyaan lain pun muncul di pikiran Bella.

Batin Bella “11 taun? Berarti taun 2010? Itu bang Jev waktu kelas 2 atau 3 SMP kan? Kalo gitu berarti om Pras nikah lagi? Dan ibun ibu tirinya bang Jev? Tapi kenapa Lili umurnya udah 16 taun ya? Duh Bella lu kepo banget si.”

Batin Bella Oh iya gue inget, cigarette lighter yang waktu itu ketinggalan di kost an gue. Yang ada nama bundanya bang Jevera kan, bang Jev kayanya secinta itu sama bundanya, sampe namanya aja ditaro dibarang kaya gitu.

Selama beberapa menit keduanya diam tiba-tiba saja Jevera mulai bercerita, seperti mendengar apa yang sedang dipertanyakan oleh Bella. Dan Jevera pun mulai bercerita hingga akhirnya Bella tau kenapa selama ini sikap Jevera pada Pras begitu dingin.

“Jadi waktu gue kelas 3 SMP, tiba-tiba aja ibun dateng ke bunda, dan ngaku kalo ibun udah nikah sama bokap gue dan punya anak, namanya Prilly Prasadja. Ibun dateng dateng nangis minta maaf sama bunda. Lili waktu itu umur 5 taun, dia yang ga tau apa apa pun ikut nangis dan minta maaf sama bunda juga gue, bahkan ibun sampe sujud sujud dikaki bunda.”

“Dan ternyata waktu itu ibun baru tau kalo bokap gue sebenernya udah nikah dan punya anak. Selama nikah sama ibun bokap gue selalu bilang sama ibun kalo dia belum nikah, makanya ibun mau nikah ketika diajak nikah sama bokap gue.”

“Alasan dibalik bokap gue yang nikah diem diem dibelakang bunda itu karena bunda ga mau punya anak lagi, kata bunda dengan adanya gue aja udah cukup banget buat bunda.”

“Setelah tau fakta bahwa bunda diselingkuhin, akhirnya bunda sakit, dan beberapa bulan kemudian bunda pergi ninggalin gue. Sejak saat itu entah kenapa gue benci banget sama pak Jemy Prasadja. Mungkin karena disini dia udah nyakitin 3 perempuan sekaligus, bunda, ibun, dan juga Lili. Padahal sebelum tau kalo bokap gue nikah lagi, biasanya gue selalu liat gimana sayangnya bokap gue ke bunda, perlakuan perlakuan manis yang dia dilakuin, tapi ternyata itu hanya formalitas karena ada yang dia tutupin.”

Namun tiba-tiba saja terdengar suara isakan tangis dari Bella.

“Cengeng.”

“Dih engga ya, siapa juga yang cengeng.” Ucap Bella sembari menghadap ke arah luar.

Entah kenapa jika ada seseorang yang bercerita atau mendengar kabar soal perselingkuhan seperti ini membuat Bella merasa sakit dan membuatnya sedih. Dan tak lama Jevera pun memberikan tisu pada Bella.

“Buat apaan?”

“Itu buat ingus lo.”

“Eh bang, segitu lo masih bisa ngehargain om Pras loh, beda sama gue yang natap mata atau liat muka ayah gue aja gue ga mau. Bahkan ketika ditanya pun males banget buat gue jawab.” Ucap Bella sembari mengambil tisu itu dan mulai mengusap air matanya.

Dan dalam perjalanan keduanya berbincang kembali dengan pembahasan yang lain. Namun tiba-tiba saja Jevera memarkirkan sebuah mobil ditempat parkiran disebuah pemakaman elit di kota Jakarta.

“Loh mau ngapain bang?”

“Udah saatnya gue kenalin lo sama bunda.”

“Eh seriusan?”

Namun Jevera tak menjawab dan keluar dari mobil lalu berjalan, Bella pun mengikuti dibelakang Jevera. Dan tak berapa lama keduanya sampai di sebuah makam yang bertuliskan nama Jihan Maliana, dan keduanya duduk disamping makam dengan posisi saling berhadapan.

“Sore bunda. Abang kesini bawa temen abang yang mau abang kenalin sama bunda. Namanya Bella, anaknya super duper nyebelin, kadang galak, kadang dingin, suka ngomel ngomel juga, dan satu lagi bun dia jutek parah.” Ucap Jevera sembari menaruh bouquet bunga yang ia beli ketika masuk ke tempat pemakaman.

“Idih, apa ga kebalik?” Gumam Bella pada Jevera.

“Loh bukannya emang itu lo kan?”

Namun Bella tak menjawab apapun lagi dan mulai melakukan perkenalannya.

“Halo bunda. Eh ini aku panggilnya bunda juga boleh kan bun? Boleh kali ya hehehe.”

“Kenalin bunda, aku sebella Jehan, bunda bisa panggil aku Bella. Aku temennya bang Jevera, kita sekampus, satu fakultas, juga satu jurusan, tapi kita beda kelas bun, kalo aku sekelasnya sama Malvynn, dia juga temennya bang Jev.”

“Hmmm... Bang Jev itu orangnya nyebelin banget bun, dia galak, dingin, cuek, suka ngomel ngomel, pokoknya nyebelin banget deh bun.” Tambah Bella sembari menatap Jevera.

Jevera tak melihat ke arah Bella, namun Jevera tau jika Bella sedang menatap dirinya. Melihat itu hanya membuat Jevera tersenyum. Bella ternyata belum beralih dan masih melihat Jevera dan ketika melihat Jevera tersenyum membuat Bella sedikit keheranan karena bisa terhitung oleh jari jika melihat Jevera tersenyum seperti itu.

“Oh iya bun, kalo misalnya aku bilang bang Jev itu abang aku boleh ga ya bun?”

“Ah ga jadi deng bun, soalnya kan bang Jevera orangnya nyebelin banget.” Tambah bella dengan berbisik di batu nisan Jihan.

Selama hampir 30 menit keduanya berbincang didepan makam jihan, bahkan sampai sampai sedikit ada perdebatan diantara keduanya, akhirnya keduanya pun memutuskan untuk pulang. Namun sebelum pulang, Jevera pergi kesebuah cafe dipinggir jalan tepat diseberang pemakaman ini.

Sembari menunggu Jevera yang sedang membeli secangkir minuman dingin, Bella memutuskan pergi ke tempat bunga untuk membeli bunga tidak lupa dengan membeli sebuah vasnya, dan kemudian kembali ke makam Jihan. Lalu menyimpan vas yang sudah dibelinya dan memasukkan bunga berwarna putih yang sudah dibelinya.

“Bunda, tadi aku boong sama bunda hehehe. Sebenernya bang Jev itu baik, pake banget malah bunda. Cuma emang agak sedikit nyebelin aja, tapi anak laki-laki nya bunda baik ko, peduli banget kalo sama orang lain.”

“Oh iya bun satu lagi, bunda ga perlu khawatir soal bang Jev, disini banyak yang sayang sama bang Jev, termasuk aku. Jadi bunda disana ga perlu khawatir sama bang Jev, karena disini banyak orang yang jagain anak bunda.”

“Hm bunda kayanya udah dulu ya untuk sekarang? Bella pamit sekarang, udah sore juga nih bun. Dah bunda.”

Tak lama Bella pun pergi, namun ketika dalam perjalanan menuju parkiran tiba-tiba saja ada tangan yang memegang pundaknya.

Batin Bella “Nah loh sapa nih?”

“Bang Jev kan udah disana, tadi juga ga liat ada orang pas gue balik kesitu, terus ini siapa dong?”

“Mba, mas, atau siapapun kamu yang dari alam lain, tolong jangan ganggu saya.”

Batin Bella “Eh ini kalo gue pake bahasa indonesia dia ngerti kagak ya? Secara makamnya masih lengket banget sama modelan jaman Belanda. Apa mba mba noni Belanda ya? Duh gimana dong? Apa pake bahasa inggris ya? Tapi bahasa inggris gue ga sebagus itu, ntar kalo dikoreksi sama dia gimana? Eh bagus dong nambah pengetahuan gue juga.”

Namun melihat Bella yang sepertinya mulai ketakutan dan sedikit agak panik Jevera memutuskan untuk mengatakan pada Bella kalo lengan tersebut adalah miliknya.

“Ini gue Bella.” Ucap Jevera yang kemudian mensejajarkan dengan Bella.

“Boong. Pasti lo mas mas alam lain, tapi ko suaranya mirip sama bang Jev ya? Tapi kalo mas mas alam lain ko bisa megang barang si?” Ucap Bella setelah melihat 2 buah minuman dilengan Jevera.

“Tapi kakinya napak ditanah ko.” Tambahnya.

“Ini beneran gue elah, nih minuman lo.” Ucapnya pada Bella yang kemudian diambil oleh Bella.

“Lagian ngapain tiba-tiba ada dibelakang gue si? Kalo gue jantungan gimana coba?”

Namun ocehan ocehan Bella tak dihiraukan oleh Jevera, tak lama keduanya pun pergi keparkiran mobil dan melanjutkan perjalanan menuju kost Bella, namun ditengah perbincangan keduanya, tiba-tiba saja perbincangan berubah menjadi serius.

“Bang, kalo misalkan gue lakuin hal yang ibu ga suka atau bahkan ibu benci, menurut lo ibu masih anggap gue anak ga ya?”

“Maksud lo?”

“Ga jadi deh bang.”

“Contohnya?”

“Skip skip.” Ucap Bella yang kemudian menyeruput minuman yang ada digenggamannya walaupun sudah habis.