132

Sekitar pukul 11 malam dan Malvynn sedang keluar membeli secangkir minuman hangat untuknya juga Jevera. Bella pun tersadar dari pingsannya, namun dia tak melihat siapapun.

“Aw.” Ucap Bella sembari memegang kepalanya.

“Pusing banget.” Tambahnya sembari bangun dari tidurnya dan kemudian merubah posisi menjadi duduk lalu beranjak dari duduknya untuk mengambil air minum. Dan ketika menyimpan gelas dimeja, Bella melihat tangannya yang diinfus bergantian dengan melihat tangan kirinya yang diperban, namun tiba-tiba saja Bella menangis mengingat ketika ia akan mengakhiri hidupnya tadi sore. Tak lama terdengar suara pintu bergeser dan ternyata Jevera yang masuk.

“Bell, ternyata lo udah bangun.”

Namun ketika Jevera menutup pintu terdengar suara isakan tangis Bella.

“Bella.” Ucap Jevera yang kemudian menghampiri bella yang sedang membelakanginya.

“Gue gapapa bang.”

“Gue tau lo lagi ga baik-baik aja sekarang.” Ucap Jevera yang kemudian membalikkan tubuh Bella dan sekarang berubah posisi menjadi berhadapan. Namun Bella buru buru menutup mata dengan tangan kirinya dan tangan kanan yang masih memegang erat tiang infusan. Jevera pun menurunkan lengan kanan Bella sembari menatap Bella. Namun Bella hanya menggelengkan kepalanya dan tiba-tiba meneteskan air matanya. Jevera pun mendekati Bella dan memeluknya.

“Lo bisa nangis sepuasnya sekarang, gue pinjemin pundak gue buat lo hari ini. Jadi gausah ditahan.” Ucap Jevera sembari menepuk nepuk pelan punggung Bella.

Mendengar itu membuat Bella kian menangis, Bella menangis dipundak Jevera.

“Gue jahat banget sama Sere bang, gue hampir nyabut nyawa gue sendiri. Tadi Sere dateng ke mimpi gue, dan di mimpi itu Sere nangis nangis sambil meluk gue bang Jev. Gue udah jahat sama Sere, padahal Sere yang buat gue.....”

Bella tak melanjutkan kalimatnya dan terus saja menangis.

“Engga Bella, lo ga jahat sama siapapun. Gue tau lo lagi cape sekarang, gue tau lo juga lagi ga baik baik aja saat ini. Tapi gue minta sama lo jangan lakuin hal kaya tadi lagi. Kita semua khawatir banget sama lo Bell, kita semua takut untuk kehilangan lo Bella. Kita semua sayang sama lo, kita semua peduli sama lo, lo ga pernah sendirian Bell. Jangan biarin pikiran lo nguasain semuanya, apalagi sampe lo ikutin apa yang ada di pikiran lo Bella.”

Mendengar ucapan dari Jevera membuat Bella terus menangis. 20 menit sudah Bella menangis diperlukan Jevera, seketika Bella mundur dan berbalik badan.

“Udah nangisnya?” Tanya Jevera pada Bella.

“Gue mau ke air dulu bang.”

Bella pun pergi ke kamar mandi sembari mendorong tiang infusannya. Setelah di kamar mandi Bella mulai menguncir rambutnya dan merapikan rambut rambut yang ada di wajahnya.

“Gimana ga sembab, seharian tadi gue nangis mulu.” Ucapnya sembari melihat dirinya sendiri didepan sebuah kaca yang menempel didinding kamar mandi.

Bella pun membasuh wajahnya dengan air yang mengalir di sebuah westafel, 10 menit sudah Bella pun pergi keluar dari kamar mandi dan ternyata Jevera sudah menunggunya didepan pintu kamar mandi. Buru buru Bella melepaskan kuncirannya dan mulai menutupi wajah dengan rambutnya.

“Gue malu sekarang, mata gue sembab banget soalnya, jadi jangan tanya tanya.” Ucapnya pada Jevera, dimana Jevera hanya memberi respon dengan senyuman setelah melihat Bella yang dihadapannya itu dengan wajah yang tertutupi oleh rambutnya.

“Terus lo jalan gimana liatnya?”

“Tuntunlah, gimana si bang.”

Melihat tingkahnya sekarang ini hanya membuat Jevera menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. Jevera pun menuntun Bella berjalan, dan pergi menuju sofa sesuai apa yang diminta oleh Bella, dan setelah duduk, Bella meminta Jevera untuk tak duduk dihadapannya dan diminta untuk duduk disampingnya, setelah Jevera duduk disamping Bella, Bella pun mulai merapikan rambutnya kembali dan dibiarkan terurai kebelakang.

“Jangan tengok tengok ke gue, kalo mau ngobrol liatnya kedepan aja.”

“Hm.”

“Tumben. Oh iya bang, lo yang bawa gue kesini? Gimana caranya lo buka pintu kamar gue? Emang diizinin sama mpok buat masuk ke kamar guenya?”

“Chloe yang dobrak pintu kamar lo, gue cuma bawa lo kesini.”

“Hm gitu. Jangan jangan Firda tadi ada liat gue bang?”

“Hm.”

“Duh gue harus minta maaf sama dia, pasti dia tadi takut banget setelah liat gue.”

“Untuk sekarang ini pikirin diri lo sendiri dulu, bisa Bella?”

“Ga bisa bang, gue udah buat Firda inget sama kejadian kakaknya lagi pasti, secara dia masih ada trauma sama yang namanya bunuh diri atau self harm. Kakaknya Firda pergi dengan cara itu bang, dan kejadiannya didepan mata Firda sendiri.”

Namun tiba-tiba saja terdengar suara pintu terbuka dan itu ternyata Malvynn.

“Loh ternyata udah bangun Bell. Kebetulan berarti, gue baru aja beli makanan buat lo. Eh bang sorry ya kopi lu dingin, tadi gue pengen ngerokok jadi diem diluar dulu hahahaha.” Ucap Malvynn yang kemudian menyimpan semua apa yang ada digenggamannya dimeja tepat didepan Bella.

Saat ini Malvynn sebenarnya sedang berbohong pada Bella juga Jevera, setelah Jevera datang ke kamar Bella tak lama disusul oleh Malvynn yang datang juga, namun ketika melihat Jevera yang sedang memeluk Bella, Malvynn mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kamar, dan selama Bella menangis pun Malvynn diam di luar sembari duduk dan menyenderkan tubuhnya di dinding dengan kopi hangat yang menemaninya.

“Bell, mau makan? Pasti lo laper.” Ucap Malvynn pada Bella.

Bella hanya menjawab dengan anggukan kepalanya saja. Malvynn mulai menyiapkan makanan dan memberikannya pada Bella.

“Makasih banyak Vynn.”

“Heem sama sama.”

Batin Malvynn “Mata lo sembab banget Bell.”

Tak lama Malvynn mengambil kursi yang ada disamping kasur lalu membawanya ke samping sofa. Mungkin memang masih ada tempat untuk Malvynn duduk disofa namun takut membuat Bella tak nyaman jika ketiganya berdempet dempetan disofa.


Sudah 5 jam Bella berada dirumah sakit, dan kini ia dijaga oleh Malvynn dan Jevera. Awalnya Tania dan Chloe yang akan menjaga Bella, namun Jevera dan Malvynn tiba-tiba saja menawarkan diri untuk menjaga Bella.

Tepat pukul 3 pagi dan memastikan Jevera dan Malvynn tidur, Bella memutuskan untuk pergi keluar dari kamar. Sejak terbangun dari pingsannya Bella tak tidur lagi, namun ketika Jevera dan Malvynn meminta Bella tidur, Bella hanya pura pura tidur.

Bella berjalan seorang diri dan terlihat beberapa orang yang berlalu lalang, mungkin itu adalah orang orang yang menjaga pasien. Ketika melewati sebuah kamar terlihat seorang anak kecil perempuan sedang berada di ambang pintu, sepertinya sedang menunggu seseorang.

“Hey cantik, lagi apa disini? Ko sendirian.” Ucap Bella setelah melihat kedalam kamar yang tak terlihat siapapun.

“Lagi nungguin ibu nih ka, lama banget dari tadi.” Ucap anak kecil.

“Loh emang ibunya lagi kemana sayang?”

“Lagi beli makanan diluar, soalnya Adella laper banget.”

“Hm gitu. Mau kaka temenin ga sambil nunggu ibu pulang lagi kesini?”

“Boleh. Oh iya, Adella mau minta tolong sama kaka boleh?”

“Boleh banget sayang, mau minta tolong apa?”

“Tolong bukain kuaci Adella ya ka? Aku lagi pengen banget makan kuaci sekarang.” Ucapnya sembari tersenyum.

“Ayoo.”

Adella pun meraih tangan Bella dan membawanya masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu.

“Umur berapa sayang?”

“8 tahun.”

Bella pun dipinta duduk disofa oleh Adella dan Bella mulai membuka kuacinya sembari keduanya berbincang-bincang.

Dibalik keasyikan Bella dengan Adella, ada Malvynn dan Jevera yang sibuk mencari keberadaan Bella. 10 menit setelah Bella pergi, Jevera terbangun karena ingin ke kamar mandi. Namun Jevera terkejut setelah melihat Bella yang tak ada dikasurnya lalu membangunkan Malvynn dan keduanya memutuskan untuk mencari Bella.

Sudah 15 menit Malvynn dan Jevera mencari Bella namun tak menemukan keberadaan Bella juga. Dan ketika Jevera melewati sebuah kamar dengan seorang wanita tepat didepan pintu, Jevera tak sengaja melihat ke arah dalam kamar dan terlihat Bella sedang berada didalamnya.

“Bella.”

Wanita itu pun menoleh ke arah Jevera.

“Pacar masnya ya?”

“Oh bukan ka, dia temen saya.”

“Hm temen masnya ya. Saya dari tadi diem disini, karena saya ga mau ganggu mereka yang lagi asik gitu.” Ucap wanita itu sembari melihat Bella yang tertawa bersama Adella.

“Saya sudah lama tidak melihat anak saya tertawa lepas seperti itu. Semenjak kepergian papahnya, ketawanya jadi ga selepas dulu mas. Tapi temen mas berhasil membuat anak saya tertawa lagi seperti dulu.”

“Kalo boleh tau anak kaka sakit apa?”

“Dia kena diabetes tipe 1. Udah ada turunan dari papahnya, tapi juga karena pola makannya yang jelek, jadi anak saya kena juga.”

Setelah mendengar itu seketika Jevera melihat ke arah Bella. Jevera sekarang merasa khawatir dengan kesehatan Bella. Dimana ia tau Bella ada keturunan diabetes dari kedua orang tuanya. Dan juga pola makan Bella yang kadang sembarangan. Ketika Bella masih asik berbincang dengan Adella tak sengaja Bella melihat kearah luar pintu dan melihat Jevera dan seorang wanita disampingnya.

“Sayang, itu ibu bukan?”

“Oh iya itu ibu ka.” Ucap Adella yang kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu.

“Sini sama kaka aja didorongnya.” Ucap Bella yang kemudian mendorong tiang infusan milik Adella dengan tangan kirinya, dan juga tangan kanannya yang mendorong tiang infusan miliknya.

Ketika Adella sudah membukakan pintu, Jevera menatap Bella dengan pandangan sendu, namun Bella hanya mengerutkan keningnya.

Batin Bella “Ngapain si ni orang liat gue begitunya banget.”

“Bu, kaka cantik ini namanya ka Sebella Jehan, dipanggilnya ka Bella. Tadi ka Bella bantuin aku buat buka kuacinya.”

“Oh kaka cantik ini namanya ka Bella?”

“Heem.” Jawab Adella.

“Hai ka, maaf ya sembarangan masuk ke kamar anaknya kaka.”

“Eh gapapa sayang, malah saya seneng Adella ada temen ngobrol. Pasti Adella nunggu lama selagi saya beli makanan buat Adella. Makasih ya ka Bella udah temenin anak saya.”

“Ah iya ka sama sama.”

“Temen kamu kan ini? Pasti dari tadi nyariin kamu.”

“Iya dia temen saya ka.”

“Ayo pamit dulu sama ka Bella, ka Bella nya pasti mau istirahat sekarang.”

“Ka Bella, jangan lupa ya sama janji kita berdua.”

“Wah Janji apaan nih.”

“Rahasia dong bu.”

Melihat itu membuat ketiganya sedikit tertawa.

“Selamat istirahat ka Bella.”

“Selamat istirahat, hm salah, selamat makan ya sayang.”

“Iya kaka Bella cantik.”

“Kaka ke kamar kaka dulu ya sayang.”

“Iya ka dadah.”

“Dah sayang.”

Keduanya pun saling melambaikan tangan. Tak lama Jevera dan Bella pergi dari sana. Jevera yang awalnya berada disamping kiri Bella kini beralih ke samping kanan Bella dan mulai mendorong tiang infusan Bella. Melihat itu Bella pun membiarkan Jevera yang mendorong tiang infusannya.

“Ternyata penyakit apapun ga mandang umur ya bang. Dulu selama gue anter kaka gue ke rumah sakit, gue belum pernah liat yang kena diabetes yang seumuran Adella, cuma denger doang. Dan ini pertama kalinya gue liat didepan mata gue sendiri, anak seumur itu udah kena diabetes.”

“Adella yang cerita?”

“Heem. Dia juga cerita soal kepergian papahnya.”

“Ngomong ngomong tadi Adella bilang janji, janji apaan?”

“Gue cerita sama Adella kalo gue punya tempat favorit, dan katanya dia juga mau liat city light yang sering gue liat, dan kita buat janji setelah kita keluar dari rumah sakit, kita pergi sama sama kesana.”

Ketika Bella dan Jevera sedang asik berbincang dan sudah dekat dengan kamar Bella terlihat Malvynn yang berada didepan pintu kamar seperti sedang kebingungan.

“Vynn.” Panggil Bella.

“Bell, lo kemana aja?”

“Maaf Vynn, tadi gue gabut jadi jalan jalan sekitar sini.”

“Dikirain pergi kemana.”

“Maaf.”

“Ga perlu minta maaf Bell. Pasti lo ga bisa tidur ya?”

Anggukan dari Bella.

“Bawa ke taman yang ada diluar aja bang.”

“Go go.” Ucap Bella antusias.

“Dingin Vynn, Bella harus istirahat sekarang.”

“Biarin lah bang, hm?” Ucap Bella melihat kearah Jevera dengan nada sedikit memohon.

Jevera pun membuka jaketnya dan memakaikan pada Bella.

“Okay, ayo.” Ucap Bella.

Ketiganya pun jalan berdampingan dengan posisi Bella yang berada ditengah.