200

Sudah 1 bulan lebih kejadian itu menimpa Bella, dan pada malam ini Bella memutuskan untuk mengabari Galuh agar bertemu disatu tempat berniat mengembalikan jaket yang dipinjamkan Galuh pada saat itu.

Galuh pun menunggu disebuah minimarket yang tidak jauh dari cafe tempat Bella bekerja. Kurang lebih 10 menit Galuh menunggu, tak lama Bella datang dengan membawa sebuah tote bag berwarna hitam ditangannya. Galuh pun keluar dari minimarket dan menghampiri Bella.

“Maaf ya baru dibalikin sekarang. Maaf juga udah buat lo jadi nunggu.”

“Iya gapapa Bell, santai aja.”

Galuh pun mengambil totebag yang diberikan Bella padanya, namun setelah itu keadaan menjadi hening, tak ada obrolan apapun lagi, keduanya hanya melihat beberapa kendaraan yang berlalu lalang didepannya. Tak lama galuh bertanya sesuatu pada Bella.

“Lo tau soal bang Jev?”

“Bang Jev?” Ucap Bella dengan wajah bingungnya.

“Lah kan si bang Jev sakit, dia abis ketusuk Bell, lo ga tau?”

“Ko bisa Luh? Lo tau kenapa bisa bang Jev ketusuk?”

“Gue kira lo tau Bell.” Gumam Galuh lagi karena melihat wajah Bella yang mulai panik.

Beberapa saat Galuh pun terdiam dan menggelengkan kepalanya, pikirnya salah telah memberi tahu kabar ini dan Galuh pun terpaksa harus berbohong pada Bella, dan ia tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya. Tak lama Bella berpamitan pada Galuh, dan memutuskan untuk pergi ke apartemen Jevera. Namun ketika akan pergi, Galuh menahan Bella.

“Ayo gue anter Bell.”

“Eh gausah.”

“Sekalian Bell, kebetulan gue lewat apartemennya bang Jev.”

Dan tanpa berpikir panjang, Bella pun mengiyakan ajakan Galuh. Namun setelah masuk ke dalam mobil, seketika Bella meminta izin kepada Galuh untuk mengambil tasnya yang tertinggal di cafe. Lalu meminta Galuh untuk menunggunya di pinggir jalan.

15 menit sudah Bella pun kembali.

Kenapa Bell? Katanya mau ngambil tas.

Udah ditutup Luh cafenya. Gapapa lah besok lagi. Boleh berangkat sekarang?

Galuh pun kendaraannya, hanya memakan waktu 20 menit akhirnya keduanya pun sampai di gedung apartemen tempat Jevera tinggal. Galuh menepikan mobilnya dipinggir jalan.

“Luh makasih banyak ya udah anter gue. Gue pergi sekarang.”

“Oh iya Bell sama-sama.”

Bella pun berlari masuk kedalam gedung, Bella pun lambat laun mulai menghilang dari pandangan Galuh.

“Emang ya temenan cewek cowok tuh pasti demen demenan. Gue mau deketin Bella gimana juga bakal tetep kalah si ini hahahaha.” Ucap galuh yang terus saja melihat ke arah dalam gedung, dimana Bella berada sudah berada didepan lift. Tak lama galuh pun pergi dari sana.

Bella tampak gelisah didalam lift, dan sesampainya didepan pintu apartemen Jevera, Bella terus saja menekan bel, namun Jevera tak kunjung keluar. 10 menit sudah Bella berdiam diri didepan pintu apartemen, namun Jevera masih saja belum keluar.

“Apa gue masuk aja ya? Apa gue telepon ka Tania sekarang? Aduh gue lupa kan hpnya ada di cafe. Tapi apa ka Tania tau soal ini? Secara bang Jev kalo sakit ga pernah mau ngomong sama orang lain. Kalo gue hubungin ka Tania, ntar mereka berdua malah berantem gara-gara gue. Duh gimana dong sekarang? Apa suruh bunda atau Lili kesini? Pasti mereka juga ga tau soal ini. Tapi kalo bang Jev pingsan didalem gimana? Ah elah kemarin Malvynn sekarang si bang Jeprot, ngapa kalo sakit gini ga pernah bilang si lu bang.” Ucap Bella sembari mondar mandir didepan pintu apartemen Jevera.

Sekitar 5 menit sudah Bella berpikir, akhirnya Bella memutuskan untuk masuk kedalam apartemen Jevera, yang kebetulan Bella tau pin apartemen Jevera, karena Jevera sendiri yang memberitahunya. Namun walaupun Bella tau pin apartemen Jevera, ini pertama kalinya Bella membuka pintu apartemen Jevera dengan memencet pin, karena biasanya Bella selalu memencet Bella ketika datang ke apartemen Jevera.

Setelah berada didalam, Bella terus memanggil nama Jevera, tapi tak ada jawaban. Bella mulai menyusuri ruangan demi ruangan, dan terlihat Jevera sedang terbaring dikasur didalam kamarnya. Bella mulai memanggil manggil Jevera namun Jevera tak menjawab panggilan Bella, Bella pun memutuskan untuk masuk kedalam kamar Jevera.

“Bang, sorry ya gue masuk.” Ucap Bella yang kemudian mendekati Jevera.

Namun terlihat keadaan wajah Jevera yang pucat dan sedikit berkeringat. Ketika Bella memegang kening Jevera ternyata suhu tubuh Jevera sangat tinggi, Bella pun seketika panik.

“Duh gimana dong sekarang? Telepon rumah sakit? Ibun? Apa ka Tania? Duh elah bingung banget gue sekarang. Mana ga bawa hp.”

“Oke tenang tenang Bella, pikirin dulu apa yang harus lo lakuin sekarang, jangan sampe buat masalah okay?” Ucap Bella sembari menepuk nepuk pelan kedua pipinya.

Pada akhirnya Bella memutuskan untuk pergi kedapur dan mulai menyiapkan 1 wadah yang berisi air, dan 1 wadah yang berisi air yang juga terdapat es batu didalamnya, setelah itu Bella mengambil beberapa handuk dikamar mandi.

Ketika selesai Bella pergi ke kamar Jevera dan menyimpan wadah itu dimeja tepat samping tempat tidur, Bella memasukkan beberapa handuk ke dalam air lalu menaruh beberapa handuk yang sudah dibasahi itu di beberapa tempat pada tubuh jev seperti kening, leher dan kedua ketiaknya.

Kemudian mengambil wadah yang berisi air es dan mulai memasukkan kedua tangannya kedalam wadah berisi air dan es batu itu. Lalu sesekali memegang tangan Jevera bergantian kanan dan kiri. Dan ketika akan berpindah pada kaki Jevera, dan memegang kakinya, ternyata ujung jari jemari kaki Jevera terasa sangat dingin.

“Lah ko malah dingin ini kakinya? Duh elah ni si bang jev kenapa si? Dia cuma demam doang kan? Ini yang gue lakuin ga akan memperparah keadaan bang Jev sekarang kan? Ah ga tau deh, berdoa aja semoga si bang Jev baik baik aja.”

Bella kembali ke kamar mandi untuk mengambil handuk lagi dan pergi ke dapur lalu membasahi handuk tersebut dengan air hangat. Dan pergi lagi ke dalam kamar lalu menaruh handuk tersebut di kedua kaki Jevera. Namun tiba-tiba saja Jevera mengigau, Bella pun mendekati Jevera dan ternyata Jevera menyebut nyebut kata bunda. Bella mulai menepuk nepuk pelan dada Jevera dan tak lama Jevera pun kembali tertidur.

2 jam sudah Bella berada di apartemen Jevera, Jevera pun akhirnya terbangun dari tidurnya. Dan ketika pergi keluar dari kamar terlihat Bella yang sedang tertidur di sofa.

Jevera mulai berjalan dan mendekati Bella setelah berada dihadapan Bella Jevera sedikit membungkuk lalu merapikan rambut yang menutupi wajah Bella. Bella yang menyadari hal itu kemudian terbangun dari tidurnya dan mengubah posisinya menjadi duduk.

“Eh bang udah bangun, sorry ya gue tidur disini. Gue cuma takut ada apa-apa sama lo.” Ucap Bella sembari menggosok gosok kedua matanya.

“Hm.”Balas Jevera yang kemudian duduk disamping Bella dan menyenderkan tubuhnya di sofa lalu memejamkan kedua matanya.

“Bang, lo udah makan belom? Gue tadi udah beliin lo bubur ayam, kalo mau makan gue angetin buburnya sekarang.”

“Nanti aja, gue belum laper. Sekarang gue cuma mau minjem tangan lo, boleh?”

“Buat apaan?”

“Tangan gue dingin.”

Batin Bella “Apa tadi kelamaan ya megang pas pake air esnya?”

“Yaudah tunggu sebentar bang.”

Bella pergi ke kamar Jevera untuk mengambil selimut dan kembali kepada Jevera lalu menyimpan selimut itu di tubuh Jevera.

“Ngapain?” Tanya Jevera dimana Bella sibuk menyimpan selimut ditubuhnya.

“Katanya lo dingin, gue pakein selimut lah.”

“Tangan gue doang yang dingin.” Ucap Jevera yang kemudian membuka selimut dan menaruh disampingnya.

Bella pun kemudian kembali duduk disamping Jevera, dan mulai menggenggam tangan Jevera dengan kedua tangannya.

“Lah ko dingin gini si bang?” Tanya Bella sembari melihat Jevera yang sudah kembali memejamkan matanya.

“Ke dokter aja yo? Takut lo kenapa kenapa.”

Namun tak ada jawaban dari Jevera dan hanya menggelengkan kepalanya.

“Lagian kenapa ga bilang sih? Sama ibun, ka Tania pasti lo ga bilang, ya kan? Kalo lo kenapa kenapa gimana coba bang?”

“Gue mau bilang sama lo gimana Bell? Gue chat lo aja jarang dibales, gue samperin lo, lo selalu ngehindar, ditelepon ga pernah diangkat.”

“Ya ga harus gue bang, ka Tania, ibun, Lili, siapa kek, bang Andre. Banyak kan.”

Batin Jevera “Gue maunya bilang sama lo doang Bell.”

Bella kemudian melepaskan kedua tangannya dari telapak tangan Jevera kemudian mencubit pelan diperut Jevera.

“Sakit Bella. Jaitan gue masih basah, ini belum dibuka jaitannya.”

“Eh eh sorry gue lupa lo abis ketusuk.”

“Lagian lukanya juga disini.” Ucap Jevera sembari membuka kaosnya dan memperlihatkan perban yang ada diperut sebelah kirinya.

“Ish yebelin lo bang. Itu kenapa bisa ketusuk si bang? Gimana ceritanya coba? Gue pengen denger ceritanya.”

Batin Jevera “Kalo gue cerita sama lo sekarang, gue takut lo makin sakit Bell.”

“Gue laper banget sekarang.”

“Yeeee bukannya cerita dulu. Yaudah gue mau angetin dulu buburnya dulu.”

“Gue maunya masakan buatan lo.”

“Banyak maunya lo bang. Bahan-bahannya ada ga?”

“Ada. Liat aja dikulkas.”

Bella tak menjawab apapun lagi dan langsung pergi ke dapur. Namun ketika Bella sedang sibuk melihat bahan-bahan yang ada di kulkas, Jevera juga pergi ke dapur dan duduk di kursi di dekat meja bar.

Setelah mendapatkan bahan-bahan, Bella menyimpan bahan tersebut dan mulai membersihkan beberapa bahan-bahannya. Namun ketika memperhatikan Bella tak sengaja melihat baju Bella yang basah dan sedikit kotor.

“Itu baju lo kenapa?”

“Tadi ga sengaja nabrak orang dan ketumpahan minuman yang dia bawa, terus pas gue ke kamar mandi yang dibawah, eh keran airnya rusak.”

“Kebiasaan, ga pernah hati-hati.”

“Gausah mulai.” Balas Bella sembari menatap Jevera.

Tak lama Jevera pergi ke kamarnya dan mengambil 1 kemeja berwarna hitam.

“Nih ganti dulu.”

“Gausah, udah agak kering lagian.”

“Itu masih basah Bella, lo bisa masuk angin.”

“Gampang itu bang, tinggal dikeluarin aja anginnya.” Ucap Bella sembari sedikit tertawa.

“Ganti.”

“Elah, yaudah iya.”

Bella pun menghentikan aktivitas mencuci beberapa bahan-bahan makanan, kemudian pergi ke kamar mandi namun ketika berjalan melewati Jevera, Bella menyipratkan sisa air ditangan ke wajah Jevera. Dan kemudian berjalan sedikit lebih cepat sembari tertawa. Ketika Bella sedang berada didalam kamar mandi untuk berganti baju terdengar suara air yang mengalir dari westafel.

“Kenapa lo selalu nyalain air kaya gini Bell?” Ucap Jevera sembari melihat pintu kamar mandi.

Tak lama Bella keluar, namun ia kelupaan mematikan keran air westafel dan kembali masuk lalu mematikannya kembali. Ketika Jevera melihat Bella, dia sedikit tersenyum karena melihat Bella yang mengenakan kemejanya. Kemeja itu jadi terlihat sangat besar ketika dipakai oleh Bella. Bahkan mungkin terlihat seperti mini dress diatas lutut. Jevera sengaja memilih kemeja big sizenya untuk dipinjamkan pada Bella, karena Jevera tahu Bella sehari harinya selalu memakai pakaian yang berukuran besar.

“Ukuran apaan si ini bang? Gede banget. Bisa jadi daster ini mah buat gue.” Ucap Bella yang menggulung lengan bajunya sembari berjalan ke arah dapur.

“Bang, punya karet atau apa gitu yang bisa dipake buat nguncir rambut sama buat ngiket tangan baju nih biar ga ngeganggu pas lagi masak.”

Tanpa menjawab Jevera pergi dari dapur dan masuk ke dalam kamarnya lagi. Sembari menunggu Jevera dan menyiapkan bahan-bahan, Bella sedikit bernyanyi dengan lagu yang terputar dari sebuah radio dimana terputar lagu Sammy Simorangkir yang berjudul dia.

“Kuingin Dika yang sempurna, untuk diriku yang biasa, kuingin hatinya, kuingin cintanya, kuingin semua yang ada pada dirinya.”

Sembari mengambil sebuah kotak yang ada dilemarinya, Jevera sedikit bergumam sendiri setelah mendengar Bella yang bernyanyi.

“Kayanya gatel kalo sehari ga inget si DC.”

Tak lama Jevera kembali dengan membawa seutas kain berwarna putih gading dan menggunting beberapa helaian benang.

“Adanya ini.” Ucap Jevera sembari memperlihatkan kain dan benang yang dipegang olehnya.

“Yaudah sini gapapa.” Ucap Bella yang kemudian menyimpan pisau karena sedang memotong bawang.

“Gue pakein.”

“Eh gausah.”

“Udah lo balik badan lagi aja, terusin aja motong bawangnya. Gue laper banget.”

Bella pun akhirnya mengiyakan perkataan Jevera dan kemudian melanjutkan pekerjaannya dan Jevera mendekat Bella yang sedang membelakanginya sembari memotong bawang.

Jevera mulai melilitkan seutas benang itu dan menalikan pada lengan kanan dan kiri Bella kemudian Jevera beralih kebelakang Bella dan mulai mengikatkan kain pada rambut Bella. Setelah selesai Jevera melihat rambut Bella yang sudah terikat dengan rapi.

“Jago juga lo bang, sering ya lakuin ini?”

“Hm. Bunda dulu suka banget pake kain kain gitu buat ngiket rambutnya.”

“Ah gitu.”

“Ngomong ngomong wangi rambut lo persis sama wangi rambut bunda.”

“Wangi dari kainnya kali bang. Bukan rambut guenya.”

Namun Jevera tak menjawab lagi dan pergi ke kamarnya untuk mengambil laptop lalu kembali dan duduk di kursi di dekat meja bar yang tidak jauh dengan keberadaan Bella yang sedang memasak.

Sesekali Jevera memperhatikan Bella ketika Bella membelakanginya. Namun ketika Bella sedang berbalik badan Jevera kembali menyibukkan diri dengan laptopnya. Suara lagu dari radio terus berputar, satu persatu lagu terputar dan kini terputar lagu Mawar Eva The Jong yang berjudul tanya hati.

“Oh mengapa, tak bisa Andika, yang mencintaiku tulus dan apa adanya. Aku memang bukan manusia sempurna, tapi kulayak dicinta karena ketulusan kini biarlah waktu yang jawab semua. Tanya hati.”

“Suara lo ga enak didenger, jadi gausah nyanyi.”

“Bodo amat.”

Setelah Bella selesai memasak Jevera mulai menyantapnya. Posisi keduanya kini berhadapan dimana keduanya sedang berada di dapur dengan lagu yang masih saja berputar dari radio.

“Gausah liatin gue.” Ucap Jevera sembari mengunyah makanan yang sudah dibuatkan oleh Bella.

“Yaelah bukan begitu, gue cuma pengen tau aja itu enak apa kagak makanannya, secara lo makan kagak ada respon apa apa.” Balas Bella.

“Lumayan.”

“Oh Okay.”