201

Sekitar jam 9 malam Bella berpamitan pulang, namun Jevera tak membiarkan Bella untuk pulang seorang diri. Keduanya pun berjalan keluar dari gedung. Setengah perjalanan ketika keduanya sedang asik berbincang tiba-tiba saja Bella terjatuh.

“Bisa hati-hati ga si jalannya?”

“Lah diomelin, gue mana tau mau jatoh kaya begini bang.”

Ketika Bella akan berdiri, Jevera membantu Bella untuk bangun dan mengambil tote bag yang berisi baju Bella.

“Siniin.” Ucap Bella yang meminta tote bag yang dipegang oleh Jevera.

“Gue bawain.”

“Gausah, siniin.”

“Udah lo jalan aja yang bener, jalan pake kaki liat pake mata.” Ucap Jevera yang kemudian berjalan meninggalkan Bella.

“Aushh.” Balas Bella sembari mengepalkan tangan berniat untuk memukul Jevera yang sudah sedikit jauh dari arahnya.

Namun ketika Bella akan berjalan terlihat dari seberang jalan ada wanita paruh baya seperti kebingungan. Bella pun pergi menyebrang jalan dan menghampiri ibu itu. Jevera belum menyadari bahwa Bella tak ada dibelakangnya, namun ketika Jevera sedang bertanya sesuatu, Jevera tak mendengar jawaban apapun dari Bella.

Seketika Jevera melihat ke arah samping dan ternyata Bella tidak ada, lalu Jevera melihat ke arah belakang namun juga tidak ada. Jevera sedikit panik karena tidak melihat keberadaan Bella, namun ketika Jevera mulai mencari keberadaan Bella tak sengaja melihat ke arah seberang jalan dan dia mulai lega ketika Bella ada disana dengan seorang wanita. Jevera pun memutuskan untuk menghampiri Bella, dan ketika akan mendekati Bella, Bella berlari ke arahnya.

“Bang, gimana dong jawabnya?”

“Jawab apaan?”

“Ibunya ngomong bahasa sunda.”

“Lo yang orang Bandung asli, lahir di tanah dilingkungan yang ngomong pake bahasa sunda, napa malah nanya gue?”

“Sepupu gue yang orang Jakarta belajar ko bahasa sunda. Ah gue lupa, kan lo sekolah di internasional school. Aelah gimana dong? Mana bahasa sundanya lemes banget, ayo bang bantu gue.”

“Gue mau bantu pake apaan? Ngerti aja kagak.”

“Ah lu mah bukannya bantuin gue buat mikir.”

Ketika Bella berbalik badan dan kembali menghampiri wanita paruh baya itu, Jevera sedikit tersenyum setelah melihat wajah Bella yang sedikit panik.

“Terang neng?”

“Oh terang bu, sakedap nya.”

Jevera tak lama datang menghampiri keduanya.

“Bang, lo tau alamat ini?” Ucap Bella yang memperlihatkan sebuah kertas yang bertuliskan alamat rumah.

“Ini alamat yang perumahan deket jembatan itu bukan si Bell?”

“Nah iya disitu bang. Gue lupa namanya. Yaudah siniin tote bag nya gue mau anterin ibunya dulu.”

“Ayo sama gue.”

“Eh gausah, dingin bang, lo juga masih sakit.”

“Udah sehat gue.”

“Ngeyel banget si.”

Bella dan Jevera pun pergi ke sebuah perumahan bernama Wave Regency untuk mengantarkan ibu itu. Dalam perjalanan Jevera berada dibelakang dengan Bella didepan bersama ibu itu, Jevera hanya bisa mendengarkan keduanya berbincang tanpa tahu artinya, namun itu membuat Jevera tertawa karena Bella yang menjawab dengan memilah kata-kata dengan sangat hati-hati.

15 menit sudah ketiganya berjalan, akhirnya Jevera menemukan rumah dengan alamat yang bertuliskan disebuah kertas. Jevera pun mulai memencet bel, dan keluarlah seorang wanita.

“Neng ih, ambu milarian bumi neng, tapi teu kapendak wae.”

“Ambu naha teu nyarios bade ka bumi?”

“Ambu teh hilap teu nyandak hp na.”

“Duh atuh ai ambu.”

Namun ketika melihat Bella dan Jevera, perempuan itu menghampiri Bella dan Jevera.

“Makasih banyak udah anterin ibu saya.”

“Oh iya teh sama-sama.”

“Hayu masuk dulu.”

“Eh gausah teh langsung pulang aja, ini juga udah malem.”

“Hayu neng.” Ucap ibu itu.

Bella merasa tidak enak untuk menolaknya dan memutuskan untuk masuk. Bella dan Jevera disediakan secangkir teh hangat dan camilan camilannya. Keempatnya pun berbincang dan Bella menceritakan bagaimana bisa bertemu dengan ibu perempuan tersebut. Ketika Bella pergi ke kamar mandi Jevera pergi menghampiri wanita itu yang sepertinya seumuran dengan Tania.

“Ka Vanny.” Panggil Jevera.

“Kenapa?”

“Ada kotak P3K? Gue pinjem ka.”

“Oh bentar, gue ambil dulu.”

Vanny kembali dengan membawa kotak P3K.

“Siapa yang luka?”

Jevera tak menjawab dan hanya melihat ke arah Bella.

“Oh Bella. Yaudah gue tinggal ke dalem dulu bentar.”

“Iya ka.”

Bella pun kembali duduk di kursi ruang tamu rumah Vanny, namun tiba-tiba saja Jevera menghampiri Bella dan berjongkok dihadapan Bella.

“Eh eh eh lo mau ngapain?”

“Kaki lo luka.”

Ketika Jevera sedang sibuk membuka kotak P3K dan mengambil obat luka, Bella melihat ke arah kakinya yang berdarah, tepat di tulang kering di kaki kanan.

“Itung coba Bell, luka yang ada dibadan lo ada berapa. Terutama di kaki lo.”

“Mana nih ga ada.” Ucap Bella sembari menggerak gerakkan kakinya.

“Iya lah orang udah ilang bekasnya. Kudunya lo itung Bell, terus tuker sama piring cantik.”

“Hahahaha lucu.” Ucap Bella sembari memutarkan kedua bola matanya.

“Sini sama gue aja.” Ucap Bella yang berniat mengambil kapas yang sudah dibasahi oleh air.

“Diem.” Ucap Jevera sembari menatap dingin Bella.

“Marah marah mulu lo bang, cepet tua loh kalo marah marah terus.”

“Emang gue udah tua.”

“Tua aja bangga.”

“Ya bangga lah, umur ga ada yang tau, siapa tau lo ga nyampe diumur gue yang sekarang.”

“Wah kurang ajar lo bang, lo doain gue mati? Eh tapi emang bener si umur ga ada yang tau. Bayi yang baru lahir aja bisa meninggal ya bang?”

Bella mengoceh sendirian dengan Jevera yang masih saja sibuk mengobati luka Bella. Setelah selesai tiba-tiba saja ibu Vanny meminta tolong pada Jevera untuk mengganti lampu yang sudah putus.

“Udah ganteng?”

“Oh udah bu.” Jawab Jevera yang kemudian turun dari tangga.

“Makasih banyak ya nak Jev.”

“Loh ibunya bisa bahasa indonesia?”

“Bisa atuh.”

“Dikira temen saya ibu ga bisa bahasa sunda, sampe kebingungan buat ngejawabanya tadi.”

“Heem, ibu juga liat, muka paniknya lucu.”

“Duh ibu ngerjain temen saya?” Tanya Jevera sembari tersenyum.

“Dikirain emang bisa bahasa sunda, tapi setelah didengerin, kayanya ga terlalu bisa, soalnya milah kata katanya teh hati-hati banget, kaya takut salah ngomong.” Jawab ibu Vanny sembari sedikit tertawa.

Namun ketika Jevera asik berbincang dengan ibu Vanny, Vanny menghampiri Bella yang sibuk melihat lihat foto yang terpampang diruang tamu.

“Pacar kamu ya neng?”

“Siapa?”

“Jevera.”

“Ih bukan teh, temen doang dia mah. Aku mah udah punya pacar, namanya Yangyang.” Ucap Bella sembari tersenyum dan Bella pikir Vanny tidak akan tahu siapa Yangyang.

“Aku pacar kakaknya Yangyang, Qian Kun.”

“Teh?” Bella kaget setelah mendengar Vanny menyebut nama Kun.

“Hahahaha kenapa? Kaget ya? Dikira teteh ga tau.”

“Suka wayV juga?”

“Dari jaman mereka sm rookies neng.”

“Wah teh, boleh atuh tuker tukeran nomer telepon.”

“Boleh banget atuh neng.”

“Eh tapi ga bawa hp teh.”

“Yaudah nih tulis aja nomer neng Bella.” Ucap Vanny sembari memberikan ponsel miliknya.

Bella pun menyimpan nomernya di handphone Vanny, setelahnya keduanya asik berbincang membahas satu persatu member wayV yaitu salah satu boy grup dari negara Korea Selatan. Ketika Jevera dan ibu Vanny yang melihat Vanny dan Bella yang asik.

“Susah kalo udah bucin sama cowok korea mah, ganteng. anak ibu juga sampe belun nikah nikah karena pada mundur pas tau anak ibu yang suka sama cowok Korea.” Ucap ibu Vanny sembari tertawa.

“Tapi tidak apa, selama anak ibu bahagia mah ga masalah buat ibu, yang penting bahagia, dan cinta sama diri sendiri. Anak ibu bertahan ada disini juga berkat 7 bujang Koreanya itu, ganteng. Kalo ga ada mereka ibu ga tau, mungkin sekarang ibu udah ga bisa liat fisiknya anak ibu lagi.” Tambahnya

Setelah mendengar cerita dari ibu Vanny seketika Jevera melihat ke arah Bella yang sedang asik tertawa bersama Vanny. Jevera dan Malvynn tak pernah mempermasalahkan ketika Bella ketika sedang asik menonton konten wayV, ketika ketiganya sedang berdiskusi atau mengerjakan tugas kuliah, kadang keduanya pun ikut menonton juga dengan Bella.

Jevera dan Malvynn tak seperti kebanyakan lelaki diluar sana yang malah menjudge ketika seseorang menyukai salah satu boy band asal Korea, bahkan Malvynn dan Jevera tak pernah absen untuk membelikan album atau merchendise yang berkaitan dengan wayV untuk Bella, biasanya keduanya selalu membelikan itu ketika Bella sedang berulang tahun.

1 jam sudah Bella dan Jevera berada di rumah Vanny, dan sekitar pukul 11 malam keduanya berpamitan untuk pulang.

Awalnya Bella meminta Jevera untuk pulang namun Jevera tetap kekeh akan mengantarkan Bella pulang. Dalam perjalanan keduanya berbincang mengenai banyak hal dan ketika keduanya berada disebuah jembatan penyeberangan orang, Bella memutuskan untuk berhenti dan melihat lihat kendaraan yang berlalu lalang dibawah jembatan itu, namun berbeda dengan Jevera yang menyenderkan tubuhnya dipagar jembatan dan menatap langit langit dengan bulan yang bersinar terang.

Namun tiba-tiba saja Bella bercerita tentang kehidupan pribadinya. Memang bukan pertama kalinya Jevera mendengar hal pribadi tentang Bella, namun Jevera akhirnya tau alasan alasan Bella melakukan sesuatu hal yang kadang menjadi pertanyaan dari Jevera atau teman temannya.

“Gue tuh di Jakarta awalnya bukan karena ngerantau tau bang, tapi karena gue kabur dari rumah hahahaha.”

“Setelah gue keluar dari SMA dan ibu minta gue untuk ngalah karena kakak gue yang masih kuliah, akhirnya gue diem dirumah dan mutusin buat jualan baju, saat itu ayah juga udah pensiun dari PNS. 2017 adalah tahun yang bener bener diluar ekspektasi gue bang, gue kehilangan masa jaya orang tua gue.”

“Gue bener bener kaget, ternyata sesulit itu masa pendewasaan, padahal waktu sekolah gue pengen cepet cepet dewasa, eh pas udah dewasa pengen balik ke masa sekolah. Banyak hal yang terjadi yang buat gue kaya kenapa harus terjadi sama gue. Mulai dari gue yang liat ayah gue selingkuh didepan mata sendiri, kaka gue yang depresi dan sering banting banting barang, ibu yang sering nangis, sampe akhirnya ada bom yang meledak di rumah.”

“Pagi pagi kaka gue berantem sama ibu gue, gue ga tau gimana masalah awalnya, karena saat itu gue ada dikamar mandi. Dan kaka gue banting bantingin semua barang barang yang berbahan kaca, gue yang masih didalem kamar mandi dengan suara air yang ngalir tapi juga dengan suara teriak teriakan dari ibu sama kakak gue.”

“Entah kenapa saat itu gue takut banget, badan gemeteran parah sampe akhirnya gue mutusin untuk kabur dari rumah, dan gue kabur kerumah nenek gue yang ga jauh dari rumah. Tapi ketika nenek minta gue untuk pulang, gue ga pulang, tapi kabur kesini. Dengan bawa uang modal jualan, bawa si jalu, dan bawa baju yang ga banyak, gue bener bener nekat banget buat kabur waktu itu, karena gue udah cape sama keadaan rumah gue.”

“Tahun 2017 adalah tahun yang pengen gue hapus dari hidup gue, seberantakan itu hidup gue, gua selalu ngerasa ga beruntung dalam hal apapun. Keluarga gue utuh, tapi gue ngerasa kaya ga punya keluarga, gue dirumah itu hanya untuk tidur, makan dan ngerjain pekerjaan rumah. Kita ga pernah ngasih tau gimana perasaan kita masing masing, komunikasi kita jelek banget, fisik ada dirumah tapi sibuk sama kegiatan masing-masing.”

“Kadang gue iri tau sama kehidupan lo dan Malvynn bang. Kalo dari lo mungkin dari segi ekonomi sama keluarga yang hangat, kalo dari Malvynn dari segi mamah dan bang Mahen yang hangat. Lo beruntung punya ibun, Lili, juga om Pras.”

“Gue tau sedikit soal keluarga lo, karena lo pernah cerita kan sama gue, tapi menurut gue lo termasuk orang yang beruntung bang. Emang setiap manusia punya ujian hidup masing-masing, tapi gue kaya ngerasa, ko Tuhan segininya ya sama gue, padahal gue ga sekuat itu.”

Jevera hanya mendengarkan semua cerita Bella dan belum merespon apapun, tapi ketika Bella sudah berhenti Jevera tiba-tiba saja berbalik badan dan mengelus pucuk kepada Bella.

“Lo hebat Sebella Jehan, karena bisa bertahan sampe sekarang. Kalo gue ada diposisi lo belum tentu gue bisa bertahan kaya lo sekarang ini.”

“Hahahaha lo adalah orang terakhir yang bilang gue hebat diantara keenam temen gue. Tapi bedanya lo akhirnya tau cerita hidup gue, kalo mereka bilang hebat tanpa tau cerita hidup gue, soalnya gue baru ceritain ini semua sama lo.”

“Ternyata Tuhan ga sejahat yang gue kira, doa gue dikabulin sama Tuhan, setelah ngerantau ke Jakarta gue setiap hari selalu berdoa sama Tuhan untuk kasih orang-orang baik yang juga sayang sama gue, dan ya sekarang gue dapetin itu sekarang, gue dikelilingin sama orang orang baik dan sayang sama gue.”

“Gue boleh tau kenapa lo bisa suka sama WayV?”

“Hm boleh hahahaha. Sebenernya gue diracunin sama temen gue itu udah dari SMA. Gue suka grup grup Korea gitu tuh pas SD, cuma pas SMP beralih ke drakor. Dan kelas 3 SMA mulai diracunin sama temen temen gue, namanya Nadin sama Aditya. Nadin yang racunin gue soal wayV dan Aditya yang racunin gue soal Wanna One. Waktu itu dikelas rata rata pada suka boy band Korea, ya jadi gue keracunan juga hahahaha.”

“Tapi gue mulai stan wayV itu ketika gue lagi rapuh banget. Emang sih setelah diracunin, gue udah mulai sering ngikutin kegiatan mereka, tapi belum mau stan karena gue ga tau banyak soal boy grup Korea. Sampe akhirnya malem malem gue lagi nangis nangis sendirian di kost an sambil nonton youtube dan tiba-tiba aja ada iklan MV mereka. Saat itulah gue mutusin untuk stan wayV. Kalo ga ada mereka gue ga tau bang, mungkin kita ga akan pernah ketemu.” Jawab Bella sembari menatap Jevera.

Banyak hal yang Jevera tahu pada malam ini tentang kehidupan Bella, bahkan terjawab sudah mengapa Rey dan keluarganya tinggal di rumah Bella padahal Rey sendiri pernah bercerita bahwa dia bukanlah kakak kandung dari Bella.

“Harapan lo apaan Bell?” Tanya Jevera tiba-tiba.

“Harapan gue?”

Anggukan dari Jevera.

“Tiba-tiba banget bang.”

“Pengen tau aja gue. Kalo ga mau jawab gausah dijawab.”

“Hm harapan gue ya? Gue pengen banget tau gimana rasanya bahagia walaupun cuma sekali. Bahagia soal apapun, entah itu karena gue bahagia disaat gue sukses, bahagia karena makan, bahagia ketika gue ketemu wayV, atau apapun yang terjadi dihidup gue. Gue cuma pengen bahagia, gue pengen banget ngerasain yang namanya bahagia. Tapi yang paling jadi harapan gue itu, gue pengen banget dicintai sama laki-laki dengan tulus.”

“Lo percaya cinta?”

“Engga. Tapi kalo ada yang bisa buktiin itu ke gue, gue yakin gue bisa percaya.”

“Pernikahan?”

“Dibilang percaya, percaya ga percaya sih. Gue juga kadang ada rasa pengen nikah, tapi ya kalo gue cape aja sih hahahaha.”

“Untuk sekarang masih di 80 sama 20, 80 takut, 20 butuh. Gue juga sebenernya butuh seseorang yang mau denger semua cerita cerita random gue, tapi kayanya ga dulu deh, takut banget gue. Mana gue mutusin buat childfree, pasti agak susah sih nyari cowok yang punya prinsip kaya gue.”

“Padahal setelah keluar dari SMA gue pengen banget nikah muda dan pengen langsung punya anak, karena kayanya lucu aja punya anak yang umurnya ga terlalu jauh dari gue, tapi setelah gue lewatin semua yang ada dihidup gue ini, seketika semuanya berubah. Ketakutan ketakutan mulai muncul satu persatu, dan yang paling gue takutin itu ada Sebella Jehan versi versi berikutnya, gue mau cukup sampe di gue aja. Dan lambat laun target nikah gue pun berubah ubah, dari keluar SMA ke 20, terus ke 27, terus ke 30, dan akhirnya gue milih buat sendiri.”

“Ah udah ah seret banget nih tenggorokan gue, dari tadi gue doang yang cerita. Lo anter sampe sini aja ya bang? Jadi lo pulang sekarang. Siniin tote bagnya.”

Namun Jevera tak mendengar perkataan Bella dan mulai berjalan kembali ke arah kost an Bella. Bella pun mengejar Jevera yang sudah cukup jauh didepannya.

“Bang, gue bilang ini sama lo bukan karena apa apa ya. Gue cuma mau nanti kalo lo udah punya cewek dan terutama setelah nikah, jangan pernah selingkuh bang, apapun alesannya. Ga ada alesan karena istri sibuk atau istri udah mulai abai, plis perbaiki itu sama sama. Jangan lari ke cewek lain, apalagi ketika lo udah punya anak, apalagi kalo anak lo nanti cewek.”

“Gue bener-bener ngerasain itu bang, sakit ketika liat salah satu orang tua selingkuh, karena anak yang bakal jadi korbannya nanti. Malvynn juga rasain apa yang gue rasain bang, bahkan lo sendiri juga kan?”

“Tapi kayanya Malvynn lebih sakit dari gue deh, karena mamah sama om Jodie sampe cerai.” Tambahnya dengan suara yang pelan.

“Pokoknya jangan selingkuh ya bang. Lo harus inget itu.”

“Hm.”

Keduanya melanjutkan perjalanan sampai ke tempat kost Bella, namun terlihat Chloe, Tania, Firda, Kinan dan Julia sedang diluar gerbang.

“Sebella Jehan.” Teriak Chloe.

Ketika Bella dan Jevera mendekat ke arah orang orang berkumpul tiba-tiba saja Tania memeluk Bella.

“Kamu kemana aja de? Kita semua khawatir banget sama kamu.”

“Hah? O-oh maaf ka.”

Tania melepaskan pelukannya,

“Kita semua takut terjadi sesuatu lagu sama kamu, sampe belum pulang jam segini.”

“Maaf ga ngabarin, hp aku ketinggalan di cafe.”

Tak lama datang Malvynn dan tiba-tiba saja memeluk Bella.

“You know? I'm really very worried about you Bella.” Ucap Malvynn dengan nafas yang terengah engah akibat berlarian mencari Bella.

“Kebiasaan banget kalo lagi kaya gini pasti keluar bahasa Inggrisnya.” Balas Bella sembari menepuk nepuk punggung Malvynn.

“Are you okay?” Tanya Malvynn setelah melepaskan pelukannya dan merapikan rambut Bella yang sedikit berantakan.

“Gue baik-baik aja Malvynn. Gue ga kenapa kenapa ko, gue cuma abis dari apartemen bang Jev aja.”

Setelah mendengar itu Malvynn melihat ke arah belakang dimana Jevera berada disana. Namun tak lama beralih lagi melihat Bella.

“Lain kali kalo pergi pergian bawa hpnya.” Ucap Malvynn yang kemudian memberikan tas kepada Bella.

“Eh, ko ada di lo?

Tadi gue ketemu bu Vina.

Hm gitu. Udah ah ga perlu khawatir kaya gitu. Masih sakit juga jadi pulang sekarang ya? Udah malem ini.” Ucap Bella pada Malvynn.

“Duh ampun disini masih ada orang ya.” Ucap Chloe.

Namun semua orang disana hanya tersenyum.

“Mami, mpok, ka Tania, Nda, Leo, Malvynn, maaf udah buat kalian khawatir, beneran lupa bawa hp, keasikan juga tadi, jadi ga inget waktu.” Ucap Bella sembari tersenyum.

“Jangan kaya gini lagi, kita semua khawatir tau.” Ucap Kinan sembari mengerucutkan bibirnya.

“Iya mami maaf, istirahat sekarang ya mi? Udah malem. Maaf udah buat khawatir dan ganggu waktu tidurnya mami.” Ucap Bella sembari memeluk Kinan.

“Yaudah kalo gapapa, mami pulang sekarang ya?”

“Heem.” Balas Bella.

Tak lama Kinan pun pergi.

“Pamitnya part time doang, tapi ga pulang sampe jam segini.” Ucap Julia dan kembali berjalan ke pos. Bella pun mulai mengejar Julia.

“Mpok maaf, tadi kaget setelah denger kabar dari temen jadi buru-buru pergi ke apartemennya bang Jev. Maafin Bella ya?” Ucap Bella dengan tangan yang melingkar di tangan Julia.

“Jangan gini lagi atuh neng, malem terus pulangnya.”

“Iya iya mpok, lain kali pulang pagi aja ya?”

“Yeeeee malah gitu.”

“Hehehe bercanda.”

“Syukurlah kalo neng nya baik-baik aja. Tuh kesana pamitan dulu sama Malvynn, Jevera.”

“Okay mpok.”

Bella pun kembali menghampiri Malvynn, Jevera, Tania, Chloe dan Firda. Namun tiba-tiba saja Chloe dan Firda pergi lebih dulu.

“Kita kudu pergi de, ini masalah percintaan soalnya.” Bisik Chloe pada telinga Firda. Namun Firda hanya tertawa mendengar itu sehingga membuat Bella bertanya tanya apa yang dibisikkan Chloe pada Firda. Setelah Chloe dan Firda pergi, Bella meminta Malvynn untuk pulang.

“Gue balik duluan ya ka. Bang, gue balik duluan.” Ucap Malvynn.

“Oke Vynn.” Jawab Jevera.

Dan anggukan dari Tania.

“Hati-hati, kalo udah sampe kost-an kabarin.” Ucap Bella pada Malvynn yang sudah berada di atas motornya, anggukan dari Malvynn dan tak lama Malvynn pun pergi. Dan kini tersisa Tania, Bella dan Jevera.

“Bang, tote bagnya.” Ucap Bella pada Jevera, dan Jevera pun memberikan tote bag yang sedang dipegang olehnya.

Keadaan saat ini terlihat canggung dan tak lama Bella pun memutuskan untuk pergi lalu meninggalkan Jevera dan Tania.

“Sekarang ya bang?” Ucap Tania.

“Engga bun.”

“Waktunya tepat sekarang.”

“Engga sekarang bun, abang udah janji kan sebelumnya, bubun juga udah sepakat.”

Namun tiba-tiba saja Tania memanggil Bella. Bella pun menoleh namun tanpa menghampiri Tania dan Jevera.

“Eh iya kenapa ka?”

Bukannya Tania yang menjawab pertanyaan Bella, melainkan Jevera yang menjawabnya.

“Ga jadi Bell, lo masuk duluan aja.”

“Hm o-ke.”

Bella pun kembali berjalan menuju kamarnya.