332

Pada hari minggu ini Jevera memutuskan untuk pulang ke Bandung, berniat memberikan kejutan pada Bella. Dan sesampainya di gedung apartemen Bella, tak sengaja bertemu Rania.

“Eh bang, ntar iketin rambutnya ka Bella. Tadi aku sengaja acak acak rambutnya ka Bella hahahaha.”

“Jail banget kamu de.”

“Biar ada sweet sweetan nanti disana bang.”

“Dasar hahahaha.”

“Aku pulang sekarang ya, jagain ka Bellanya ya bang.”

“Heem, hati-hati pulangnya.” Ucap Jevera sembari mengelus pucuk kepala Rania dan diacungkan ibu jari oleh Rania.

Setelah Rania pergi, Jevera memasuki lift, 10 menit sudah akhirnya sampai dilantai apartemen Bella. Dan mulai memencet bel apartemen Bella.

“Tinggal masuk juga, ngapain pencet pencet bel segala si ni bocah, ada yang ketinggalan kali ya.” Ucap Bella sembari mengunyah potongan akhir ice creamnya.

Dan ketika Bella membukakan pintu apartemennya. Ternyata itu Jevera, seketika Bella membalikkan tubuhnya dan mulai meneteskan air matanya. Jevera pun maju beberapa langkah dan masuk, lalu membiarkan pintu apartemen tertutup.

“Kamu bilang pulangnya senin.”

Jevera mulai mendekati Bella dan membalikkan tubuh Bella. Namun Bella mulai memukul mukuli dada Jevera.

“Hey cantik nanti sakit.”

Mendengar itu seketika Bella berhenti memukul mukuli tubuh Jevera.

“Maaf.”

“Bukan aku, tapi kamu. Nanti keadaan tangan kamu makin parah kalo mukul mukul aku terus. Tunggu sembuh dulu ya? Baru boleh pukul pukul aku lagi. Nanti kamu jadiin aku samsaknya kamu.”

Jevera maju 1 langkah agar lebih dekat Bella dan mulai mengusap air mata Bella. Dan kini keduanya saling bertatapan.

“Maaf udah buat kamu nangis dan sakit. Maaf juga karena dateng terlambat buat jelasin semuanya sama kamu.”

Bella kembali menangis, dan Jevera mulai memeluk Bella. Namun ketika keduanya sedang dalam keadaan serius tiba-tiba saja dering telepon terdengar dari saku milik Jevera. Dan ternyata itu Rania.

“Angkat aja dulu.” Ucap Bella.

Ketika diangkat oleh Jevera dan di lost speaker terdengar Rania yang berteriak dari balik ponsel.

“Bang Jev, si kaka lagi ngangetin makanan di atas kompor. Takut dia lupa ih, terus ntar meledak karena kepanasan.”

Mendengar itu membuat Bella berlari kedapur, dan dengan cepat Jevera membuka sepatunya, dan berlari kedapur menyusul Bella. Jevera sampai lebih dulu di dapur dan dengan cepat mematikan kompornya lalu membuka itu dan terlihat asap asap dengan keadaan makanan yang sudah gosong, namun ketika Bella sudah lebih dekat ke dapur tak sengaja dia menendang kaki kursi dan membuatnya terjatuh.

“Bella.” Teriak Jevera.

“Aduh naon eta. Duh pasti si kaka jatoh deui da. Ah ya sudahlah, nikmatilah momen kalian berdua aja ya abang Jev, kaka Bella hahahaha. Rania akan mengakhiri panggilannya sekarang yawww, byeeeee.” Teriak Rania yang kemudian panggilannya berakhir.

Setelah Jevera mematikan kompornya, dia menghampiri Bella yang akan beranjak akibat jatuh.

“Hati-hati cantik. Liat tuh sampe merah gitu kelingkingnya, pasti besok pagi bengkak ini.”

“Ya gimana orang panik juga.”

Namun tiba-tiba Jevera menggendong Bella ala bridal style dan mendudukkan Bella disofa.

“Eh eh eh mau ngapain.”

“Diem dulu disini, kotak P3K nya dimana?”

Bella tak menjawab dan hanya melihat kesebuah lemari dihadapannya. Jevera pun mengambil kotak P3K lalu kembali menghampiri Bella. Lalu mengambil kedua kaki Bella dan menyimpan dipahanya Jevera.

“Eh bang, aku salfok sama nama kontak Rania di hp kamu. Itu mah pasti Rania yang nulis, ya kan? Di hp aku juga gitu, jadi ada lovenya, padahal mah ga pernah aku kasih love di nama kontak dia.”

“Kangen banget denger kamu ngomong ada logat sundanya kaya gini hahahaha.” Ucap Jevera yang masih sibuk mengobati luka Bella dengan alkohol agar tak bengkak nantinya.

Aku juga kangen sama kamu. Oh iya bang, aku ada oleh oleh buat ibun, Lili, bubun, bang Andre sama om Pras. Kirim aja apa dianter langsung kesana?”

“Dianter kesana aja langsung bareng sama aku. Jangan om Pras lagi sekarang panggilnya. Pengen dipanggil papah sama kamu katanya.”

“Loh abang udah baikan?”

“Heem udah. Dari sebelum kita mulai ngejauh.”

“Hm gitu.”

Bella merubah posisinya menjadi duduk, seketika Jevera pun merubah posisinya dan pindah ke arah kiri Bella lalu meraih tangannya yang kemudian digenggamnya.

“Ngapain?” Ucap Bella sembari mengangkat tangan kirinya yang kini digenggam oleh Jevera.

“Emang kita kenal?” Tambahnya.

“Wah.” Balas Jevera yang kemudian memasukkan jari jemarinya dicelah celah jemari Bella dan menggenggamnya lebih erat.

“Lepasin.” Ucap Bella yang berusaha melepaskan genggaman Jevera.

“Ga mau.”

“Dih.”

Walaupun Bella merespon seperti itu namun Bella mengeratkan genggaman tangan Jevera, dan itu membuat Jevera tersenyum.


Sudah 1 jam Jevera berada di apartemen Bella, keduanya pun berbincang mengenai banyak hal. Dan kini Bella sedang membelakangi Jevera dimana Jevera sedang menyisir rambut Bella.

“Bang, pang untunin bisa ga?”

“Untun itu yang kalo ibu ibu hamil, terus manggil ade bayinya untun bukan sih sayang?”

“Ish bukan. Itu mah utun abang. Maksudnya tuh kepang, pang kepangin rambut. ”

Reaksi Bella membuat Jevera tertawa. Tak lama Jevera mulai mengepang rambut panjang milik Bella.

“Ga pernah berubah ya rambutnya. Panjang sama warnanya masih tetep sama kaya pertama kali kita ketemu.”

“Eh bang mau cerita jadinya, setelah ibu pergi waktu itu aku sempet potong rambut loh.”

Kemudian Bella mengambil handphonenya dan menunjukkan foto pada Jevera ketika ia dengan rambut pendek.

“Model rambutnya sama kaya kamu waktu tk ga sih? Yang fotonya ditaro diruang tamu dirumah kamu.”

“Ko pada bilang gitu ya? Padahal beda loh.”

“Sama tau sayang.”

“Iya kali ya.”

“Oh iya terus ya bang setelah dipotong nyeselnya bukan main tau, karena ga biasa potong pendek alhasil pas potong pendek kaget banget liatnya. Awalnya cuma buat buang sedih aja, eh taunya malah makin sedih karena liat rambut aku yang pendek. Sampe sampe ngurung diri dikamar, kantor aja sampe ga keurus, keurusnnya sama abang, ka Billa. Dan beberapa hari kemudian abang Rey marahin aku, itu pertama kalinya aku liat bang Rey semarah itu sama aku. Tapi udahnya bang Rey malah nangis karena ga sengaja bentak bentak aku. Kepergian ibu waktu itu bener bener bikin dunia aku runtuh bang, sampe aku ga peduli sama orang orang disekeliling aku sendiri.”

Jevera pun selesai menata rambut Bella dan mengikatnya dengan kain yang tertulis nama lengkap Bella disana. Jevera sengaja membuat kain untuk mengikat rambut dengan tertulis nama Bella di kainnya, bahkan beberapa kain dibuat oleh tangannya sendiri.

Bella pun meraba rambutnya yang sudah tertata rapi. Namun ketika meraba sampai bawah, sampai ia menyentuh kain yang terikat di bawah rambutnya Bella terkejut. Karena bagaimana bisa seorang lelaki bisa menata rambut wanita dengan serapi ini. Awalnya Bella hanya iseng meminta Jevera untuk mengikatkan rambutnya, karena Bella ingat betul kejadian Jevera yang mengikatkan rambutnya dengan sangat rapi.

Rapi banget. Belajar dari mana? Tanya Bella yang sepertinya nada bicaranya menandakan bahwa ia sedang cemburu.

Jevera pun merubah posisinya jadi berhadapan dengan Bella. Jevera tak menjawab apapun dan hanya mengusap lembut pipi Bella dan menatapnya.

Batin Jevera “Makasih udah milih buat hadir didunia ini Bella.”

Suka nata rambut mantan kamu ya? Ucap Bella sembari menatap Jevera.

Jevera pun merespon dengan tawaannya.

Ko ketawa? Bener?

Kenapa? Cemburu?

Engga. Balas Bella yang mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

Jevera pun memegang kedua pipi Bella dan membuat keduanya kembali bertatapan.

Aku ga punya mantan, sayang. Aku bisa nata rambut kaya gini karena aku dulu sering liat bunda yang lagi nata rambut bubun. Beberapa tataan tataan rambut, aku perhatiin baik baik, terus kadang aku terapin ke Lili. Lili bahkan seringnya minta iket sama aku, kalo ke ibun jarang. Jadi ya aku jago gini.

Hm gitu.

Hahahaha lucu banget cemburunya.

Aku ga cemburu.

Iya iya deh. Ucap Jevera sembari mengelus pipi Bella.

Dulu ketika aku liat bunda lagi nata rambut bubun tuh ya aku pengen bisa ngiket kaya gitu juga, soalnya biar bisa aku terapin nanti sama istri aku, dan sekarang kesampean deh.

Dih aku bukan istri kamu.

Iya calon istri, iya kan?

Dih engga.

Hahahaha.

Ko ketawa si, ga jadi jadiin aku calon istri kamu?

Loh jadi dong sayang. Ucap Jevera sembari memperlihatkan senyumannya.

Beberapa detik Jevera mengelus pipi Bella dan menatapnya, melihat juga beberapa plester yang tersimpan diwajah Bella, dan perban yang tersimpan di dahi Bella.

Sayang, besok kita kerumah sakit ya?

Aku ga kenapa kenapa.

Itu kan menurut kamu, belum tentu loh menurut dokter.

Lagian ga ada yang sakit ko.

Belum tentu ga kenapa kenapa kan?

“Udah ah, aku laper. Kamu masakin makanan buat aku ya?

Sayang.

Ayo. Aku tau loh ya kamu yang masakin kalo ngirim ngirim makanan ke aku. Karena aku bisa bedain masakan ibun sama kamu.”

“Loh gimana cara kamu bedainnya?”

“Masakan kamu sama kaya masakan aku dan ibu yang selalu pake gula putih, kalo ibun engga. Makanya pas kamu jadi bang J, terus ngirim makanan, aku selalu nangis ketika makan, soalnya aku inget sama masakan kamu.”

“Maaf ya cantik.” Ucap Jevera sembari mengelus ngelus kepala Bella.

“Terus kalo tau aku boong, kenapa kamu ga tanya?” Tanya Jevera.

“Aku takut sama jawaban kamu, dan aku ga mau tau apa alesan kamu. Udah dulu ah. Ayo ayo masakin, aku ga bisa masak sekarang. Liat nih tangannya.” Ucap Bella sembari mengangkat tangannya yang memakai perban.

“Jangan gini dong, nanti makin cinta.”

“Biarin. Biar cinta aku sama kamu gede segede gunung, terus seluas lautan dan samudra.”

Mendengar itu membuat Jevera tersenyum. Namun tiba-tiba saja Bella beranjak dari sofa dan pergi dari sana lalu masuk kedalam kamar.

Batin Bella “Duh ini jantungnya ga mau diem, gimana caranya buat jantungnya jadi diem ya? Eh tapi kalo diem gue mati dong?”

“Ayo ayo tetap santui Sebella. Walaupun sebenernya si jantung ini seperti mau loncat dari dalam sana.” Ucap Bella sembari memegang dadanya.

Tak lama Bella keluar dengan membawa kaos berwarna hitam.

“Nih ganti.” Ucap Bella sembari memberikan kaos berwarna hitam pada Jevera.

“Biar lebih nyaman aja nanti masaknya.” Tambah Bella.

Jevera tiba-tiba saja membuka jas dan kemejanya didepan Bella. Seketika Bella pun membalikkan tubuhnya dan memejamkan matanya.

“Bang Jev yang bener aja dong. Ke air dulu kek.”

“Kenapa harus ke air kalo bisa dibuka disini.”

Namun tiba-tiba saja Bella berbalik badan dan menghampiri Jevera yang akan memakai kaos milik Bella.

“Tunggu, tunggu, tunggu.” Ucap Bella setelah mengingat Rey dan Lili membahas tattoo kemarin malam. Kini keadaan Jevera masih setengah telanjang dengan kaos yang ada ditangannya.

“Kenapa?”

“Itu aku?” Tanya Bella menatap Jevera setelah melihat tatto wajah wanita yang ada di dada kiri Jevera.

Namun ketika Jevera akan menjawab, Bella mendekati Jevera dan melihat lebih dekat ke depan dada Jevera. Dan terlihat 3 tanggal, bulan, dan tahun. Seketika Bella terkejut karena 2 diantaranya adalah tanggal ulang tahunnya. Tapi Bella heran kenapa disitu wajah wanita yang ada di tattoo Jevera terlihat chubby.

“14 februari 2012? Itu pertama kali kita ketemu?” Tanya Bella sembari menatap Jevera.

Jevera hanya memberi respon dengan tersenyum, lalu memakai kaos yang dipegang olehnya.

“Ko ga dijawab?”

“Sebentar, itu luka kamu yang ketusuk waktu itu kan? Ini aku ga salah liat ada nama Sebella Jehan diatas luka itu?” Ucap Bella setelah melihat namanya diatasi luka Jevera.

“Ih apaan sih ini? Bisa dijawab ga?”

“Mau dijawab dulu? Apa masak dulu nih?” Ucap Jevera tersenyum sembari menatap Bella yang juga mengelus pucuk kepala Bella.

“Masak dulu aja deh, perut aku berisik.”

“Kamu jangan banyak banyak senyum deh bang. Soalnya kalo kamu senyum mukanya jadi jelek banget.” Tambah Bella.

“Hahahaha gitu ya kalo mengalihkan ketika lagi dugun dugun jantungnya.” Ucap Jevera sembari mengusap pucuk kepala Bella.

“Dih engga ya.”

“Iya engga, engga salah lagi, ya kan?”

Jevera pun pergi meninggalkan Bella dan berjalan menuju dapur yang tidak jauh dari sana. Jevera tersenyum setelah melihat wajah Bella dengan pipi yang merah merona.

“Duh jantungnya makin dugun dugun sekarang.”* Gumam Bella.

“Iya nih sama aku juga manis.” Teriak Jevera dari arah dapur.

“Aku ga ngomong apa apa ya.” Balas Bella dengan berteriak juga.

“Aku denger loh cantik. Jantung kita sekarang sama sama lagi dugun dugun, bahkan kayanya mau loncat ini jantungnya saking kenceng geraknya.”* Ucap Jevera berniat meledek Bella karena mendengar Bella yang berbicara sendiri ketika mengambil kaos.

“Diem.” Teriak Bella.

Jevera hanya tertawa melihat jawaban Bella. Tak lama Bella pun menyusul pergi ke dapur. Namun ketika Jevera berjalan kesana kemari untuk mencari sesuatu, Bella terus saja mengikuti kemana Jevera pergi. Melihat itu seketika Jevera berhenti dan Bella yang sedang berjalan dibelakangnya yang juga sibuk dengan sebuah ice cream menabrak Jevera.

“Ish, bilang dong kalo mau berenti.” Ucap Bella yang kemudian memukul punggung Jevera.

“Kamu dari tadi kaya setrikaan tau mondar mandir ikutin aku terus.” Balas Jevera yang kemudian berbalik badan.

“Takut kamu pergi lagi.”

“Ko malah kamu yang takut. Harusnya aku dong sayang.”

“Jangan panggil sayang!”

“Emang kenapa sih sayang? Tadi perasaan gapapa deh kalo dipanggil sayang.” Ucap Jevera dengan nada meledek.

“DIEM.”

Namun tiba-tiba saja Jevera mengangkat Bella dan mendudukkannya diatas meja dapur.

“Ih ngapain?”

“Duduk disini, nanti kelingking kamu makin bengkak kalo dipake jalan jalan terus.” Ucap Jevera sembari mengelus pipi Bella.

Namun entah kenapa tiba-tiba saja tatapan keduanya menjadi lebih dalam. Jevera pun lebih mendekat ke arah wajah Bella, namun seketika Bella menutup matanya.

Ternyata pikirannya salah, dikira Jevera akan menciumnya namun malah menyentuh hidungnya dengan hidung mancung milik Jevera. Tak lama Jevera menjauh dan menatap Bella, melihat satu persatu apa yang ada diwajah Bella. Dan diraihnya tangan kiri Bella yang kemudian digenggamnya.

“Aku kangen banget sama si cewek jutek yang namanya Sebella Jehan. Dan udah lama banget aku ga liat wajah kamu sedeket ini.” Ucap Jevera sembari mengelus ngelus pipi Bella.

Bella pun tersenyum setelah mendengar panggilan itu, mengingat bagaimana awalnya ia bisa berteman dengan Jevera.

Aku juga kangen sama si cowok kutub yang namanya Jevera Prasadja.

Keduanya tertawa bersama sembari bertatap tatapan.

Si Jerryprotnya aku. Ucap Bella sembari mencolek hidung Jevera setelah beberapa saat keduanya tertawa.

Si Tombellanya aku. Balas Jevera yang juga mencolek hidung Bella.

Si pipi bolongnya aku. Ucap Bella yang kembali mencolek hidung Jevera.

Si pipi gemoynya aku. Balas Jevera yang juga kembali mencolek hidung Bella.

Singa gantengnya aku. Ucap Bella kembali yang kembali mencolek hidung Jevera.

Nah lo apa pasangannya? Aku ga bales panggilan kamu yang itu.

Kucing cantiknya aku deh hahahaha. Ucap Jevera setelah beberapa detik berdiam sembari memikirkan apa balasan panggilan untuk dari Bella.

Ko kucing?

Karena kamu suka kucing, jadi balesannya kucing aja deh.

Bella pun hanya tertawa mendengar apa yang dibilang oleh Jevera.

Bang, kamu sakit hati ga sih sama respon aku awal awal sama kamu? Terus apa tanggapan kamu soal panggilan panggilan dari aku buat kamu?

Engga sama sekali, malah kaya lucu aja. Ko bisa kepikiran buat ngasih panggilan panggilan itu. Jujur aja nih ya, dulu kalo kita lagi berantem di chat, aku selalu ketawa ketawa sambil mikir mau bales apa lagi biar terus lanjut chatingannya. Aku juga harus mikir gimana caranya supaya kamu kepancing buat bales chat aku terus.

Dih ternyata ya.

Kalo misalnya aku tunjukin Jevera yang asli sama kamu, terus ngungkapin perasaan aku lebih awal, apa yang bakal kamu lakuin sama aku?

Keluarin kamu dari hidup aku lah, gimana pun caranya, walaupun mungkin itu juga bakal nyakitin kamunya. Terus kalo emang kita ditakdirkan sama Tuhan buat sama sama, ya aku pengen diketemuin lagi sama kamu dengan versi Sebella Jehan yang lebih baik.

Kamu itu buat aku udah versi yang terbaik baik baik baik.

Gombal.

Aku serius loh.

Iya deh.

Makasih banyak ya karena kamu udah kasih kesempatan buat aku untuk masuk lagi di hidup kamu.

Makasih juga karena kamu udah dateng lagi di hidup aku bang Jevera. Balas Bella.

Tak lama Jevera mendekati dan mulai mengusap ngusap pipi Bella dengan tangan kirinya, tak lama memegang pipi Bella dan mulai menautkan bibirnya dengan bibir milik Bella. Bella pun mulai membalas ciuman Jevera dan mengeratkan genggaman tangan Jevera di tangan kirinya. Dan melingkarkan tangan kanannya dileher Jevera.

Entah kenapa ketika keduanya sedang berciuman membuat Bella meneteskan air matanya. Tak lama keduanya pun berhenti, dan kembali menatap satu sama lain. Jevera yang melihat air mata Bella yang ada dipipinya langsung mengusapnya.

“Kenapa?”

“Ini beneran bukan mimpi kan bang?”

“Iya ini bukan mimpi sayang. Aku beneran ada disini sama kamu. Aku ada didepan kamu sekarang.”

Bella memegang pipi Jevera dan mengusapnya. Bella menatap Jevera, namun matanya terlihat berkaca-kaca.

“Maaf Bella. Maaf buat semuanya.” Ucap Jevera

Bella menggelengkan kepalanya, namun air mata Jevera menetes ke pipinya. Dan Bella mengusap air mata Jevera.

Batin Bella Ternyata kamu orangnya bang Jev. Yang aku notice waktu diperpus sebelum ospek itu kamu orangnya bang. Ternyata kita papasan dan aku liat kamu waktu di museum geologi. Ternyata wajah kamu yang terlihat familiar dimata aku bang Jev.

Namun ketika mengingat saat study tour kelas 10 SMA, dimana Bella pertama kali bertemu dengan Jevera, tiba-tiba saja Bella tertawa setelah melihat ke arah bibir Jevera.

“Ko ketawa? Kita lagi serius loh sayang.” Ucap Jevera yang kemudian tersenyum.

Batin Bella “Udah lama banget ga liat pipi bolongnya.”

Setelah diam beberapa detik.

“Lipstiknya kalo dipake makan ga ilang loh bang, tapi kenapa pas kita kissing lipstiknya jadi nempel dibibir kamu.” Ucap Bella sembari tertawa yang kemudian membersihkan lipstik yang ada dibibir Jevera.

“Bibir kamu manis.”

Mendengar itu seketika Bella melepaskan genggaman tangan Jevera dan lalu membungkam mulut Jevera dengan tangannya.

“Sekarang kalo ngomong bahaya banget.”

Namun Jevera malah memegang tangan Bella dan menciumnya.

“Ish.” Ucap Bella dengan cepat dan langsung melepaskan genggaman tangan Jevera dari lengannya.

“Berisik banget ya jantung kita sekarang.”

“Diem bang Jev.” Ucap Bella dengan melihat ke sembarang arah.

Namun tiba-tiba saja Bella mulai membuka beberapa kancing kemejanya, lalu sedikit menurunkan kemejanya. Melihat itu membuat Jevera mengalihkan pandangan.

“Kamu mau ngapain Bella?”

“Ish aku cuma mau liatin tattoo aku sama kamu bang.”

Jevera beralih lagi ke arah Bella dan terlihat tatto dengan tulisan nama lengkap Bella di dada sebelah kirinya. Tak lama Bella memasang kancingnya kembali, lalu Bella pun mengangkat kemejanya yang memperlihatkan lambang dan tujuh nama yang dibuat melingkar, dimana nama nama itu adalah nama nama ketujuh member boy grup kesukaannya. Dan terakhir diangkatlah lengan kemejanya dan memperlihatkan tattoo yang ada dilengannya.

“Dan ini dibuat setelah ibu pergi.” Ucap Bella sembari memegang tattoo yang ada didekati nadinya.

“Sebenernya aku bertahan disini itu karena ga mau ninggalin ibu sendirian. Aku juga udah ada pikiran dari lama kalo ibu pergi aku juga akan ikut ibu. Dan pikiran itu akan aku lakuin setelah potong rambut waktu itu. Tapi kepergok sama bang Rey dan bang Rey marahin aku sambil bentak bentak aku.”

“Sampe akhirnya aku buat tattoo contine dengan i diganti pake lambang semicolon. Dan aku milih buat tetep hidup. Aku bilang ini sama kamu karena aku takut kamu ga suka sama perempuan yang pake tattoo. Aku sekarang punya cara baru kalo lagi cape, yaitu lari ke tattoo bukan lukain tangan lagi.”

Setelah Bella berbicara hal itu, Jevera mengusap ngusap tangan Bella, dimana disana masih terlihat beberapa bekas luka sayatan.

“Aku ga pernah masalahin apa yang kamu lakuin sayang. Aku cuma mau kamu lakuin hal apapun dengan rasa bahagia. Tapi pengecualian buat self harm, aku lebih dukung kamu pake tattoo daripada kamu harus lukain diri kamu sendiri.”

“Jangan lakuin itu lagi ya? Aku sakit liat kamu lukain diri kamu sendiri. Kalo mau bikin tattoo baru, kita bareng bareng buatnya.” Ucap Jevera sembari memegang pipi Bella.

Namun bukannya membalas apa yang diucapkan oleh Jevera, Bella malah memegang tangan Jevera dan mencium telapak tangan Jevera. Jevera pun tak tinggal diam, dia menarik lengan Bella yang masih memegang tangannya lalu menciumnya juga.

Eh sayang, aku baru sadar deh kalo kamu juga punya lesung pipi.

Hah? Ucap Bella sembari mengerutkan keningnya.

Coba deh senyum, ntar aku kasih tau dimana lesung pipinya.

Bella pun mengikuti apa yang dikatakan oleh Jevera. Namun tiba-tiba saja Jevera mencium pipi Bella dan kemudian sedikit berlari menuju kulkas. Dibalik itu Bella memegang dadanya, dimana jantungnya bergerak lebih cepat lagi daripada sebelumnya.

Abang ih, muka aku kan sensitif. Kenapa kamu cium cium? Ucap Bella setelah beberapa detik diam.

Kalo mau cium, cium pucuk kepala aja ish.

Jevera pun kembali kepada Bella.

Yaudah aku ambil lagi terus aku pindahin ke pucuk kepala kamu. Ucap Jevera sembari mengusap pipi Bella dan kemudian mencium pucuk kepala Bella.

Dih modus.

Hahahaha. Eh gimana sayang? Udah ketauan ya sekarang? Apa kata dokternya? Alergi debu?

Kata dokternya sih jamur. Tapi ya gitu masih kadang kadang, kalo kena debu kadang beruntusan kadang engga, biasanya kalo kepegang sama tangan yang kotor langsung beruntusan.

Ihhhh kalo bibir kamu ada bakterinya gimana? Aaaaaaaaaaaaaaa tidak. Ucap Bella dengan mata yang membelalak yang juga memegang pipi yang baru saja disentuh oleh bibir Jevera.

Namun melihat Bella seperti itu hanya membuat Jevera tertawa dan tak lama Jevera memeluk Bella.

Cepet sembuh ya sayang tangannya, biar aku bisa genggam tangan kamu yang kanan.

“Aku juga pengen cepet sembuh, biar bisa pukulin kamu. Jangan remehin aku, gini gini aku udah punya sertifikat boxing tau.” Ucap Bella yang kemudian memukul pelan punggung Jevera.

“Hahahaha iya boleh, tapi setelah tangan kamu bener bener sembuh.” Ucap Jevera sembari melepaskan pelukannya.

Kapan masaknya? Ga denger cacing diperut aku teriak teriak?

Hahahaha iya iya sayang aku masak sekarang ya. Balas Jevera sembari mengusap pucuk kepala Bella.

Jevera pun mulai memasak dengan Bella yang masih duduk diatas meja dapur dan ketika keduanya sedang berbincang, Bella mengambil 1 bungkus jelly yang tidak jauh dari tempatnya sekarang.

Seketika Jevera melihat itu, dan ketika Jevera berniat mengambil jelly yang dipegang oleh Bella untuk membukanya, seketika Bella mulai menggigit plastik dan membukanya, Bella pun mulai mengunyah jelly satu persatu.

Namun Bella belum tersadar bahwa Jevera terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Bella. Karena biasanya Bella selalu membuka bungkus makanan menggunakan gunting. Tak lama Jevera pun mendekati Bella.

“Coba buka mulutnya.”

Namun Bella mengatupkan mulut dan menggelengkan kepalanya.

“Ko bisa sekarang? Giginya udah ga social distancing kah? Tapi masih cadel ko huruf s nya. Eh iya muka ga simetrisnya pergi kemana? Gigi taring drakulanya juga kemana? Baru sadar banyak yang berubah sama kamu, pantesan makin cantik.”

Melihat wajah Jevera kini hanya membuat Bella sedikit tertawa.

“Ko gigi taring drakula, itu gingsul ya, bukan taring.”

“Hahahaha. Pantesan ada yang beda, tapi kalo diliat liat ga ada yang berubah. Masih cantik sama manis juga.”

“Merhatiin aku banget apa ya? Sampe cadel huruf s aja tau. Padahal banyak orang yang ga sadar loh bang. Ibu, ayah aja ga sadar kalo anaknya cadel huruf s. Bahkan aku sendiri pun ga sadar, aku tau aja karena temen temen aku yang bilang.”

“Apa sih yang ga aku tau tentang kamu? Ceilah hahahaha.”

“Lah hahahaha.” Ucap Bella dengan mulut yang masih mengunyah jelly.

“Gini terus ya bang? Jangan berubah berubah, jadi diri kamu sendiri aja.”

“Kamu juga, jadi diri sendiri terus. Jadi Bella yang selalu aku kenal, Bella dengan banyak tingkah randomnya.”

Anggukan dari Bella.