Birthday Dinner

“It's your birthday, but I'm the one who should be celebrating the most. I'm so glad you came into this world, and I'm even more glad you came into my world.”

♧ ♧ ♧

Karina merasa, jika ia harus berada di kantornya lebih lama lagi, punggungnya akan menyerah menopang tubuhnya. Jadi ia putuskan untuk menyudahi pekerjaannya dan pulang ke apartemen. Pekerjaan kantornya hari ini terasa dua kali lipat lebih menyebalkan dari hari biasa.

Kepala divisi mencecarnya karena font yang dipakai oleh bawahannya tidak sesuai dengan yang diinginkan. Padahal bawahannya yang membuat itu, bukan dirinya. Karina ingin menjambak anak buahnya, tapi itu hanya akan mencoreng citranya sendiri, jadi ia hanya menyuruh bawahannya untuk mengerjakannya kembali.

Klien yang ia temui hari ini adalah tipikal klien dengan sifat menyebalkan sejak lahir, banyak mau dan suka mencaci. Selesai meeting dengan klien itu, umur Karina serasa baru saja berkurang sepuluh tahun. Energinya benar-benar terkuras habis.

Matahari sudah berada di ufuk barat saat ia menginjakkan kaki di lantai dasar kantornya. Membayangkan dirinya yang masih harus berjalan menuju halte, naik bus, dan berjalan lagi sampai apartemennya, ingin rasanya Karina pingsan di tempat. Lalu dibawa dengan tandu, masuk ambulance, dan diperiksa dokter di IGD. Paling tidak dengan begitu ia tidak harus menggunakan kakinya.

Tapi ia tidak bisa bersandiwara, yang ada nanti satpam kantor akan menertawakannya karena ketahuan berpura-pura. Semua kesialan ini diawali dengan mobilnya yang memutuskan bahwa hari ini adalah hari yang tepat untuk rusak. Ia harus menelfon bengkel, menunggu mobilnya diderek, dan berjalan ke kantornya.

Ia terlambat datang 20 menit, menerima nasib bahwa gajinya harus dipotong bulan ini. Melihat manager divisi sebelah yang terus-terusan menggangunya dengan gombalan tidak penting membuatnya malas mampir ke cafe untuk membeli sarapan. Tidak ingin mendapatkan gombalan tidak penting dari pagi, ia langsung naik ke lantai atas. Ia harus menahan lapar hingga jam makan siang. Sungguh hari yang menyebalkan.

Ditengah pikirannya yang sibuk dan tubuhnya yang lelah, Karina mendengar klakson mobil dibelakangnya. Karina menoleh ke belakang, dan melihat sedan hitam yang sangat familiar mendekatinya.

“Butuh tumpangan neng?” Giselle tersenyum sambil menopang dagunya di jendela mobil yang telah diturunkan. Karina tersenyum secara reflek melihat gadis didepannya.

“My savior” Karina mengelus-elus pipi Giselle dengan kedua tangannya sambil tersenyum. Rasanya itu adalah senyum pertamanya hari ini.

“Ayo buruan naik, udah mau malem.”

“Kita ke apartemen kamu hari ini. Wajahmu udah kelihatan kaya wajah-wajah pengen buruan tidur.” Ucap Giselle sambil tertawa setelah Karina masuk ke mobilnya.

“You know me so well.”

“Okay let's go!” Giselle menjalankan mobilnya menuju apartemen.

Perjalanan menuju apartemennya tidaklah jauh, hanya sekitar 20 menit perjalanan. Jalanan sore ini tentu saja macet seperti biasa. Karina merasa matanya sangat berat. Berada di jok mobil yang nyaman dan dingin membuat tubuhnya yang sudah kelelahan menjadi sangat mengantuk.

“Tidur aja Rin.” Karina merasakan Giselle mengelus tangan kanannya. Karina memejamkan matanya yang sudah tidak kuat lagi menahan kantuk. Giselle yang melihat Karina akhirnya menyerah pada kantuknya yang sudah ia tahan dari tadi tersenyum. Karina terlihat lucu karena memaksa membuka matanya sedari tadi.

♧ ♧ ♧

Karina mengucek matanya, ia sadar sedang berada di tempat parkir apartemennya.

“Udah nyampe?” Karina melirik jam yang ada di dashboard mobil Giselle. Sudah jam delapan malam. Giselle pasti membiarkannya tertidur cukup lama.

“Yuk turun.” Giselle mengelus pipi Karina.

Karina semakin mendekatkan wajahnya ke tangan Giselle yang berada di pipinya. Menikmati sentuhan lembut gadis yang berada di depannya.

“Kenapa gak dibangunin? Aku tidur lama pasti di mobil kamu.”

“Gapapa, bentar doang kok. Yuk naik.” Giselle yang keluar lebih dahulu membukakan pintu untuk Karina yang masih terdisorientasi setelah bangun tidur. Menggandeng tangan Karina, menuntunnya menuju elevator.

♧ ♧ ♧

Begitu masuk kedalam apartemen, Giselle langsung memegang kedua tangannya. Perlakuan Giselle yang tiba-tiba membuat otak Karina sedikit eror. Giselle menatapnya intens dengan senyuman yang tidak terlepas dari wajahnya.

“Kamu pasti lupa ini hari apa.”

“Ini hari senin Giselle, mana mungkin aku lupa.”

“Nope, hari ini bukan hari senin biasa.” Giselle menarik kedua tangannya, mendekatkan tubuh mereka.

“Today is your birthday silly, kamu lupa ya?” Ucap Giselle tepat di telinganya sambil berbisik.

“Gapapa, hari ini ulang tahun kamu, tapi aku orang yang seharusnya paling merayakan hari ini. Aku sangat bahagia kamu hadir di dunia ini Karina. Dan aku lebih bahagia kamu hadir di dalam duniaku. Terima kasih Rin, I love you.”

Karina tertawa, ia membenamkan wajahnya ke ceruk leher Giselle. Karina menggigit bibir bawahnya, menikmati setiap kontak tubuh Giselle yang ia rasakan dengan pelukannya.

“Kamu lupa gapapa, karena ada aku yang bakalan selalu ngingetin kamu.”

“Thank you Gi, and I love you too.” Karina membalas Giselle dengan lembut.

Karina menciumi leher Giselle setelah mengungkapkan rasa terima kasihnya. Karina sedang mempertimbangkan untuk membuat hickey di leher Giselle sebagai tanda apresiasi. Ia mendengar Giselle melenguh dengan perbuatannya dan menarik wajahnya menjauh.

Karina mencium bibir Giselle dengan intens. Tidak memberikan kesempatan untuk Giselle menghentikannya. Giselle yang sedari tadi menahan diri membalas ciuman Karina. Menggigit bibir bawah Karina, memasukkan lidahnya.

“Aku masak tadi.” Ucap Giselle di sela ciuman mereka.

“You what?” Karina bertanya dengan dahi mereka yang bersentuhan. Matanya masih terpejam dengan nafas terengah. Tangannya masih ia kalungkan ke leher Giselle.

“Aku masak buat kamu tadi, sekarang dingin sih pasti, perlu dipanasin bentar.”

“Kalo boleh jujur sebenernya aku laper, tapi aku gak keberatan buat makan kamu dulu sebelum makan malam.”

Giselle memukul bahunya dengan keras, lalu berbalik menuju dapur.

“Ganti baju sana, aku panasin makanannya.”

“Nanti abis dinner juga gapapa sih.” Ucap Karina dengan nada menggoda.

“Ganti baju, sekarang!”

“Iya iya, ini berangkat ganti baju. Kamu mau aku pake lingerie atau engga?”

“Ku lempar pake sendok nih!”

“Ampun Giii.” Karina berlari menuju kamarnya sambil tertawa karena berhasil menggoda Giselle.

♧ ♧ ♧

Karina dan Giselle duduk berhadap-hadapan di meja makan. Mata Karina terus mengikuti pergerakan Giselle yang sedang menyiapkan makan malam mereka. Karina ingin memeluk Giselle dari belakang saat melihatnya, namun ia tahu, bukannya romantis, ia akan dipukuli lagi oleh Giselle. Jadi ia memutuskan untuk menatapnya saja.

“Siapin alat makannya sana, jangan ngelihatin aku mulu.” Ucap Giselle tanpa menoleh ke belakang.

“Iyaa, kusiapin nih.”

“Ini juga udah beres masakannya.” Giselle menata masakannya di meja makan.

Mereka berdua makan berhadap-hadapan. Di meja makan dekat dengan dapur. Sambil bercerita tentang kegiatan masing-masing hari ini.

Giselle mendengarkan celotehnya tentang harinya yang menyebalkan. Giselle berjanji akan mengambil mobil Karina untuknya esok hari sambil terus tertawa. Menertawakan harinya yang begitu sial.

Karina menyadarinya kini, hanya dengan menatap Giselle yang sedang tertawa di depannya. Sambil menopang dagu di meja makan apartemennya dan menggenggam tangan Giselle. Menceritakan semua kesialan yang dialaminya pada Giselle hari ini. Ia merasa bahwa semua itu sudah cukup, ia merasa begitu bahagia. Ia merasa sudah memiliki segalanya di dunia ini.

Ia merasa kesialannya hari ini di kantor tidak lebih dari hal lucu yang membuat Gisellenya tertawa. Semua rasa lelahnya hari ini sirna. Hanya dengan menatap Giselle yang sedang menertawakan dirinya. Gisellenya, miliknya, hanya dirinya.

Karina mencium tangan Giselle yang sedang ia genggam.

“Makasih Gi, kamu bikin hari ini gak seratus persen menyebalkan buat aku.”

Giselle beralih duduk di paha Karina. Menyeringgai penuh kemenangan saat melihat telinga Karina memerah. Giselle menggigit daun telinga Karina dengan lembut sambil berbisik.

“To end this day, should we try the lingerie that you're talking about earlier?”

♧ ♧ ♧