good person

Jusun/Juysun oneshoot AU

Slight Jukyu mentioning milbbang dan sangric

Terinspirasi dari lagu good person (2022) by Lee Haechan

content warning; one sided love, kissing scene, skinship, cigarettes, harsh words, harsh kocak words, etc.


Sore itu setelah selesai kelas, Sunwoo tak bergegas pulang. Ia mampir ke basecamp, satu bangunan kosong bekas toko kelontong di dekat warung kopi disamping kampusnya. Menenteng tas besar berisikan gitar, ia berjalan agak tergesa mengingat hari mulai gelap tanda akan hujan. Sunwoo berjanji bertemu teman-temannya disana, dan mungkin mereka sudah menunggu lama. Hujan turun sebelum Sunwoo sampai ke basecampnya, tangannya terangkat menjadikan gitar yang dibawanya sebagai payung, sedikit berlari memasuki ruangan yang ternyata sudah cukup ramai. Ada Haknyeon, Eric dan beberapa teman juga kakak tingkatnya yang lain. “Lama banget nu, kak Jacob mau pakai gitarnya”

Haknyeon yang pertama buka suara saat Sunwoo bahkan masih sibuk menyingkirkan rintik air yang menempel pada hoodienya. “Maaf, dosennya ngobrol panjang lebar. Mana kak Jacobnya?”

Udah pergi daritadi, pake gitar Kak Kevin jadinya”

Sunwoo lantas menghela napasnya, lalu berjalan mendekat ke arah teman-temannya. Menjatuhkan tubuh beratnya di sofa panjang berisikan Eric dan Haknyeon yang sedang bermain kartu. “Tumben lowbat gitu, kenapa?”

Tugasnya sia-sia, harus di revisi banyak banget, ah anjing!” Sunwoo mengacak rambut fluffynya hingga berantakan sambil merengek kecil membuat kedua temannya tertawa diatas penderitaannya.

Ya udah sih, nanti tinggal revisi aja. Mending minta bantuan kan sama kak Chanhee, sok-sokan nolak sih”

Kak Chanhee sibuk ngerjain laporan KKN, masa direcokin juga sama tugas orang, kan gak enak, Ric”

Kak Chanhee kan baik, asal gak ganggu waktunya dia aja pasti dibantuin”

Kepala Sunwoo menengok ke sisi lain, dimana kakak tingkatnya, Kevin, Changmin, Younghoon, Hyunjae dan Sangyeon tengah bercengkrama dengan asyik. Tak ada niatan untuk mengajak ketiga insan yang ada diatas sofa itu untuk bergabung, mereka terlihat larut dalam candaan. Tawa mereka menggelegar apalagi setelah Lee Hyunjae, si anak teknik sipil, melontarkan beberapa jokes yang membuat semuanya tertawa terpingkal-pingkal. Sunwoo mengangkat senyumnya tipis-tipis, kapan-kapan ia akan merindukan betapa berisiknya basecamp saat masih ada kakak-kakak tingkatnya ini.

Younghoon yang tertawa sedikit melirik ke arah Sunwoo, tangannya terangkat, “oh Sunwoo! Sini gabung, cerita si Jeje lagi seru nih”

Eric, Haknyeon juga sini sekalian gabung aja” itu Changmin, teman satu kelas Kevin yang sering bareng kalau kemana-mana, anak kostan elit yang Sunwoo kenal sejak tiga tahun terakhir. Anaknya manis dan ramah, tapi kalau ke Hyunjae lain ceritanya sih, cuma ya tetap ramah dan manis.

Sunwoo mengangguk membalas sekenanya, mengatakan kalau akan gabung saat Eric dan Haknyeon menyelesaikan permainan kartu mereka.

Eh pesen makan kek, Nu?” Haknyeon melemparkan kartu AS ke meja membuat Eric menjerit mengerang karena lagi-lagi kalah. Dan permainan selanjutnya menjadi tidak seru karena Eric yang sudah tidak mood.

Tempat biasa ya. Apa mau nasi Padang?”

Tempat biasa aja. Bento ayam sama vanila latte, ya”

Gue juga nu, Sei sapi sama americano”

Sunwoo merogoh gawainya, membuka aplikasi pesan antar, memasukkan pesanannya dan teman-temannya ke keranjang, kakinya beranjak menuju gerombolan kakak tingkatnya, menanyai satu persatu apakah ada diantara mereka yang mau ikut memesan makan.

Aku gak usah aja, Nu. Soalnya udah ada janji”

Eh kak Changmin, masa sendirian gak mesen. Ice coffee yang biasanya aja ya?”

Gak usah nu, mau ketemu sama temen kelompok juga abis ini”

Meski Changmin menolak, faktanya Sunwoo tetap memesankan ice coffee untuknya menghasilkan ucapan terimakasih yang hangat di hati Sunwoo hari itu.


Akhirnya Haknyeon, Eric dan Sunwoo memilih duduk bersama kakak-kakaknya disana, ikut larut dalam percakapan ringan yang menggelikan, yang dihantarkan oleh Hyunjae tentu saja. Hal itu sukses membuat suasana basecamp menjadi ramai. Hingga saat pintu diketuk, dan satu orang pemuda tinggi masuk sambil melempar senyum, diikuti satu pemuda lain dibelakang tubuhnya. Lee Juyeon dan Choi Chanhee. “Eh Juyeon, Chanhee, baru kelar? Sini sini gabung”

Sangyeon menyapa dua temannya yang lain, yang entah mengapa membuat suasana disekitar Sunwoo menjadi sedikit berat. Dimana Changmin terlihat menjadi masam dan berakhir membereskan barang-barangnya diatas meja. Kevin dan Sunwoo menoleh ke arah Changmin, “mau kemana kok beres-beres?” Tanya Kevin padanya. Membuat Sunwoo ikut menunggu jawaban yang akan keluar dari bibir pemuda kelahiran Oktober itu.

Kayaknya aku harus pergi deh buat ketemu Donghyun, soalnya kalau makin sore aku takut anaknya lupa terus pulang”

Ya gak apa-apa, berarti masih bisa besok.. Lagian deadline-nya kan masih lama?”

Changmin tetap membereskan barang-barangnya, “Sunwoo, nanti aku ganti uang kopinya ya? Aku duluan ya temen-temen...” Langkahnya sedikit tergesa, membuat semua orang terheran-heran. “Apa kakak salah ngomong, ya?” Itu Sangyeon berbisik pelan pada Eric disebelahnya.

Juyeon dan Chanhee yang semakin mendekat ikut heran, oh atau mungkin hanya Chanhee. “Mau kemana?” Tanyanya.

Ketemu temen kelompok, duluan Chan..”

Dan entah mengapa Juyeon malah menahan pergerakan Changmin saat itu, sedikit berbisik menanyai pertanyaan yang sama seperti Chanhee namun membuahkan jawaban berbeda. Jawaban yang ketus meminta Juyeon melepaskan cekalan tangan yang membuat langkah Changmin terhambat.

Setelah sedikit berdebat, akhirnya Changmin berhasil kabur dari Juyeon dan pertanyaan pertanyaan konyolnya yang tak juga berubah.

Suasana basecamp menjadi hening dan canggung, bahkan semua orang sibuk saling menyikut bertanya apa yang terjadi diantara sepasang kekasih itu.

Oh iya, Changmin adalah kekasih Juyeon enam bulan terakhir, bertemu di basecamp ini, modal dikenalkan oleh Kevin dan Jacob, keduanya akhirnya menjadi dekat. Ya Juyeon jatuh cinta duluan, gosipnya. Sunwoo tidak terlalu tahu, tapi ia yakin gosip itu benar adanya. Juyeon menghela napas lelah lalu duduk tepat di sebelah Sunwoo.

Semua mata tertuju padanya termasuk Chanhee yang baru masuk bersamanya. Chanhee, dan Juyeon adalah teman sekelas, satu jurusan dengan Sunwoo, Agribisnis. Kevin dan Changmin, berada dikelas yang sama di jurusan DKV. Younghoon, Hyunjae dan Jacob di teknik sipil dan Sangyeon adalah anak bisnis, bersama Haknyeon dan Eric. Mereka semua bertemu secara tak sengaja secara continue di warung kopi sebelah basecamp, dan berakhir menjadi teman dekat seperti saat ini. Oh mungkin lain cerita dengan Juyeon dan Changmin, Hyunjae dan Younghoon juga Eric dan Sangyeon. Mereka sepasang kekasih.

Lagi berantem Ju? Sorry gue gak tahu, main nyuruh gabung aja, kan jadi kabur si Changmin”

Juyeon meraih satu batang rokok diatas meja, milik Kevin. Menyalakannya dengan lemas dan mengangguk. “Agak salah paham dikit”

Dikit apaan anjing sampe kabur gitu anaknya pas lu dateng?” Kini Hyunjae ikut menimpali. Tangannya meraih rokok juga namun urung karena rupanya Younghoon mencubit pinggangnya agak keras menyuruhnya berhenti terlalu banyak merokok. Hyunjae tertawa kecil lalu mengecup kening Younghoon manja dan meminta maaf.

Kali ini kenapa lagi dah, juy?”

Juyeon menggeleng sedikit tidak yakin tapi ia tahu jelas alasan Changmin marah padanya karena ia membatalkan janji kencannya secara tak sengaja dan malah pergi bersama beberapa teman perempuannya dikelas tanpa memberitahu Changmin. Alhasil pemuda manis itu harus menunggu Juyeon seharian dan berakhir ia kehilangan mood setelahnya.

Ya lagian kok bisa gak ngabarin sih Juy, kasian si Changmin anjir nungguin dari kelar kelas sampe isya kali ya waktu itu”

Lupa, sumpah lupa. Bukan sengaja.”

Terus udah minta maaf belom? Minta maaf dong”

Baru sekali di chat doang tapi gak di respon, nanti deh minta maaf lagi lebih proper”

Sunwoo sedari tadi hanya diam menyimak percakapan kakak-kakaknya tentang Juyeon dan Changmin, sedikit paham bahwa memang tidak enak rasanya menjadi Changmin yang menunggu Juyeon dalam waktu yang sangat lama.

Sunwoo, ada driver diluar”

Dengan secepat kilat, tangan Sunwoo meraih lembaran uang diatas meja dan berlari mengambil pesanan. Setelah berterimakasih, ia kembali dan membagikan makanannya.

Nih buat Kak Juyeon, vanilla latte”

Aku gak merasa mesen tuh, kok dikasih?”

Ini harusnya punya kak Changmin, ice coffee, tapi kan kak Juyeon gak suka ice coffee kedai ini, jadi nih vanilla latte, tukeran sama punyaku aja. Biar moodnya naik dikit” lalu Sunwoo tersenyum manis. Membuat Juyeon mau tak mau menerimanya sambil berterimakasih. “Padahal gak usah repot-repot, nu”

Ya aku juga gak mungkin minum kopi dua gelas, satu aja kadang-kadang bikin lambung begah”

Habis bergadang lagi ya?”

Sunwoo mengangguk, “biasalah pak Franky....”


Semua orang larut dalam percakapannya masing-masing. Eric, Sunwoo dan Haknyeon juga fokus pada makanan ditangan mereka. Haknyeon curi-curi pandang melirik Sunwoo yang membuatnya risih. “Apa sih, Nyeon ah!!”

Haknyeon tertawa kecil, “masih aja ya Nu? Gue kira udah ilang”

Tiga tahun lho anjir awet juga” sambung Eric.

Sunwoo tentu tahu kemana percakapan ini berjalan. Pada Juyeon. Salah satu anak Adam yang ada disana. Sunwoo merotasikan matanya malas dan melanjutkan makannya. “Sayang banget keduluan ya, udah gua bilang juga apa dari awal tuh maju, bego. Diem mulu sih”

Sunwoo melempar bawang goreng pada Haknyeon menyuruhnya diam. Dia tidak butuh komentar seperti itu dari temannya. Eric hanya tertawa melihat kedua temannya berkelahi. “Udah, udah. Nanti kedengeran orangnya, ege”

Dan ketiganya melanjutkan makannya.

Oke jadi, ceritanya darimana ya?

Oh.. mungkin dari awal Sunwoo masuk kampus ini ya? Ia bertemu dengan Eric dan Haknyeon sebagai teman satu kelompoknya saat ospek dulu, dan ketiganya menjadi teman dekat meskipun berbeda jurusan. Sunwoo yang malam itu mengerjakan tugas di kostan Eric, akhirnya bertemu dengan Juyeon, roomate Eric. Mereka berkenalan, dan lumayan sering bertemu karena saat itu kost-kostan Eric menjadi tempat pelarian Sunwoo dan Haknyeon kala lelah habis menjalani hari-hari ospeknya.

Keempatnya semakin kenal, semakin sering mengobrol, semakin dekat dan entah kenapa hari itu, Sunwoo merasakan hal lain tentang Juyeon. Ada desiran aneh menjalar di rongga dadanya saat berjumpa dan mengobrol dengannya. Ada tatapan puja yang dihantarkan Sunwoo setiap kali menatap Juyeon. Ada kupu-kupu cantik yang menggelitik dirinya kala berbicara berdua dengan Juyeon. Ada degup jantung yang tak lazim saat mereka berdekatan.

Dan kedua temannya tau, ada yang lain dari Sunwoo untuk Juyeon.

Bisa dibilang, Juyeon dan Sunwoo setelah itu memang menjadi dekat. Keduanya di jurusan yang sama. Keduanya juga memiliki selera musik yang sama, club bola favorit yang sama, dan juga kecintaannya pada futsal, akhirnya membuat hubungan keduanya baik. Di awal-awal masa perkuliahannya, Juyeon banyak ambil peran membantu Sunwoo, sebelum akhirnya digantikan oleh Chanhee, kakak kelas saat SMAnya yang ternyata juga kuliah disana. Sunwoo awalnya pulang pergi kuliah dari rumah, memakan waktu empat puluh lima menit perjalanan jika tidak macet, dan saat ia memutuskan untuk mencari kostan, Juyeon juga lah yang membantunya, membantunya mencari kost-an yang nyaman dan membantunya mengangkut barang ke kamarnya. Namun sayang tak lama, Sunwoo kurang nyaman akan tetangganya kala itu yang dikenal memiliki perangai kasar dan akhirnya ia pindah ke kostan Chanhee, lebih dekat dengan kampus dan ya menjadi lebih dekat dengan teman-temannya yang lain, tentu Juyeon ada andil didalamnya. Ikut mengemas dan membantunya pindahan.

Haknyeon dan Eric berpikir bahwa hubungan Sunwoo dan Juyeon mungkin akan berbuah manis. Dimana Juyeon juga terlihat nyaman dan suka berada dekat dengan Sunwoo. Entah mungkin Juyeon menganggap Sunwoo adik manis yang mirip rakun atau Sunwoo adalah teman satu frekuensinya, hanya Juyeon yang tahu. Namun Haknyeon dan Eric memiliki feeling bagus jika Sunwoo mau lebih giat lagi menunjukkan gelagat sukanya pada Juyeon.

Namun hari itu, di basecamp, tersiar kabar bahwa Juyeon mengincar Changmin, pemuda manis dari kostan elite, anak DKV, teman Kevin yang terlihat sangat bersinar dibandingkan Sunwoo si anak biasa-biasa saja. Dan hal itu cukup mematahkan hati Sunwoo. Haknyeon dan Eric adalah mereka yang ikut menyesal karena ternyata semuanya melenceng dari prediksi.

Dan akhirnya, Juyeon dan Sunwoo yang awalnya dekat, lama-lama terlihat seperti teman biasa. Oh mungkin karena Sunwoo sengaja memberi jarak setelahnya. Namun ya, hal itu tidak membuat Sunwoo berhenti baik pada Juyeon, apalagi berhenti jatuh cinta pada pemuda Januari itu.


Saat matahari tenggelam, semua orang akhirnya undur diri, Juyeon menyusul Sunwoo yang melangkah menjauh dari basecamp, “Nu, bentar”

Sunwoo berbalik menatap Juyeon penuh tanda tanya, Juyeon terlihat sedikit gugup dan tidak enak entah untuk apa, “Kenapa sih kak malah bengong gitu, ada apa?”

Abis ini, free gak, Nu? Mau ngajak jalan-jalan aja gitu, mungkin makan di angkringan gitu sambil liat live musik?”

Sunwoo terkekeh geli lalu tersenyum setelahnya, “boleh, jemput aja di kostan, mau mandi dulu sekalian simpen gitar”

Senyum Juyeon kian cerah, gugupnya hilang. Setelah berterimakasih, keduanya berpisah menuju tempat pulang masing-masing.


Sunwoo membuka pintu kamarnya, rambutnya masih basah karena baru selesai mandi. Mempersilakan Juyeon masuk dan menunggu didalam. “Ini kak Changmin apa gak makin marah ya, kakak malah milih main sama aku daripada minta maaf?” Usilnya. Muka Juyeon tertekuk masam membuat Sunwoo tertawa.

Tadi udah spam chat sama telfon tapi dia reject. Mungkin dia butuh waktu”

Sunwoo menyampirkan handuknya pada paku dan meraih hair dryer untuk mengeringkan rambut coklatnya. “Mau makan di alun-alun? Katanya ada live musik disana”

Boleh, aku terserah yang ajak aja lah”

Makasih ya Nu karena selalu baik... Kalau bukan sama kamu, gak tahu deh mungkin malam ini stress sendirian kali ya, hahaha. Eric sih mana mau direcokin gini, yang ada nanti kabur pacaran sama Kak Sangyeon daripada dengerin aku curhat”

Sunwoo tersenyum manis. Ia adalah teman baik bagi Juyeon. Sunwoo juga tidak bisa protes. Jika Juyeon menilainya begitu, ya terserah.

Apa dah makasih makasih gitu kayak ke siapa aja”

Enggak nu beneran. Makasih banyak ya”

Sunwoo membalikkan badannya, menatap tepat ke netra hitam Juyeon, tangan Juyeon terangkat membelai rambut yang baru kering itu, “beneran, makasih.”

Sunwoo mengangguk dan tersenyum, “iya, iya Abang...”

Hahahaha udah lama banget ya gak denger panggilan itu”


Honda jazz merah milik Juyeon terparkir rapi tepat didepan warung angkringan yang terlihat cukup padat itu. Suasana alun-alun malam ini benar-benar ramai. Terdengar sayup-sayup suara musik mengalun, hilir mudik orang-orang membuat jalanan menjadi penuh dan membuat lalu lintas menjadi padat merayap. Juyeon menarik tangan Sunwoo melesak masuk ke warung angkringan dan memesan beberapa menu favorit mereka. Sunwoo dengan jaket tebalnya berwarna hitam itu dengan cekatan mengambil beberapa tusuk sate kulit dan sate ayam yang menjadi favorit mereka. Juyeon juga tak lupa mengambil menu lain dan memesan minum.

Malam itu Juyeon dan Sunwoo menikmati kebersamaan mereka. Dengan sebatang rokok masing-masing terselip di jari mereka, mengobrol dengan santai, diselipi beberapa candaan hingga keduanya tertawa. Juyeon selalu suka menghabiskan waktu bersama Sunwoo, ia seperti dapat melupakan semua yang membebaninya akhir-akhir ini. Berat di bahu dan kepalanya seketika menguap ketika bertemu dan bercengkrama bersama adik kecilnya ini.

Tubuh ramping Sunwoo tenggelam dalam balutan jaket tebalnya, membuatnya terlihat menggemaskan, dengan rambut halus berwarna coklat. Mata bulatnya terlihat bersinar, memancarkan kehangatan dan keramahan yang nyata, yang sampai pada hati Juyeon. Yang pelan-pelan mengangkat beban yang mengganjal. Saat makanan dan minuman mereka disajikan, keduanya tanpa ba-bi-bu lagi mematikan rokok masing-masing dan mencuci tangan.

Juyeon menggulung lengan sweeaternya, tangannya mencubit kulit paha ayam miliknya dan menyimpannya di piring milik Sunwoo, tentu Sunwoo tertawa kegirangan mendapat kulit ayam cuma-cuma, “thankyou my bro” katanya. Juyeon tak kuasa menahan gemas lalu secara tak sengaja mengusak rambut itu, “Udah ayo cepetan dimakan, all on me”


Setelah perut terisi penuh, Juyeon dan Sunwoo berjalan-jalan di sekitar alun-alun, menyusuri taman alun-alun yang bersinar terang karena lampu-lampu yang menghiasi, alun-alun terlihat lebih ramai dari biasanya. Mungkin karena sudah masuk weekend, banyak orang yang menghabiskan malam seperti mereka. Tangan kiri Sunwoo asyik memegang satu bungkus sempol ayam, berjalan mendengarkan Juyeon menceritakan pengalaman KKNnya yang menyenangkan sambil mengunyah. Juyeon terlihat antusias menceritakan banyaknya kejadian lucu dan pengalaman seru yang ia lewati semasa KKN. Diam-diam Sunwoo tersenyum dalam kegiatannya mengunyah. Ia senang bisa membuat Juyeon terlihat begitu nyaman dan bahagia, melupakan semua kekhawatiran yang bersarang di kepalanya. Melupakan bahwa hari-harinya berjalan begitu berat. Melupakan sejenak fakta bahwa ia tengah bertengkar dengan kekasihnya.

Tangan Juyeon menariknya menuju kerumunan orang-orang yang tengah menonton live musik. Biasanya jika sedang beruntung, mereka akan mendapati Jacob, salah satu teman mereka tampil diacara seperti ini. Namun hari ini Jacob tengah sibuk mengisi acara grand opening salah satu cafe di pusat kota. Juyeon dan Sunwoo mulai menikmati lagu-lagu yang disajikan. Sunwoo sedikit mencuri pandang pada lelaki yang lebih tinggi darinya. Wajahnya tampak berseri, tatapannya tulus, begitu juga senyumnya. Moodnya terlihat baik.

Aku harus berterima kasih sama kamu” Juyeon sedikit mengencangkan suaranya agar terdengar oleh Sunwoo.

Telinga keduanya dapat menangkap para pengunjung mulai ikut bernyanyi mengikuti alunan musiknya.

Makasih ya Nu. Makasih banyak”

Sunwoo mengangguk, tangannya menepuk pundak kokoh pemuda Januari itu. Lalu keduanya fokus pada penampilan selanjutnya.

Mungkin benar Sunwoo adalah orang baik. Yang meskipun patah, ia tetap tak menyerah. Perasaannya adalah miliknya. Tanggung jawabnya. Masa dimana Sunwoo memilih untuk menyembunyikan semuanya, membuat Juyeon tak harus melakukan sesuatu untuknya guna mengobati luka yang terjadi sebab cintanya tak berbalas. Sunwoo cukup senang berada disamping Juyeon, berbagi banyak cerita, berbagi banyak tawa, berbagi keluh kesah, melewati hari-hari sebagai kakak dan adik tingkat di jurusan yang sama. Sunwoo cukup puas, jika ini yang semesta hadiahkan padanya, maka Sunwoo dengan senang hati menerimanya.

Menerima fakta bahwa orang yang ia kasihi mencintai pemuda lain tentu sulit bagi siapapun insan yang merasakannya. Sunwoo juga tak mudah melewati semuanya. Ada ikhlas yang sampai detik ini masih ia kejar.

Juyeon adalah pusat rotasinya. Bahagia Juyeon adalah bahagia Sunwoo. Selalu itu yang ia tanamkan. Mencintai Juyeon adalah rutinitas. Dan bahkan saat Juyeon mencintai yang lain, Sunwoo tak juga berhenti.

Cinta adalah anugerah. Dan kehadiran Juyeon pun sama.

Sunwoo tak memaksa. Tujuannya mencintai Juyeon tulus adanya. Tidak menuntut balas, karena Juyeon tentu menempatkan Sunwoo di hatinya, di tempat yang berbeda dari kekasihnya. Dan Sunwoo anggap itu lebih dari cukup. Sunwoo takkan memaksa cintanya berbalas. Cukup sayangnya saja tersampaikan.

Ibu selalu bilang, sayangilah semua orang yang menyayangimu. Hormati semua keputusan mereka meskipun itu sangat jauh berbeda dengan ekspektasimu.

Mungkin jatuh cinta pada Juyeon adalah salah satunya. Salah satu cara Sunwoo belajar menghormati dan ikhlas.

Saat pertama Sunwoo menaruh hati pada Juyeon, tak pernah sedikitpun terlintas dipikirannya bahwa mungkin suatu saat nanti perasaannya akan berbalas, karena memang Sunwoo pandai menyembunyikannya.

Sejauh ini hanya Eric dan Haknyeon. Tidak ada lagi yang tahu bahkan Chanhee kakak kelasnya.

Menjalani hari dengan menaruh hati pada Juyeon terasa lebih menyenangkan. Sunwoo berterimakasih pada Tuhan dan semestanya, hidupnya menjadi sedikit lebih berwarna dari biasanya. Hari-hari masa perkuliahannya terasa lebih menyenangkan meskipun banyak rintangannya.

Tangan Juyeon merangkul bahu Sunwoo, pemuda April itu terlihat sedikit kedinginan padahal sudah memakai jaket tebal, maka dengan cekatan Juyeon merangkulnya mendekat, siapa tau ia bisa membantu Sunwoo untuk sedikit lebih hangat.

Degup jantung Sunwoo tentu tak pernah bisa biasa saja jika harus dihadapkan pada pemuda mancung satu itu. Selalu ribut, selalu tak sabaran. Kupu-kupu di perutnya seperti berterbangan.

Kak, udah malem. Pulang yuk? Kostan kakak kan ada jam malam”

Juyeon menepuk jidatnya karena terlalu asyik. Ia mengangguk dan akhirnya keduanya berjalan menuju tempat mereka memarkirkan kendaraan.

Seneng gak malam ini, kak?”

Seneng, seneng banget. Makasih ya Nu”

Sunwoo tersenyum.

Masih ada ikhlas yang harus ia kejar. Masih ada ikhlas dimana Sunwoo masih harus banyak belajar.

Habis ini, pergi ke kostannya kak Changmin kalau belum kemaleman, minta maaf yang bener, jelasin yang bener. Aku kalo jadi kak Changmin juga bakalan bete banget sih, nunggu seharian ujung-ujungnya gak jadi dan gak dikabarin.”

Juyeon menggaruk tengkuknya canggung lalu mengangguk, “mampir beli martabak dulu gitu ya buat Changmin?”

Sunwoo tertawa, “boleh...”


Juyeon mengetuk pintu kostan berwarna abu-abu itu. Malam semakin larut, jam tangannya menunjukan pukul sembilan lewat dua puluh menit. Setelah mengantar Sunwoo pulang, Juyeon memilih menemui kekasihnya untuk meminta maaf atas kesalahan yang telah ia perbuat. Dengan muka masam dan mood yang masih berantakan, Changmin membuka pintu, membiarkan Juyeon menjelaskan penyesalannya panjang lebar didepan pintu tanpa di persilakan masuk.

Muka Juyeon terlihat begitu memelas hingga akhirnya Changmin tak tega.

Lain kali kalau gak jadi ya gapapa, tapi kabarin aku. Aku harus cancel kerja kelompok sama Donghyun waktu itu gara-gara mau jalan sama kamu, taunya kamu malah gak jadi dateng”

Juyeon meraih tubuh mungil itu dalam pelukannya, keduanya berbaikan setelah maaf Juyeon diterima. Dan akhirnya, Juyeon dipersilakan masuk, menghabiskan sisa malam dan martabak manis kesukaan sang pujaan bersama. Hingga akhirnya tidur berbagi peluk di satu kasur yang sama.


Pukul sebelas lebih empat puluh lima malam itu, saat Sunwoo selesai membereskan laundryannya, tangan Sunwoo membuka aplikasi chatting setelah nada notifikasi masuk terdengar.

Senyum Sunwoo merekah sedikit setelah membaca deretan pesan masuk. Sunwoo tidak berniat membalas, maka ia mengunci layar handphonenya dan mematikan lampu tidur.

Karena tujuan mencintainya sejak awal ialah tulus, maka Sunwoo akan dengan senang hati menerima apapun yang sudah digariskan oleh Tuhan padanya.

Karena saat Sunwoo memilih mencintai Juyeon, ia akan ikut senang saat Juyeon merasa bahagia. Dan jika itu bukan dirinya, tak apa. Bahagia Juyeon adalah segalanya bagi Sunwoo. Jika semesta tak menggariskan Sunwoo sebagai sumber bahagia bagi Juyeon, maka ia akan membiarkan semesta bekerja sebagaimana semestinya.

Sunwoo? Sudah tidur belum? Aku ketiduran di kostan Changmin, udah dimaafin. Makasih ya sarannya. Kapan kapan kita harus makan bareng lagi, gak mau tau. Good night, anak rakun!

Fin