milbbang oneshoot AU!
❗⚠️ : kissing scene, harsh word
Tanggal cantik, tanggal yang pas untuk menghabiskan waktu bersama terkasih.
Akhir Januari lalu, Kim Younghoon dan Lee Hyunjae yang akhirnya selesai melaksanakan KKN, bergegas pulang ke kampung halaman masing-masing, melepas rindu dengan orang-orang rumah, sambil tetap menggarap laporan yang harus tetap di setorkan.
Kim Younghoon dan Lee Hyunjae, adalah sepasang kekasih yang dikenal oleh teman satu angkatannya sebagai “si paling langgeng”, karena pasalnya mereka menghabiskan waktu berdua sebagai sepasang kekasih sudah sejak tujuh tahun lalu. Keduanya kebetulan KKN di desa yang sama, dan lebih banyak bisa menghabiskan waktu bersama juga. Teman-temannya banyak sih yang ceng-cengin, yang ya.. cuma dikasih cengiran lebar aja dari keduanya.
Setelah dua minggu di rumah masing-masing, akhirnya Hyunjae dan Younghoon memutuskan untuk kembali saling bertemu, sekedar mengisi waktu luang sepulang kuliah. Makan di resto baru yang belum mereka kunjungi, jalan-jalan ke tempat-tempat baru, library date, dan mencoba cafe-cafe yang katanya memiliki WiFi kencang untuk mengerjakan tugas. Keduanya masih seperti biasanya. Masih seperti sepasang kekasih pada umumnya. Masih Hyunjae untuk Younghoon seperti hari-hari kemarin. Tidak ada yang spesial. Dan mungkin, memang terkesan biasa saja dan tidak ada yang menarik.
Gaya pacaran mereka katanya gaya pacaran anak SMP. Pasalnya, skinship terjauh mereka hanya sampai ciuman saja.
Ya, Hyunjae memang pemuda yang begitu. Menjunjung tinggi Younghoon diatas segalanya. Lagipula, Hyunjae merasa cukup. Tidak usah yang aneh-aneh lah, katanya. Cukup jadi seperti ini terus pun tak masalah. Pun Younghoon sama seperti Hyunjae. Tak pernah menuntut banyak hal diluar kesepakatan keduanya. Tak pernah minta yang aneh-aneh, tak pernah merasa bahwa Hyunjae harusnya melakukan sesuatu dalam hubungan mereka. Younghoon merasa kehadiran kekasihnya saja sudah banyak memberi warna dan perubahan. Tujuh tahun bersama, bukan hal mudah yang bisa sembarang orang lewati. Banyak kerikil tajam dijalan yang mereka lalui. Maka, kehadirannya sudah cukup bagi Younghoon. Asal tak pernah lepas untuk saling menggenggam dan mencinta, cuma sampai ciuman pun tak masalah baginya. Hyunjae adalah kekasih ideal, yang akan dengan bangga Younghoon pamerkan pada dunianya.
Hari kasih sayang juga dilewati biasa saja. Keduanya berjalan-jalan ke sebuah supermarket besar di kotanya, membeli bahan-bahan masakan titipan ibu masing-masing untuk mengisi stock di dapur, dan membeli coklat juga kue untuk dimakan bersama. Tidak ada kejutan Hyunjae mengetuk pintu dengan buket bunga besar atau apapun yang orang-orang lakukan. Hyunjae itu sederhana, dan Younghoon suka.
Karena yang terpenting bukan apa yang dilakukan olehnya, tapi dirinya sendiri. Katanya.
Prinsipnya sih begitu ya.
Hari ini, Hyunjae bertandang ke rumah sepupunya. Bercerita banyak hal tentang kegiatan KKN, games dan kisah cintanya. Yang tentunya disambut hangat oleh sepupunya itu. Juyeon tertawa saat mendengar hal-hal lucu dan menjawab sekenanya tentang cerita yang dihantarkan.
“Terus valentine kemarin ngapain sama kak Younghoon?”
“Grocery shopping terus makan coklat sama kue di rumahnya, habis itu nonton film gitu deh.”
“Ah elah, dari dulu selalu aja monoton kegiatannya”
“Eh yang penting itu sama orang tercintanya, bukan apa yang dilakukannya, tau!”
“Basi kak! Kak Hyunjae gak pernah kan kasih gebrakan, gitu-gitu aja. Cupu”
“Ya terus harus ngapain emang pas Valentine? Tiap hari juga hari kasih sayang kok”
“Aku aja candle light dinner sama Changmin. Aku bawain kado buat dia, wishlist dia selama ini. Terus aku ajak makan makanan yang belum pernah dia coba. Aku ajak jalan-jalan, sorenya sampai malem kita ke pantai, makan malam sama minum dikit. Ciuman deh”
Hyunjae menampar paha sepupunya yang terekspos bebas sambil menggerutu, “ciuman ciuman, enak banget ngambil kesempatan”
“Lho, kita sama-sama saling jatuh cinta lagi pas itu. Jadi kita ciuman deh. Tadinya mau lebih, tapi papi Changmin keburu telfon jadi kita pulang. Seenggaknya, setahun sekali itu kalau hubungan bikin moment baru yang berbekas jadi kenangan kak. Biar kita bisa inget-inget lagi debaran jatuh cinta sama pasangan kita. Kalau tiap hari monoton gitu-gitu aja mah, gak ada kesan-kesannya selama pacaran, gak seru!”
Hyunjae mendecak lidah, sambil membuang muka. Sedikit banyak perkataan Juyeon memancing ego dan menggores harga dirinya. Iya juga sih, selama ini hal-hal yang mereka lakukan terkesan biasa saja. Pelukan dan ciuman saja tidak cukup. Meski mereka selalunya masih teringat moment-moment kecil seperti ciuman pertama mereka, pelukan pertama, gandengan tangan pertama, resto pertama yang mereka kunjungi setelah pacaran, menu makanannya, dan hal-hal kecil lain yang tentunya masih membekas jelas di ingatan.
Tapi perkataan Juyeon ada benarnya. Hyunjae harus mencoba melakukan sesuatu yang sebelumnya tak pernah ia lakukan, sedikitnya ia ingin kembali merasakan debaran jatuh cinta itu, seperti tujuh tahun lalu saat ia memutuskan untuk mengikat Younghoon dalam hubungan yang lebih dari teman. “Pacaran sejak SMP jangan sampe hal-hal yang kita lakuin juga kayak bocah SMP. Eh lagian, bocah SMP jaman sekarang udah lebih romantis dari kak Hyunjae kayaknya” lalu setelahnya Juyeon tertawa yang membuat Hyunjae kembali meringis sebal.
“Terus gimana, mau gimana ke depannya?”
Hyunjae menyenderkan bahunya pada sofa rumah sepupunya, masih dengan rokok yang menyala terhimpit di kedua jarinya. Juyeon menghembuskan asap rokok sambil menatap sepupunya yang tengah berpikir, “maunya sih serius”
“Ya seriusin lah, masa tujuh tahun pacaran ujung-ujungnya gak diseriusin sih kebangetan” Juyeon menekan rokok yang sudah pendek lalu menyesap kopinya pelan-pelan.
“Kalau diajak tunangan, Younghoon mau gak ya?”
Kopi itu buru-buru Juyeon telan, kakinya bergerak excited mendengar pertanyaan Hyunjae yang samar. “Maju aja kak! Kak Younghoon pasti seneng diajak serius sama kak Hyunjae”
“Ya tapi lulus aja masih jauh, baru juga kelar KKN kemarin.”
“Lho ya gak apa-apa tunangan doang, nikahnya nanti aja kalau sama-sama udah mapan, kayak cita-cita kalian itu”
Hyunjae menyesap rokoknya sekali lagi lalu mengepulkan asapnya pelan-pelan sambil menerawang. Hyunjae itu sayang sekali pada sosok pemuda jangkung berkulit putih itu. Tak ada yang tak pernah disyukurinya setelah mengenal Younghoon. Ia sangat memuja kekasihnya. Apa yang ia lakukan, setiap ia bicara, setiap kali ia tersenyum, semuanya Hyunjae suka. Dari ujung kepala hingga ujung kaki, Hyunjae suka. Tak ada yang lain selain Younghoon di hatinya. Meski banyak orang-orang yang mendekat padanya, Hyunjae tak pernah sekalipun berpaling.
Putus nyambung yang pernah mereka lalui semata-mata hanya karena bosan dan pertengkaran karena perbedaan pendapat. Namun setelahnya, mereka akan kembali bersama setelah merenungi kesalahannya.
Jauh dalam lubuk hatinya Hyunjae selalu diliputi rasa takut. Takut Younghoon bosan, takut Younghoon berpaling, takut Younghoon jenuh, dan banyak lainnya yang ia takutkan. Hyunjae takut Younghoon pergi, Hyunjae takut Younghoon meninggalkannya. Hyunjae menggenggam Younghoon terlalu lama dengan cara yang sama, Hyunjae selalu takut bahwa Younghoon bosan hingga akhirnya lepas.
“Kak! Malah bengong..”
Hyunjae menoleh ke arah Juyeon lalu mematikan rokoknya. Tangannya meraih air putih dingin lalu meminumnya hingga tandas, “nanti deh dipikirin lagi. Tunangan kan harus izin orang tua dulu. Gak mungkin ayah bunda dilewat, gak mungkin papa mamanya Younghoon juga gak aku mintain restu”
“Mumpung tiga hari lagi tanggal cantik, pikirin aja dari sekarang. Izin sama Tante sama om, mau serius sama kak Younghoon, mereka sreg gak sama anaknya, boleh gak kalau tunangan. Pasti kak Younghoon seneng banget sih diseriusin..”
Hyunjae tersenyum kecil lalu mengangguk. Mungkin pulang dari sini ia akan segera bertanya pada kedua orang tuanya.
“Ayo genshin lah, keburu makin sore nanti kak Hyunjae diminta jemput Tante, lagi”
Malam hari itu, tepat tanggal dua puluh satu Februari, Lee Hyunjae bilang kalau besok Younghoon harus dandan yang rapi. Semalam, ibunya juga tiba-tiba memesan catering yang entah untuk apa. Sedikitnya membuat Younghoon berdebar gak karuan. Sebab Hyunjae sebelumnya tak pernah begini.
“Besok siang aku main ke rumah ya, mau ketemu Bori katanya udah selesai operasi kan? Tapi kebetulan ayah bunda mau ikut juga nih, jadi kamu dandan aja yang rapi” katanya. Younghoon merengut sambil memandang layar handphonenya, “tumben banget sih mau main aja rombongan sama ayah bunda. Pantesan mamaku kemarin pesan catering”
Hyunjae tertawa dibuatnya. Jujur, setelah dari rumah Juyeon hari itu, Hyunjae benar-benar mengatakan niat hatinya pada kedua orangtuanya, yang disambut dengan gembira oleh keduanya. Bunda suka pada Younghoon, dan merasa senang saat anaknya memiliki niat serius setelah tujuh tahun lamanya. Hyunjae berkomitmen untuk mengikat Younghoon dulu sampai akhirnya nanti semakin melangkah pada jenjang pernikahan. Dan ucapannya senantiasa diaminkan.
Maka besoknya, saat Younghoon pergi ke kampus untuk menyerahkan tugas, Hyunjae diam-diam datang ke rumahnya, berbicara pada mama Younghoon tentang niatnya, yang tentu disambut antusias olehnya. Mama Younghoon segera mengabari suaminya, dan restu dari keduanya dikantongi oleh Hyunjae setelahnya.
Biarlah ini menjadi rahasia katanya, Younghoon biar tahu nanti saja.
“Ayang, ngantuk ya?”
Hyunjae memperhatikan bagaimana mata kekasihnya semakin sayu dan memberat, beberapa kali kekasihnya terlihat menguap dan hanya fokus mendengarkan cerita Hyunjae tentang kesehariannya. Younghoon tersenyum kecil sambil mengucek matanya, ia mengangguk kecil sambil menarik selimut abu-abunya hingga pipi, “ngantuk, nje. Tapi aku dengerin kok kamu cerita apa tadi”
Hyunjae tersenyum lalu mengangguk, “ya sudah tidur aja ya. Besok siang aku mampir pokoknya. Mau aku bawain apa, hm?”
Younghoon menutup matanya sambil menggeleng, “bawa ayah bunda aja ke rumah, aku kangen main sama mereka.”
“Aku bawain kue keju yang biasa itu mau?”
Younghoon mengangguk kecil dan akhirnya tertidur pulas, tanpa mematikan sambungan video call di handphonenya. Hyunjae tertawa setelah mengucapkan selamat malam dan menutup telfonnya. Kekasihnya benar-benar menggemaskan.
Pukul sembilan, rumah Younghoon terasa lebih berisik dari biasanya. Terdengar suara mama menggema di lantai satu rumahnya hingga mengusik tidurnya. Younghoon bangun subuh untuk mengerjakan tugas lalu kembali tidur setelahnya, tapi suara mama di lantai bawah ternyata lebih ampuh dari alarm yang tidak ada efeknya. Younghoon masih dengan piyama yang ia kenakan duduk terbangun dari tidurnya, mengucek matanya membiasakan cahaya masuk. Sampai akhirnya ia menoleh ke arah pintu yang terbuka, “eh udah bangun.. buru turun kata mama”
“Kakak kok ada di sini?”
“Pulang, mama papa yang minta. Ayo turun buat sarapan, keburu mama yang naik kesini buat bangunin”
Younghoon mengangguk mengiyakan hingga kakaknya menutup pintu dan pergi meninggalkannya. Kakak Younghoon sudah sejak dua tahun lalu mengontrak rumah di kota seberang sebab harus bekerja disana. Memang tak memakan waktu yang terlalu lama sih untuk pulang ke rumah, tapi lebih efisien dan hemat waktu juga jika akhirnya harus tinggal disana. Dan tumben sekali ia pulang. Biasanya sebulan sekali baru akan pulang, itupun saat ada moment moment tertentu atau memang sengaja ambil cuti.
Teriakan kakaknya menggema menyuruhnya turun dan makan, yang akhirnya dengan berat hati Younghoon segera turun menuju ruang makan, tentunya setelah mencuci muka dan menyisir rambut yang acak-acakan.
“Lho papa gak kerja? Kok jam segini masih di rumah?”
Younghoon berhenti di depan meja makan menatap heran pada keluarganya yang entah mengapa menjadi lengkap hanya untuk sekedar sarapan di hari Selasa di penghujung Februari ini. Ayahnya tersenyum jahil, “masa papa kerja pas orang tua Hyunjae mau main ke sini sih. Papa juga mau dong ngobrol sama papa Hyunjae. Kita juga mau main golf nanti akhir bulan”
Younghoon menjatuhkan bokongnya di kursi sambil menggedikkan bahunya tak acuh, “kakak juga tumben pulang, kayak tiba-tiba banget”
“Lho kan akhir bulan, bisa-bisanya bilang tumben”
“Gak tahu ah, aneh aja gitu. Makan apa nih hari ini?wah.. ada roti pisang! Mau dong, ma”
“Iya boleh ambil aja, nasi juga makan aja kalau mau, bibi tolong bikinin susu ya empat. Makasih bi...”
Jam sepuluh pagi, Younghoon mengisi mangkok makan dan minum Bori di kamarnya, tangannya tak berhenti mengusap bulu-bulu anjing manis tersebut. Kemarin bori sakit, dan Younghoon sedih karenanya. Tapi melihat perkembangan Bori yang kini sudah sehat dan lincah lagi, Younghoon rasanya tak perlu khawatir.
“Anak pinter, toss dulu sama papa! Good job” Younghoon mengangkat bori kedalam pelukannya, tak hentinya dihujani cium dan pujian-pujian padanya.
“Kak!! Ada yang pencet bel” Younghoon berteriak saat telinganya menangkap sayup-sayup suara bel dibawah. Kakaknya membuka pintu kamarnya sambil menggerutu, “kenapa gak dibukain sendiri dah kalau denger?”
“Yeee kan lagi kasih makan Bori gimana sih. Udah itu cepet bukain ada tamu, tau”
Dan kakaknya dengan terpaksa akhirnya mengalah untuk membuka pintu.
“Eh Hyunjae. Masuk masuk, mama sama papa di belakang lagi beresin catering baru sampai.”
Hyunjae diambang pintu bersama kedua orangtuanya akhirnya masuk setelah berjabat tangan dan saling bertanya kabar. Kakak Younghoon mempersilakan ketiganya untuk duduk dan mengambilkan air minum. “Sebentar ya, aku kasih tau mama papa dulu”
“Makasih banyak ya kak, jadi ngerepotin gini”
Younghoon yang merasa penasaran tentang siapa tamu yang berkunjung akhirnya menuruni tangga dan sedikit mengintip. Matanya membelalak kaget sebab ternyata kekasihnya benar-benar datang ke rumah dengan kedua orangtuanya. Younghoon berlari kembali masuk ke dalam kamarnya dan mengganti pakaian, memasang baju yang lebih sopan lagi. Tangannya sibuk merias diri dan mengoleskan lipbalm di ranumnya. Menata rambut dan memakai parfum sambil terus berkaca, menilai penampilannya sendiri. Setelah dirasa cukup rapi dan sopan, akhirnya Younghoon buru-buru turun menghampiri Hyunjae, yang tentunya disambut pelukan hangat dari pemuda September itu, “kok gak ngabarin berangkatnya sih”
“Oh iya kelupaan, maaf ya. Nih kue keju sama tadi dikasih buah sama mamanya Juyeon..”
“Ih padahal gak usah repot-repot, tau” lalu setelahnya Younghoon menghampiri kedua orangtua Hyunjae, memberi salam dan peluk juga bertanya kabar. Membicarakan hal-hal ringan tentang kuliah dan KKN kemarin, hingga akhirnya kedua orangtuanya datang menyusul ke ruang tengah.
Younghoon akhirnya mengambil duduk di sebelah Hyunjae, sedikit deg-degan karena entah mengapa atmosfer di rumah ini jadi berbeda setelah kedua orangtua Hyunjae datang berkunjung. Ada debaran aneh yang entah datang dari mana, sedikit takut dan ragu-ragu karena katanya hanya akan main saja, tapi kenapa seperti ada niatan lain?
Younghoon menggenggam tangan Hyunjae erat, “nje ini ada apa sih? Katanya mau main... Kok kayak aneh aja gitu kayak beda”
Hyunjae tertawa lalu mengusak rambut kekasihnya gemas, “beda apanya sih? Emang gak boleh ya kita main? Ayah tuh sama papa katanya mau main golf kan akhir bulan? Mereka juga mau main kali, yang, kenapa sih”
Younghoon mencebikkan bibirnya lalu mencoba mempercayai kata-katanya, Hyunjae terlihat asyik bermain bersama Bori, begitu juga kedua orangtuanya yang saling mengobrol. Ada kakak Younghoon juga yang masuk ke dalam percakapan keempatnya, dan Younghoon semakin berdebar dibuatnya.
“Kakak Younghoon sudah punya gandengan, kan?”
Ia tersenyum manis sambil mengangguk, “ada Tante, kebetulan teman satu kantor.”
“Terus gimana orangnya, cocok?”
“Ya cocok cocok aja Tante, akhirnya ada yang pas sama kriteria pacar idaman aku”
Younghoon kini mulai tertarik pada pembahasan orang-orang dewasa disana, bagaimana mamanya bercerita tentang kesehariannya, arisannya, teman-teman satu kompleknya, kegiatan apa yang sedang ia tekuni, dan hal-hal lain yang membuat bunda Hyunjae juga tertarik dan ikut berbagi cerita. Juga kedua kepala keluarga bersama si kakak yang sibuk membicarakan agenda akhir bulan dan tempat golf mana yang ideal untuk disambangi.
“Udah siang, makan dulu yuk? Kalian pasti lapar, yuk.”
“Younghoon bilangin bibi siapin mejanya ya, kita makan dulu”
Younghoon mengangguk dan pergi ke ruang makan, berbicara pada asisten rumah tangganya. Hyunjae yang menyusul di belakang, dengan jahil melingkarkan tangannya pada pinggang ramping kekasihnya, “cantik banget sih hari ini hmm..”
“Apaan dah gombal, ayo makan dulu. Mama beli catering enak nih dari tetangga sebelah.”
Hyunjae mengecup pipi Younghoon dan akhirnya mengambil duduk disebelah kekasihnya.
Makan siang hari itu, rasanya juga sempurna. Dengan kehadiran tamu spesial di rumahnya.
“Nak Hyunjae katanya sekarang suka main futsal, ya?”
“Iya om. Sekarang suka diajakin gitu sama temen-temen kampus buat futsal. Kadang-kadang hari Minggu nge-gym juga sama mereka.”
“Ajakin dong Younghoon nge-gym, dia jarang olahraga nih akhir-akhir ini”
“Anaknya gak mau terus om, diajak jogging juga kadang ogah-ogahan”
Jawaban Hyunjae sukses membuat Younghoon memekik kesal sambil mencubit pahanya karena beraninya bongkar bongkar kartu.
“Gak apa-apa, bunda tetep suka kok sama nak Younghoon soalnya anaknya baik, rajin, bisa bikin Hyunjae kecipratan rajinnya juga..”
Kepala keluarga Lee siang itu selanjutnya berdehem, “nak Younghoon juga pasti bingung ya sama kedatangan kami kemari tiba-tiba di hari kerja datang rombongan bertiga kesini sambil bawa oleh-oleh itu juga alakadarnya”
Younghoon meremat ujung bajunya, semakin deg-degan karena akhirnya ayah Hyunjae angkat bicara.
“Kemarin siang, Hyunjae dateng nemuin mama disini di rumah, gak ada kamu katanya memang sengaja. Terus tiba-tiba minta izin buat bawa orangtuanya buat main ke rumah. Terus ya mama iyain saking senengnya, kan udah lama juga kita gak ketemu sama orangtua Hyunjae ya..”
Younghoon melirik ke arah kekasihnya dengan alis terangkat, seakan meminta jawaban atas apa yang diucapkan mamanya.
“Terus, Hyunjae tiba-tiba minta kakak pulang, minta papa libur juga. Ya mama kaget ya kok kenapa tiba-tiba nak Hyunjae minta izin begitu”
Younghoon semakin gugup hingga akhirnya tangan besar Hyunjae menggenggamnya dibawah meja, jempolnya dibawa untuk mengusap punggung tangan kekasihnya, sambil tersenyum manis dan mengangguk, mengkonfirmasi semua perkataan mama Younghoon siang itu.
“Jadi sayang, maksud kedatangan kami bertiga kemari, sebenarnya ingin membahas tentang hubungan kalian.”
Deg
Jantung Younghoon seperti berhenti berdetak mendengar perkataan ayah Hyunjae, “m-maksudnya om?”
Hyunjae menarik bahu Younghoon agar menatap kearahnya, “sayang. Kita berdua udah lewatin tujuh tahun bersama, bareng-bareng terus lewatin suka sama duka. Kemarin, pas hari valentine aku gak ngasih kamu sesuatu yang berharga, yang bisa diingat sepanjang perjalanan kita, sampai akhirnya Juyeon ngobrol banyak ke aku yang sedikitnya bikin aku sadar, kalau aku beneran sayang sama kamu, beneran cinta sama kamu, dan gak mau kamu pergi kemana-mana. Aku takut, takut karena selama ini gak pernah kasih kamu sesuatu yang baru, yang belum pernah kita lakuin sebelumnya, atau sesuatu yang bisa bikin kamu bangga punya aku, aku jadi takut kalau kamu bosen sama aku. Tujuh tahun dan aku rasa hubungan kita kan gitu-gitu aja ya, aku juga gak terlalu romantis orangnya, dateng ke rumah kamu mentok bawa martabak atau roti kesukaan kamu... Dan hari ini, tanggalnya cantik, ya kan?”
Younghoon mengangguk patah-patah, keringat dingin mulai membasahi dirinya. Debaran jantung itu semakin tak bisa ia kendalikan, Hyunjae menatapnya serius. Younghoon takut, ia tak bisa menebak apa yang Hyunjae lakukan sekarang.
“Nㅡnje... Kamu lamar aku?”
Pertanyaan Younghoon yang terbatas dengan nada lirih itu mengundang senyum dan kekehan geli dari seluruh orang yang menyaksikan, pun dengan kekasihnya yang masih menggenggam tangannya.
“Pengennya sih langsung lamar buat nikah tapi kita belum lulus kuliah, baru kemarin kelar KKN. gimana dong, yang? Gak apa-apa kan kalau lamarannya nanti nanti aja kalau kita udah sama-sama mapan, sesuai sama cita-cita kita?”
Younghoon mengangguk pelan masih dengan tatapan polos lugu yang belum bisa membaca situasi.
“Tapi aku mau ngajak tunangan, boleh kan?”
Younghoon membelalakkan matanya terkejut setengah mati sambil memukul bahu Hyunjae, “yang bener aja kamu!!?”
“Aduh, bener ayang. Aku datang kesini sama ayah bunda mau minta izin buat tunangan sama kamu, aku udah ngobrol sama mama kamu kemarin, sama papa kamu juga, mereka kasih restu, iya kan om Tante?”
Younghoon mendapati kedua orangtuanya mengangguk, “kakak juga udah kasih izin tadi pagi, dan sekarang tinggal kamu... Kamu izinin aku gak buat seriusin kamu? Aku mau ngajak kamu tunangan, yang.. bolehkah?”
Mata Younghoon memanas, ditatapinya netra Hyunjae itu sambil merengek lalu dengan kurang ajar memeluknya terlampau erat, demi Tuhan ia sangat bahagia. Tak pernah sebelumnya ia memimpikan hal ini akan terjadi, mendapati Hyunjae datang untuk maju ke jenjang serius membuat kupu-kupu dalam dirinya beterbangan tak tentu arah membuat dirinya diselimuti bahagia yang membuncah, “mau... Mau tunangan sama Nje...”
Jawaban Younghoon tak sadar membuat semua orang disana menghembuskan napasnya lega, dan akhirnya kedua kepala keluarga itu berbincang lagi untuk menentukan tanggal dan tempat untuk melaksanakan pesta pertunangannya. Masih dengan Younghoon yang setia memeluk kekasihnya, Hyunjae mengusap pinggang dan punggung Younghoon lembut sambil berterimakasih sebab sudah mengizinkan dirinya menarik Younghoon masuk lebih jauh pada kehidupannya.
Menjelang sore, Hyunjae pergi menemani Younghoon bermain bersama Bori di kamarnya, membiarkan kedua orangtua mereka sibuk dengan agendanya yang belum berubah juga. Saat pintu ditutup, sekali lagi Younghoon menghamburkan dirinya pada pelukan Hyunjae yang terasa sangat aman dan nyaman baginya, kembali menangis terharu terlalu bahagia dengan semuanya yang telah terjadi.
Hyunjae dengan senang hati mengecup pipi dan hidungnya dengan lembut hingga berakhir saling memagut ranum masing-masing. Younghoon mengalungkan tangannya pada leher Hyunjae dan memiringkan kepalanya guna memperdalam ciuman.
“Terimakasih banyak, sayang, udah izin aku buat ambil kamu ke jenjang yang lebih serius. Aku takut tadinya kamu gak mau kalau aku minta tunangan secepet ini, kan kita belum lulus”
“Nje apaan sih pake boong segala mau main ke rumah, bilang aja mau tunangan gitu kan aku harusnya dandan lebih baik dari ini, masa tunangan aku pake kemeja gini sih”
Hyunjae tertawa sambil kembali memeluk kekasihnya. Keduanya akhirnya rebah diatas kasur tempat dimana biasa Younghoon mengambil foto-foto imut beberapa Minggu terakhir yang dikirimkan padanya. “aku sayang banget sama kamu, tapi kata orang-orang aku kurang romantis, gaya pacaran kita kayak anak SMP, makanya aku kepancing, yaudah aku ngajak tunangan aja, karena aku takut kamu juga bosen sama aku”
Younghoon bangkit dari rebahnya, hingga akhirnya naik ke atas perut Hyunjae dan menangkup pipi kekasihnya sayang, dikecupnya berkali-kali bibir merah menganggur milik kekasihnya itu, biarkan Younghoon yang memimpin ciumannya, batin Hyunjae. Hyunjae dengan senang hati menerimanya.
“Aku gak akan bosen pacaran sama hyunjae, apapun yang nje lakuin, semuanya aku suka. Meskipun cuma makan batagor pinggir jalan, aku seneng kok. Apalagi diajak tunangan”
Hyunjae tersenyum sambil menyatukan dahi keduanya, tangannya meraih jemari Younghoon dan menyematkan cincin silver di jari manis kekasihnya.
“Cantik banget ya kalau kamu pake”
Younghoon mengangguk menyetujuinya. “cie sekarang punya cincin samaan”
“Cieee Younghoon tunangan sama Hyunjae, cieee”
“Hahaha akhirnya setelah aku gak bisa tidur semaleman, sekarang aku udah bisa bernapas lega, soalnya kamu mau aku ajak tunangan.”
“Janji ya nje, sama-sama terus sama aku. Meskipun aku banyak ngomelnya sama kamu, kamu jangan tinggalin aku”
“Iya sayang, aku janji. Kamu juga jangan pergi ya. Aku sayang sama kamu, banget”
Dan hari itu, dua puluh dua Februari 2022 ditutup oleh satu ciuman panjang yang memabukkan. Membiarkan anjing putih di ruangan itu menggonggong kencang meminta perhatian.
Fin
© Aquamarlynn_
Cieee cieee Younghoon tunangan sama Hyunjae cieee