Just him

Milbbang oneshoot

📢 Ini akan sedikit panjang

warning : bxb, mention insecurities, rate 18+ / sex scene, blowjob, handjob, kissing, unsafe sex (without condoms),mirror sex, foreplay, doggy-style, after care, cigarettes, mention MBA, harsh word.

Mil!top Bbang!bot

Please, don't share this link for everyone who can't find the pvt's password

Lagi musim curhat ke sahabat minta masukan, berakhir nanya mau dimasukin gak? Pergi ke oyo pulang-pulang loyo.


Katakanlah Lee Hyunjae adalah manusia paling tepat dan cepat saat kau membutuhkan bantuan. Lee Hyunjae akan menjadi opsi pertama dideretan manusia mana yang bisa memberimu uluran tangan dengan sangat pas dan tepat waktu. Lee Hyunjae, pemuda tampan ibu kota kelahiran bulan September tahun 1997 itu adalah pria tampan yang memiliki banyak teman. Anaknya yang ramah, asyik dan mudah bergaul itu membuatnya menjadi cukup terkenal dikalangan remaja seusianya. Tak hanya teman-teman sekitar rumah, Hyunjae juga akan menjadi primadona teman-teman sekolah dan kampusnya. Semua orang memujanya, memujinya dan mengaguminya. Selain parasnya yang rupawan, senyumnya yang tampan, Hyunjae juga berhati baik.

Selalu ada untuk temannya disaat susah dan senang. Memberikan banyak pertolongan dalam bentuk apapun tanpa pamrih. Dan akan selalu mengangkat telfon dengan cepat setelah beberapa detik kamu menghubunginya.

Lee Hyunjae memiliki satu sahabat paling dekat dalam hidupnya. Kim Younghoon. Teman sejak masih bayi hingga saat ini. Keduanya selalu berada di sekolah yang sama, kelas yang sama, jurusan yang sama hingga saat ini.

Kim Younghoon adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Pemuda tampan yang menjadi idaman banyak pria dan wanita dilingkungannya. Banyak yang mendekat padanya, namun juga memberi jarak yang berarti setelah bertemu Hyunjae. Younghoon selalu menjadikan pemuda September itu tameng saat ia merasa risih didekati oleh seseorang dalam berbagai konteks. Menjadikan Hyunjae sebagai alasan agar orang-orang memberinya jarak untuk sendirian.

Menurut Chanhee, salah satu yang mendekati Younghoon, mendapatkan restu dan izin untuk memacari Younghoon lebih susah didapatkan dari Hyunjae ketimbang orangtuanya sendiri. Dan hal itu dibalas tawa renyah oleh Hyunjae sendiri.

“Pawang Younghoon anjing galak soalnya” ucap Chanhee kala itu.

Dan akhirnya pemuda berkulit putih itu menyerah dan berakhir memacari orang lain. Dan tentu, Younghoon bersyukur dan berterima kasih karenanya.

Sebab ia tak terlalu memiliki perasaan lebih, jadi takut melukai jika harus berpura-pura.


Sore ini Hyunjae bermain PS bersama adiknya, Eric di kamarnya. Saling berteriak dan fokus pada layar televisi seperti tidak ada beban skripsi yang menantinya. Hingga saat Hyunjae berhasil mencetak gol di gawang Eric, ia menatap layar handphone yang menyala. Memunculkan id Younghoon yang masuk ke log panggilannya.

“Istirahat dulu ah. Pegel tangan gue” keluh Eric sambil menahan sebal sebab skornya masih 4-0 sejak tadi.

“Ambil minum buru haus nih” dan dengan setengah hati Eric melangkah menuju dapur.

Hyunjae menarikan jemarinya diatas keyboard gawainya, bertanya apakah Younghoon membutuhkan sesuatu hingga menelponnya, dan Younghoon kembali menelpon Hyunjae saat itu.

“Kenapa Hoon?”

Dan setelahnya, Hyunjae segera meraih jaket dan kunci motor diatas meja belajarnya, membiarkan Eric berteriak sebal karena sudah membawakan minum untuknya, namun kakaknya malah pergi entah kemana.

“Minum aja minum, Ric! Gue cabut bentar kalau Bunda cariin bilang aja lagi ke rumah temen”

Eric mendecak lidah dan mendudukkan diri diatas lantai kamar tempatnya bermain PS tadi, sedikit mendengus karena akhirnya harus bermain sendiri, “alah paling kak Younghoon gak sih kalau udah buru-buru gitu? Dasar bucin.”


Motor nmax warna hitam itu melaju memecah gerimis yang turun secara perlahan. Hyunjae sesekali mengecek handphonenya di lampu merah, memastikan bahwa pria yang menunggunya tadi masih ditempat yang sama. Hyunjae melajukan kuda besinya setelah lampu hijau, sedikit lebih cepat dan buru-buru sebab tujuannya sudah dekat.

Dibalik helm yang ia kenakan Hyunjae sedikit menggigit bibir bawahnya karena risau yang menggerogotinya. Younghoon dengan keluarga besarnya hari ini menghadiri acara pertemuan besar keluarga dari ayahnya. Younghoon sendiri menolak saat ia menawarkan tumpangan, namun satu jam kemudian malah membombardirnya dengan pesan singkat dan panggilan masuk.

Hyunjae tahu ada yang tidak beres terlebih dari suara Younghoon diujung panggilan seperti tidak baik-baik saja ditelinganya. Hyunjae menyalakan lampu sen dan memberhentikan motornya diparkiran gedung, “rame banget” bisiknya saat mendapati banyaknya motor dan mobil yang terparkir disana.

Hyunjae melongokkan kepalanya ke kanan kiri dan belakang, tak jua menemukan pemuda Agustus yang tadi memanggilnya untuk datang. Lalu, ia memutuskan untuk mengiriminya pesan.

Belum juga terbalas, Hyunjae merasakan seseorang menaiki motornya dan langsung memeluk punggungnya erat, sembari menelusupkan wajahnya diperpotongan leher dan bahunya, “buru jalan” ucapnya.

Hyunjae melirik dari spion mendapati pemuda dengan pakaian rapi itu benar-benar menyembunyikan wajahnya.

“Helm dulu bego, ini jalan gede” lalu tangannya menyodorkan helm pada pemuda itu yang dibalas gelengan,”kalau pake helm gak bisa gini dong?”

Younghoon dan sifat bayi manjanya, rutuk Hyunjae dalam hati. Hyunjae menghela napas dan mengotak-atik handphonenya lagi, masih dengan posisi sama dengan Younghoon yang masih bersandar dan memeluknya.

“Gak mau pulang kan pasti?” Younghoon mengangguk lalu Hyunjae mengacak surai merah muda itu pelan, “ya udah ayo”

Dan Hyunjae menyalakan motornya lagi, memecah jalanan yang masih gerimis, dan kali ini tujuannya bukan rumah tentu saja.


Setelah melakukan check in dan menyimpan kartu id, Hyunjae menggenggam tangan Younghoon menuju kamar. Younghoon butuh space, dan sudah terlampau biasa jika ujungnya Hyunjae memesankan satu kamar hotel untuknya sendirian. Hyunjae membuka pintu kamarnya dan membiarkan Younghoon masuk duluan, “gue cabut ya?” Tanyanya memastikan. Dan Younghoon menatapnya penuh harap. Ada hidung merah dan mata yang sedikit berair yang ia dapati di wajah sahabatnya ini. Dan dengan cepat tangan itu menggenggam lengan jaket Hyunjae, “masuk dulu...” cicitnya dengan suara lirih.


Kini keduanya duduk di balkon kamar hotel sambil memandang langit yang ternyata hujannya turun semakin deras dari kali terakhir mereka dijalanan. Younghoon masih sibuk bercerita dengan napas tercekat dan suara kian parau. Menjadi anak bungsu keluarga Kim sebenarnya impian semua orang, bagaimana keluarga itu terpandang keluarga dengan babat bibit bobot unggul, katanya. Keluarga berkecukupan bahkan bisa dibilang kaya raya, orangtua lengkap yang menyayangi ketiga anak-anaknya tanpa perbedaan. Hanya saja tekanan yang si bungsu rasakan tentu luar biasa besar. Bagaimana ditaruhi ekspektasi tinggi keluarga sebab ia satu-satunya pria selain ayahnya. Kakak pertamanya adalah dokter kecantikan yang terkenal, telah bertunang dengan seorang pemuda pengusaha tambang, katanya sih teman semasa KKN. Kakak keduanya adalah seorang pilot yang memiliki bisnis kuliner, telah menikah dengan pramugara ditempatnya bekerja. Dan Younghoon, masih begini begini saja. Mahasiswa manajemen bisnis yang masih sibuk dengan skripsinya.

Nenek, kakek dan beberapa sanak saudaranya sering kali berucap hal-hal tak berguna yang membuat mimpi dan kepercayaan dirinya menciut. Menginjak asa dan semangatnya menjalani hidup dengan perkataan perbandingan yang menyakitkan. Belum lagi Younghoon sampai saat ini belum pernah membawa orang lain yang disebut kekasih kepada orang tuanya, hal itu menjadi celah bagi Tante tantenya menggosipkannya yang tidak-tidak. Membandingkan dirinya dengan anak kandung mereka dan segala yang mereka miliki, juga membandingkan Younghoon dengan kakak kakaknya. .

Younghoon masih menatap langit ibu kota yang diguyur hujan itu dengan airmata yang turun. Younghoon tidak pernah sebagus itu dalam akademik seperti kakak pertamanya, juga tak tahu harus menekuni dan bakat yang mana seperti kakak keduanya. Younghoon hanya menjadi dirinya sendiri yang hidup dengan apa adanya, namun rupanya dunia tidak terlalu suka dengan caranya.

“Itu mah dunia lo aja yang begitu, lagian kenapa dah kalau misalnya lo jadi diri sendiri? That's not a crime” Hyunjae mengepulkan asap vape ke udara setelah mendengar racauan Younghoon yang terus saja merendahkan dirinya sendiri.

“Gue gak bisa kayak kakak kakak gue, Jae..”

“Ya karena lo bukan mereka, Hoon. Setiap anak itu beda-beda, gue juga gak sepinter Eric. Eric bahkan lomba matematika ke Jepang kan? Gue mah langganan di razia rambut sama guru BK. Tapi lihat sisi lainnya, Eric gak bisa jadi kapten Basket kayak gue, gak bisa jadi gitarist band kampus kayak gue, gak bisa nyetir motor karena gak becus bedain kanan kiri makanya masih suka dianter jemput pacarnya sampe sekarang. Dan semua orang punya plus minus lainnya. Gue gak pinter akademi, seenggaknya ada hal lain yang gue bisa dan dia gak bisa.”

Hyunjae mematikan vapenya dan meminum air putih kemasan yang disediakan hotel diatas meja. Matanya melirik Younghoon yang masih terisak. Betapa selama ini ia dipenuhi cinta dari keluarga nya namun tidak dengan sanak saudaranya.

“Kakak pertama lo bisa gak jadi model majalah yang bahkan gak sampai 24 jam barang yang lo pake di majalah itu bisa habis terjual? Kakak kedua lo bisa gak jadi keyboardist band? Saudara lo itu bisa gak jadi ketua himpunan yang disukai semua anggotanya? Tante lo itu bisa gak IPKnya selalu stabil? Bisa gak jadi pembicara penyuluhan didepan banyak orang? Bisa gak jadi relawan panti asuhan tanpa meninggalkan kewajiban mahasiswanya? Kalau di akademik lo gak kayak kakak lo, seenggaknya lo masih bisa berbakat dan berkarya dengan jalan yang lo pilih sendiri. Lo masih bisa lakuin banyak hal positif buat tunjukin ke orang-orang kalau lo gak payah”

Younghoon mengusap air matanya buru-buru, lalu merebut air minum ditangan Hyunjae dan meminumnya hingga tandas. “Seenggaknya kalau lo gak pinter di akademik, lo punya banyak sertifikat lainnya yang membuktikan kalau apa yang mereka bilang bahwa lo tuh gak kayak kakak kakak lo tuh sebenernya gak berarti. Bukannya sepupu lo ada yang married by accident?”

“Iya, itu yang tadi Tante-tante yang bilang gue gak kayak anak bunda yang lain”

“Halah anak dia aja ngangkang sana sini gak tahu itu anak bapaknya siapa kan? Sok-sokan banget ngejek anak orang lain”

Younghoon entah mengapa akhirnya tertawa kecil mendengar perkataan Hyunjae yang tadi. Meski tak mengembalikan kepercayaan diri Younghoon yang menguap bersama perkataan sanak saudaranya tadi. “gue takut ngecewain Bunda...”

Younghoon menunduk, meremat ujung kemeja hitam yang ia kenakan. “bunda pernah bilang gitu? Pernah bunda gak bangga dengan apa yang lo lakuin? Pernah kecewa gak sama yang lo lakuin selama ini? Enggak kan?”

Younghoon diam seribu bahasa. Bunda dan ayah memang tak pernah protes terhadap apa yang dilakukan Younghoon selama ini. Maka Younghoon tersenyum sedikit, “makasih Jae”

“Lagian kebiasaan banget lo mah omongan orang tuh langsung ditelen gitu aja, dimasukin ke hati, overthinking deh seharian sambil nangis. Lawan dong toh mereka juga gak lebih baik dari lo”

Younghoon tertawa lalu mengangguk, “iya kapan-kapan”

“Masuk yuk hujannya gede banget”


Setelah sesi curhat yang terjadi di balkon, kini keduanya berbaring. Diatas ranjang yang sama berbagi pelukan hangat, Younghoon biasa minta untuk recharge energi, katanya. Hyunjae mengusap surai merah muda itu lembut, mengecupi sahabatnya dengan kecupan lembut diatas dahi.

Younghoon mendongak sedikit menatap Hyunjae, “apa?” Katanya. Dan Younghoon bergeser, meraup bibir Hyunjae yang menganggur, menyesapnya rakus tak membiarkan Hyunjae bernapas. Hyunjae sedikit menjambak rambut Younghoon, “kegigit lidah gue astaga”

“Hngg... Lagi.” Kini Younghoon naik keatas perut Hyunjae, mencondongkan tubuhnya untuk meraup bibir itu lagi, “tadi gue nyebat emang gak apa-apa? Biasanya protes bau rokok”

“Banyak bacot deh!” Lalu Younghoon kembali meraup bibir sahabatnya rakus tak membiarkan Hyunjae kembali menjawab pertanyaannya. Tangannya digunakan untuk menggenggam tangan Hyunjae dan memegang dagunya dengan tangan kanan. Hyunjae yang hanya tinggal menerima tentunya tak menyia-nyiakan kesempatan ini, dibiarkannya Younghoon terus mencumbunya, dan tangan yang menganggur dibawa untuk merengkuh pinggang ramping pemuda diatasnya, mengusapnya perlahan memberi sensasi menggelitik yang geli. Hyunjae membuka mulutnya, membiarkan lidah Younghoon dengan kurang ajar masuk kesana bergulat lidah dengannya.

“Santai dong” katanya saat Younghoon melepas pagutan demi oksigen yang masih ia butuhkan. Aura Hyunjae perlahan menekannya. Membuat Younghoon merasa kecil dan menciut. Atmosfer yang ia rasakan semakin berat dan panas kala ciuman itu kembali terjadi, dan Hyunjae menatapnya lurus. “merem...” Pintanya. Hyunjae terkekeh, “gak. Gue mau liat lo cium gue gimana jadi gue gak mau merem”

Younghoon merengek lalu menjatuhkan dirinya, “males ah! Merem harusnya”

Dan kini saatnya Hyunjae membalas, Hyunjae bangun dan mengukung tubuh Younghoon yang berada dibawahnya, “dapet apa gue kalau merem?” Jari telunjuknya dipakai untuk menyingkirkan poni yang menghalangi wajah rupawan Younghoon. Tersenyum lembut saat Younghoon menatapnya dengan tatapan anak anjing yang menggemaskan. “Lo mau apa?”

“Siapa yang mau apa?”

“Yㅡya lo mau apa??”

“Siapa yang mau apa, Younghoon?”

Dang it!

Younghoon meremang, aura Hyunjae lagi-lagi menekannya. Younghoon tidak suka. Tapi adrenalinnya terpacu. “JㅡJeje mau apa?”

“Apa ya? Enaknya apa?”

“Apa aja kalau sama Jeje enak kok” dan Hyunjae tak bisa menahan tawanya. “Bisa aja” lalu kini Hyunjae yang memimpin permainan. Dibawanya lidah lincahnya mengobrak-abrik segala yang Younghoon punya. Membiarkan saliva keduanya mengalir didagu Younghoon, Younghoon melenguh saat ciuman itu menjadi semakin liar dan panas. Merenggut kewarasan yang ia punya. Kini tangan menganggur Hyunjae dibawa untuk memanjakan Younghoon kecil dibawah sana. Younghoon sedikit menjengit kaget dan dengan refleks meremas bahu pemuda diatasnya.


Setelah lama bercumbu, entah sejak menit berapa hingga akhirnya pemuda Agustus itu telanjang bulat dibawah kasur dengan posisi bersimpuh dan tangan juga mulut yang sibuk dengan kemaluan Hyunjae. Hyunjae sendiri hanya melucuti celananya, jaket dan kaosnya masih melekat. Hyunjae membiarkan Younghoon bersenang-senang dengan kesejatiannya. Memasukannya dalam-dalam menubruk tonsil, membuatnya sesak dan tersedak. Kepalanya maju mundur, membuat Hyunjae yang gemas itu mengusap rambut merah muda itu penuh sayang. Hyunjae melenguh dengan permainan tangan dan lidah yang Younghoon hantarkan padanya.

“Tahan dikit lagi, bentar lagi keluar” dan Younghoon melesakkan penis itu semakin dalam, semakin jauh menubruk dirinya. Sedikit pusing dan kehabisan oksigen, tapi tak lama setelah itu semuanya keluar, berlomba-lomba masuk kedalam tenggorokan Younghoon, diiringi dengan lenguhan panjang yang keluar dari sahabatnya. Younghoon mendongak menatap Hyunjae masih dengan tatapan anak anjing yang berhasil membuat Hyunjae selalu kalah dan frustasi.

“Telen aja sayang, gak apa-apa kok” dengan anggukan singkat Younghoon menelannya, membiarkan rasa asing itu meluncur bebas. Hidungnya memerah dengan mata dan wajah yang juga ikut memerah, kontras dengan tubuhnya yang putih porselen. Cantik. Indah. Manis. Younghoon dengan rambut bagai gulali, duduk bersimpuh dibawah dengan penampilan yang seperti itu, Hyunjae berani bertaruh hanya ia yang bisa melihatnya.

“Indah banget..” katanya sambil mengusap bawah dagu Younghoon, “sini gue bantu lo sekarang” Hyunjae merunduk mengecup cuping telinga Younghoon dan menggendongnya, menidurkannya dengan hati-hati, menciumnya berkali-kali, disana disini, menyusu, mempermainkan kemaluannya dan banyak hal lain yang ia lakukan terhadap tubuh sahabatnya yang sekarang sibuk menggeliat dan mendesah.


Setelah setengah jam bergumul, Younghoon terengah dengan peluh yang benar-benar sudah membasahinya. Keluar berkali-kali hanya karena permainan Hyunjae bukanlah kali pertama baginya.

Younghoon yang setengah sadar karena dikuasai napsu itu menungging, menyodorkan pipi pantat putih mulusnya pada Hyunjae. “gak bawa kondom Hoon... Gak bawa pelumas juga”

Lalu Younghoon merengek meski suaranya teredam bantal. “Hyunjae...”

Hyunjae membenci Younghoon saat menangis sebab satu hal, sangat membuatnya frustasi.

Lalu Hyunjae mengecup bahunya pelan, “gak bawa kondom, sayang. Emang gak apa-apa?” Younghoon mencebik, “bukannya dulu pernah?”

Hyunjae tersenyum, Younghoon mode bayi seperti ini sangat menggemaskan dan juga memabukkan baginya. Wangi sabun dan parfum yang ia kenakan dengan rambut gemas merah muda dan wajah memerah sebab menangis, demi Tuhan Younghoon seperti bintang porno. Dan hanya ia yang bisa melihatnya dalam mode seperti ini. “Kan tadi udah di fingering sama di rimming, Younghoon mau apa lagi? Kurang?”

Younghoon mengangguk kecil, Hyunjae membalik tubuh yang semula menelungkup itu, memberi akses Hyunjae untuk mempermainkan pantatnya, namun belum kunjung ia lakukan. Ada cium yang lembut yang ia berikan pada Younghoon, “is it okay?”

“Biasanya juga gak izin..” Hyunjae tertawa lalu menggigit hidung Younghoon gemas, “mau apa sih lo? Minta sama pacar lo sana”

Younghoon menjambak rambut Hyunjae, “gak ada pacar!!” Dan lagi-lagi tawa Hyunjae menggelegar. “Mau dimasukin?” Ada anggukan penuh antusias yang Hyunjae dapati dari pertanyaannya tadi. “mㅡmau Jeje..”

Dan Hyunjae akan selalu ada untuk mereka yang membutuhkannya, bonus spesial untuk Younghoon, apapun yang ia mau akan Hyunjae kabulkan. “mau dibikin enak”

Dan Hyunjae mengamininya diam-diam. Mengamini setiap permohonan Younghoon sore itu. Maka setelah itu, tangan Hyunjae dibawa untuk melebarkan lubang senggama Younghoon sebelum penisnya masuk menghujam. Berhadiahkan lenguhan dan desahan yang indah mengalun dari pemuda tinggi kurus berkulit putih di bawahnya.

“Jae..nghh Jeje” tubuh Younghoon menjemput aktivitas Hyunjae yang mengobrak-abrik dirinya dibawah sana. Menggerakkan badannya berlawanan dengan Hyunjae. “Cuma gue ya Hoon?” Younghoon mengangguk. Ya. Hanya Hyunjae. Hanya Hyunjae yang bisa. Dalam konteks apapun hanya Hyunjae. Younghoon saat dibawah begini rupanya cukup vocal ya gumamnya dalam hati. Matanya tak lepas menatap lamat-lamat bagaimana pria tampan dibawahnya kewalahan dan sibuk mendesah menjemput nikmat. Ada titik manis yang sengaja Hyunjae usili sejak tadi hingga tubuh pria dibawahnya menggelinjang penuh nikmat. “Disana ya?”

Terkutuklah Lee Hyunjae dengan segala yang ia miliki. Bisep besar, wajah rupawan, tubuh atletis, perut kotak-kotak, dada bidang dan aura dominan yang menekan dirinya hingga sekecil ini. Segala sentuhan yang dihantarkan begitu nikmat dan merangsang. Younghoon mengeluarkan cairannya begjtu banyak. Menciprati perut keduanya, Younghoon bergetar kecil sambil menggigit pergelangan tangannya meredam desah, “keluarin aja. Hotelnya kedap suara kok”

Dan Younghoon melenguh juga mendesah, terlebih saat Hyunjae dengan pelan-pelan memasukkan penisnya masuk kedalam dirinya. Younghoon menggenggam dan meremas bahu Hyunjae kuat-kuat, terengah-engah saat benda pusaka itu masuk bagai membelahnya menjadi dua, “Hㅡhhh Hyunjae... Hyunjae...”

Hyunjae membubuhi kecupan manis diatas dahinya, dan mulai bergerak maju mundur. Pelan namun konstan. Membiarkan Younghoon kembali pada kegiatannya menikmati setiap rangsangan.

Suara adu kulit terdengar perlahan kian mengeras. Dengan sprei dan kasur yang sudah sangat berantakan, decitan nestapa dari kasur yang menjadi saksi. Younghoon masih disana, dengan bertumpu pada lutut dan tangannya, menungging membiarkan Hyunjae menusuknya dari belakang, tangan kekarnya dibawa untuk menggenggam pinggang Younghoon, menarik semakin dalam dan menarik tubuhnya sejauh mungkin hingga saat penis itu melesak rasanya sangat dalam. Hyunjae sedikit menekan perut bawah Younghoon saat bulge itu terasa jelas di telunjuk Hyunjae. Dengan jahil sedikit menekannya menimbulkan suara rengekan lebih keras dari Younghoon.

Kepalanya melemas, Younghoon menelusupkan wajahnya dibantal dibawahnya, berteriak sekencang mungkin saat Hyunjae kembali mempercepat tempo hujamannya. “Ahh.. Younghoon”

Tidak butuh kekasih untuk memiliki kenikmatan penuh rasa sayang begini bagi Younghoon. Sebab Hyunjae selalu ada. Memberikan semua yang Younghoon butuhkan. Melempar dirinya kedalam pelukan saat ia membutuhkan bantuan.

Tubuh Younghoon ambruk diatas kasur, dan dengan sigap Hyunjae mengangkat tubuh itu, menggendongnya mendudukkannya diatas tubuhnya. Membiarkan penis itu terasa lebih dalam menusuk pemudanya. Younghoon yang sudah lemas bergerak pelan-pelan menikmati setiap sensasi yang ia rasakan. Air liur menetes. Kepalanya mendongak membiarkan leher jenjangnya menjadi tontonan. Tubuh putih porselen itu mengkilat karena peluh. Seksi adalah kata pertama yang terlintas. Bagaimana kulit putih itu memerah karena kenikmatan. Hyunjae menyeringai.

Hanya Hyunjae yang bisa melihat sisi lain Younghoon yang ini. Bahkan dulu pernah lebih nakal dari ini. Younghoon suka cross dressing, by the way.

“Look at the mirror Jae..hngg That's me nghhhhh” Younghoon menatap kaca lemari disamping kasur. Menertawakan dirinya sendiri yang seperti kucing jalang tengah dikawini. Younghoon memperhatikan bagaimana lubangnya menelan penis Hyunjae yang melawan gravitasi. Dan itu membuatnya semakin meliar. Digerakkannya tubuhnya buru-buru, diketatkannya dinding rektumnya membuat Hyunjae merem melek keenakan.

“Hyunjae ahhh...nghh cape ah cape.”

Dan tubuh Younghoon kembali ambruk, menubruk dirinya secara pasti. Hyunjae tertawa lalu mengecup puncak kepalanya penuh sayang, “let me control this game then”

Hyunjae menggendong Younghoon menuju kamar mandi. Mendudukkan dirinya diatas wastafel lalu kembali menggempurnya. Kali ini bisa dengan jelas Younghoon melihat pantulan dirinya dan Hyunjae. Berbagi kenikmatan yang panas sepanjang sore hingga malam menjemput. Hyunjae menusuknya kuat-kuat membuat Younghoon sedikit menjerit. Hyunjae lalu menyusu. Menyusu dengan rakus membuat Younghoon semakin gila. Younghoon sudah sangat basah, precum tak hentinya mengalir deras diujung penisnya. Dengan terbata-bata ia menggenggam penisnya sendiri memberi kenikmatan, namun hal itu ditepis oleh Hyunjae “don't jerk yourself without my permission”

Younghoon merengek dengan mata terpejam sempurna. “Jae...let me ㅡnghh hiks let me touch myself”

Hyunjae menekan kedua pipi Younghoon hingga bibir itu mengerucut, “don't you dare honey”

“It's hurt ㅡhiks”

“Minta yang bener coba nanti dikasih”

Younghoon membuka mata, menatap Hyunjae yang tengah menatapnya kelaparan. Jika sudah seperti ini Younghoon sudah tidak memiliki harga diri. Terkutuklah Hyunjae dengan kink “kakaknya” yang merepotkan. Padahal jelas-jelas Younghoon lebih tua disini.

“Kㅡkakak nghh kakak. Let me, please. Let me hngg nghh ah..”

“Hoonie mau apa?”

“Mㅡmau dikocok ininya dikocok” Pinggang Younghoon bergetar masih dengan Hyunjae yang menghujam dirinya. “Dikocokin siapa? Younghoon atau kakak?”

Tentu saja Younghoon menjerit ingin sekali dirinya dihancurkan, “kak Jeje... Dikocokin kak Jeje.. please. Kakak please”

Dan Hyunjae dengan baik hati mengabulkannya. Masih dengan gerakan konstan menusuk lubang senggamanya, Hyunjae kini juga sibuk mempermainkan Younghoon kecil digenggamannya. Membuat pemuda Agustus itu mengeluarkan spermanya banyak. Menyembur dengan buru-buru mengenai tubuhnya sendiri. Dengan desahan dan lenguhan Younghoon yang memanggilnya kakak, Hyunjae menjadi semakin terangsang. Maka tak lama setelahnya, Hyunjae mengeluarkan cairannya dalam tubuh Younghoon seperti keinginannya. Keduanya berakhir berpelukan, dengan Younghoon yang terisak sebab kenikmatan yang melandanya terlalu banyak.

“Don't cry baby. I'm so sorry” diciumnya sekali lagi Younghoon yang berada dipelukannya. Younghoon terengah-engah. “Peluk...peluk”

Maka Hyunjae mengerti, Younghoon tak ingin langsung dibersihkan. Ingin menikmati kasih sayang Hyunjae lebih lama. Padahal Hyunjae sengaja membawanya ke kamar mandi agar tidak susah, namun siapa Hyunjae berani menolak keinginan Younghoon. Dan dengan hati-hati Hyunjae menggendongnya ala koala dan membaringkannya hati-hati. Hyunjae mengambil lembaran tisu untuk membersihkan tubuh sahabatnya. “Gue ambilin handuk hangat dulu ya? Bersihin sebelum lengket ya?”

Younghoon mengangguk lemah meski tak ingin ditinggalkan. Dan Hyunjae dengan telaten membersihkan tubuh Younghoon dengan handuk yang direndam air hangat. Setelah dirasa cukup, ia merebahkan dirinya disamping Younghoon yang langsung disambut pelukan hangat bayi besar itu. Diciuminya lagi-lagi dahi Younghoon yang menganggur. “You did a great job big baby.. don't downgrade yourself ya?”

Younghoon mendongak menatap Hyunjae, “ayo saling jatuh cinta biar nanti kita bisa nikah”

Hyunjae tertawa kencang. “Emang mau nikah sama gue? Gue kan urakan kayak preman kampung kata kakak lo juga”

“Dia bercanda?!” Dan Hyunjae kembali larut dalam pesonanya. Kalau boleh jujur, siapa yang tak jatuh cinta padanya sih? Hyunjae tiap hari merasa jatuh hati kok pada anak bungsu keluarga Kim ini. Hanya sedikit minder saja sebab ia pemuda biasa saja.

Hyunjae selalu merasa menang sebab Younghoon selalu mau didekatnya tanpa protes. Sebab Younghoon selalu mencarinya pertama kali saat ia hancur. Dan Younghoon tak pernah protes tentang dirinya. Tentang dirinya yang masih banyak kurangnya. “Mau tiap hari gue kasih makan nasi kucing emangnya?”

“Gak ada orang miskin yang beli Alphard di Tokopedia karena gabut selain lo ya Hyunjae gue gibeng nih”

Dan malam itu keduanya tertawa sambil berbagi peluk. Jika diizinkan, Hyunjae juga ingin berbagi cinta dan kasih sepanjang hidup. Bersama Kim Younghoon, pemuda yang saat ini berada dipelukan.

End

© Aquamarlynn_