kinjirareta futari (dua orang yang terlarang)
Milbbang! AU
Content warning ; boyslove/bxb, homophobic, abusive parents, blood, violence, harsh word, kissing, hurt/comfort
Sampai manapun dirimu kucintai Sampai kapanpun dirimu dicintai Saling mempercayai keabadian Dosanya pertemuan kita Kumohon Maafkanlah cinta kita ini yang tak terkabul Sembunyikan dalam hati Kumohon Kepada takdir yang kejam ini berserah diri Kita berdua yang terlarang
Younghoon mengetuk pintu rumah prianya tergesa. Menggedor dengan tak sabar di malam hujan deras yang menapaki bumi. Nafasnya beradu dengan dingin yang menyiksa. Prianya belum juga membukakan pintu, ia kembali menggedor dengan sedikit lebih kencang dari pertama. Dingin dan sakit mulai menusuk kulit dan tulangnya. Sedikit menggigil dengan badan dan rambut yang benar-benar basah.
“Jae..buka” ketukannya sedikit melemah sebab lutut yang sudah terlampau gemetar menahan badan. Badannya perlahan membungkuk, sakit dan dingin merasuk, nafas yang ia bawa teramat dalam. Younghoon menggigil, dengan gigi dan bibir yang bergetar. Semakin merosot, luka yang ia rasakan terasa semakin menyengat inderanya.
Maka saat Hyunjae membukakan pintu, tubuh Younghoon benar-benar ambruk menimpa kekasihnya. Membuat pemuda bulan September itu terkejut setengah mati.
“Younghoon?” Dengan sigap dan cekatan, ia membawa prianya dalam pelukan. Menggendongnya dan cepat menidurkannya ke atas kasur. Dengan cekatan membuka satu persatu pakaian yang ia kenakan dan menggantinya dengan piyama hitam miliknya.
Hyunjae juga menggosok rambut Younghoon yang kuyup sebab hujan mengguyurnya.
Younghoon memejam, meringsek pada badan Hyunjae yang masih telaten memberikannya kehangatan. Tangannya menggapai acak, berharap bisa merangkul tubuh kekasihnya. Sedikit merengut saat ia hanya bisa menyentuh angin.
“Hyunjae...” Suaranya serak, hyunjae tak keberatan membiarkan spreinya mulai basah karena Younghoon. Ia beranjak mengambil air hangat dan menyodorkannya pada Younghoon, “minum dulu nanti aku peluk”
Dengan tegukan yang pelan itu, Younghoon benar-benar mendapat peluk setelahnya. Younghoon memeluknya erat, bagai ada rantai yang melilit keduanya karena tak jua memiliki niat saling melepaskan.
Younghoon mulai terisak. Dunia tak adil padanya dan kekasihnya. Tuhan belum juga mengabulkan doanya yang satu ini.
Sampai tujuan yang aku ingin. Terus jalan walau tak akan sampai. Ditengah mimpi air mata mengalir. Ku hapus dengan tangan ini. Boku no sakura – JKT48
Younghoon terisak dalam rengkuhan sosok yang ia cintai. Menangis kencang dengan bahu naik turun, dan napas terengah. Demi Tuhan Younghoon hanya ingin mencintai Hyunjae disepanjang hidupnya. Namun mengapa tak pernah ada cerah yang ia temui dalam gelapnya hubungan yang mereka jalani.
Dengan segala sumpah, Hyunjae adalah yang terindah. Yang terbaik yang pernah ia temukan dalam dunia yang jahat ini. Hyunjae adalah senyuman yang selalu membuat Younghoon hangat. Hyunjae adalah degup jantung yang membuatnya hidup.
Hyunjae adalah harapan yang ia genggam selama hidup. Hyunjae adalah matahari yang ia miliki. Hyunjae adalah segalanya.
Maka jika suatu saat nanti Younghoon kehilangan Hyunjae, hidupnya hancur. Pikirnya.
“Jae...” Tangis itu perlahan memelan. Rasa sakitnya masih ada, namun Younghoon terlampau lelah. “Aku disini Younghoon” maka saat jawaban dari kekasihnya menyapa rungu, dengan buru-buru dan berantakan Younghoon menarik tengkuknya, mengecupnya sembarangan, menciumnya buru-buru, takut kehilangan.
Younghoon beranjak, duduk diatas pangkuan Hyunjae masih dengan aktivitas mencium bibir kekasihnya dengan serampangan. Ada air mata yang cukup asin yang bisa ia sesap. Hyunjae mengelus pinggang Younghoon, menyuruhnya tenang namun Younghoon tetap serampangan. Tak jua memelankan tempo ciumannya yang tergesa.
Hyunjae menarik tubuh Younghoon hingga pagutan itu betul-betul terlepas. Younghoon merengek dan Hyunjae menggeleng. “Sayang, gak ada enaknya kamu cium aku begitu”
“Persetan dengan segalanya Hyunjae! Aku cuma mau kamu!!!” Younghoon sedikit berteriak sebab ada frustasi yang ia temui dalam jiwanya. Hyunjae menggeleng lalu mengusap pipi putih kekasihnya, “sayang...take a deep breath”
Younghoon terengah-engah sambil menyelami manik Hyunjae. Tenang. Dalam. Seperti laut biru yang tak berombak, Younghoon menemukan ketenangan dalam aktivitasnya.
Hyunjae tersenyum lalu mengecup dagu dan ujung hidung pria putih diatas pangkuannya. “Napas sayang...aku gak kemana-mana”
Hyunjae adalah pusat. Pusat dari segala yang Younghoon kejar. Sumber dari segala yang Younghoon cari. Ia penuh saat bersama Hyunjae. Kebahagiaan seharusnya selalu menyelimuti mereka.
Younghoon tidak keberatan jika harus terluka dan sakit demi bersama kekasihnya. Tapi Hyunjae tak bisa menoleransinya. Hyunjae terlampau mencintainya. Hyunjae menempatkan Younghoon sebagai orang pertama yang harus ia jaga maka ia tak ingin Younghoon terluka barang sehelai rambut pun.
Namun dunia terasa sangat jahat pada dua insan yang berbagi cinta. Tak ada restu yang mengiringi hari-hari. Tak ada izin yang bisa dijadikan pondasi. Cinta mereka hancur, seakan-akan setiap harinya tak ada kesempatan keduanya untuk saling menggenggam rasa masing-masing. Keduanya runtuh sebab tak ada pondasi izin dan restu dari semestanya.
Ayah Younghoon tidak menyukai anaknya menjalin kasih dengan manusia sejenis. Ayah Younghoon membencinya
Yang dicetak miring adalah flashback
Siang itu tanggal 5 November, Younghoon membuka pelan-pelan pintu rumahnya. Membuka sepatu dan menaruhnya di rak. Senyum dibalik masker medis yang ia kenakan belum jua meluntur sebab menghabiskan hari bersama kekasihnya. Hyunjae adalah cinta yang Younghoon butuhkan selama hidupnya. Keberadaannya adalah harta. Kepala Younghoon mendongak kala sepasang kaki terlihat berdiri kokoh didepan mata. Menatap pelan-pelan dan sendu pada ayah yang tengah berdiri menolak pinggang didepannya. Tatapannya tajam menghunus dan Younghoon tahu, tahu bahwa dirinya takkan baik-baik saja. Terlebih lagi saat ayahnya mengetahui fakta bahwa ia baru saja berkencan dengan Hyunjae.
“Dari mana kamu?” “Habis nonton,yah” suaranya pelan dan teredam rasa takut. “Dengan pacar cowokmu lagi?” “Aku hanya punya Hyunjae,yah”
Ayah terlihat menggelengkan kepalanya lemah. Tatapannya kian menajam. Dengan satu tarikan, ayahnya menggenggam rahang dan pergelangan tangan kiri Younghoon. Younghoon meringis saat remasan di tangan dan dagunya terasa amat kuat, seperti akan menghancurkan tulangnya.
“Sudah berapa kali ayah bilang BERHENTI PACARAN DENGAN SESAMA JENIS KIM YOUNGHOON!!!”
“AyㅡAyah..sakit”
“SAKIT? INI SAKIT? SAKIT MANA DENGAN HATI AYAH MELIHAT ANAKNYA BERPACARAN DENGAN LAKI-LAKI LAGI YOUNGHOON?!!!!”
Tangan besarnya kini dibawa untuk menampar anak sulungnya.
“ANAK KURANG AJAR! ANAK TIDAK TAHU DIUNTUNG! PUTUS DENGANNYA ATAU AYAH TIDAK SEGAN-SEGAN DENGAN KAMU!“
“ayah...aku sayang sama Hyunjae. Cinta itu universal ayah, aku tidak bisa memaksakan diri. Akㅡaku suka pria ayah, sejak dulu aku suka pria. Aku gak bisa memaksakan menyukai perempuan. Tidakkah ayah mau mengerti?”
“KAMU GILA! TIDAK ADA CINTA DIANTARA KALIAN, KAMU TOLOL!!”
Maka setelah menyumpahi anaknya, sang ayah menjambak rambut Younghoon, menyeret tubuhnya yang tertatih ke kamar mandi. Ayah mengguyur badan Younghoon, membiarkannya merintih memohon pengampunan.
Ayah kembali menekan rahang Younghoon memaksanya menatap lurus pada netranya, “Putus dengannya atau ayah kasar sama kamu!”
Dan itu bukan pilihan. Demi Tuhan itu bukan pilihan bagi Younghoon.
“Ayah..Hoon mohon. Hoon sayang sama Hyunjae, Hyunjae orang baik ayah, dia memberikan semua yang Younghoon cari. Hyunjae sayang sama Younghoon begitu pula Hoon ayah... Ayah Hoon mohon...”
Plak?!
Satu kali Dua kali Tiga kali Empat kali Kanan Kiri
Buggh!! Rahang Pipi Perut Punggung Tulang keringnya yang ditendang
Hari itu ayahnya begitu marah dan murka. Tangannya meraih gayung, dipukulkannya pada Younghoon hingga gayung yang ia genggam patah dan rusak. Ayahnya menendang membuatnya tersungkur, ayah mulai menendang perut dan punggungnya. Younghoon meringis kesakitan. Pukulan dan tendangan ayah tidak main-main. Rasanya sakit. Rusuknya seakan patah dan menusuk paru. Younghoon merintih memohon ampun dan belas kasih, namun ayah tetap dengan perlakuan kasarnya.
“KAMU INI TAMPAN KIM YOUNGHOON! KAMU ANAK YANG PINTAR DISEKOLAH, TAPI KENAPA KAMU KECEWAKAN AYAH?!”
“ayah...tidak ada yang salah dari kami. Aku tetap anak ayah yang membanggakan disekolah seperti sebelumnya ayah...”
“AYAH TIDAK SANGKA MEMILIKI ANAK HOMO SEPERTI KAMU! KAMU ITU AIB YOUNGHOON !! HARUSNYA KAMU SADAR KAMU SUDAH MELUKAI HARGA DIRI KELUARGA INI!!!”
Surai Younghoon kembali dijambak, diseret keluar dari kamar mandi, ayah meraih gagang sapu dekat kulkas, memukulkannya pada badan Younghoon. Membiarkan anaknya meronta sebab pukulannya semakin membabi buta
“DASAR HOMO! TIDAK TAHU DIUNTUNG! AYAH SUDAH BESARKAN KAMU, AYAH KORBANKAN SEMUANYA BUAT KAMU TAPI INI BALASAN KAMU?”
Younghoon bersumpah rasanya sakit. Hati dan raganya.
Maka malam itu, ditengah hujan deras dan rasa sakit yang ia punya, Younghoon berlari ke rumah Hyunjae.
“Gimana bisa aku biarkan kita masih bersama jika kamu terus terluka begini, sayangku?“
Hyunjae mengoleskan salep dan Betadine diatas luka-luka kekasihnya. Hati Hyunjae bagai diremat kencang-kencang. Sakit. Rasanya benar-benar menyakitkan. Mencintai dan menghabiskan waktu lebih lama bersama Younghoon hanya membuatnya semakin menyiksa kekasihnya.
Hyunjae pernah bercerita pada ibu dan ayahnya. Dan mereka menyuruhnya untuk melepas. Sebab jika itu cinta, Hyunjae harus rela berkorban. Entah itu perasaan atau yang lainnya.
Younghoon sudah membuktikannya. Bagaimana cinta yang ia miliki sangat kuat hingga tak pernah melawan saat ayahnya memukulinya setiap hari. Melimpahkan kekesalan dengan kekerasan diatas tubuhnya yang semula mulus. Hyunjae tak bisa membiarkan setiap harinya luka itu bertambah.
Hyunjae pernah mengira jika ia datang menghadap ayah Younghoon, mungkin ayahnya akan sedikit iba karena jika harus dipukul dan disiksa, tolong libatkan hyunjae sebab dari awal ia yang mengajak Younghoon menjalin kasih.
Namun hari itu Younghoon dilarikan ke rumah sakit. Karena ayah memukulinya seperti kesetanan, membuatnya terluka begitu hebatnya dengan tulang kering yang patah sebab dipukul oleh tongkat baseball.
Hyunjaelah yang setiap hari merasa berdosa karena telah membuat satu keluarga hancur hanya karena egonya ingin memiliki Kim Younghoon.
“Sayang, kita udahan aja ya?”
“Aku masih kuat jae”
“Aku yang gak kuat... Aku gak bisa lihat kamu terluka setiap hari”
Younghoon menggeleng, “jangan jae jangan... jangan tinggalin aku”
“Tapi bersama denganku juga tidak ada baiknya sayang. Lihat kamu sekarang, lihat badan kamu sekarang. Apa aku tega, Hoon?”
“Kita udah sering bicarain ini kan Jae? Kamu bilang kalau dunia jahat dan aku butuh tempat pulang aku harus lari ke kamu kan? Kalau kamu lepasin aku, aku harus kemana Jae? Ibuku sudah lama meninggal, adikku masih di asrama... Aku harus kemana?”
Younghoon kembali menangis, menggigit punggung tangannya. Kenapa mencintainya begitu sakit. Kenapa harus selalu ada rasa sakit dalam kisahnya. “Dari dulu ayah gak pernah mau menerima aku yang begini Jae. Lalu apa bedanya?”
Hyunjae merengkuh Younghoon yang semakin berantakan, mengecup puncak kepalanya penuh kasih, “aku gak bisa. Aku sayang sama kamu. Aku gak bisa lihat kamu terluka tiap hari, Younghoon aku bersumpah. Kamu pernah opname karena aku datang ke rumah kamu buat bicara sama ayah kamu. Tulang kaki kamu patah, kamu dipukulin, itu semua gara-gara aku Hoon”
“Enggak jae.. please jangan pergi jae”
“Aku disini, tapi kita gak bisa begini. Lepasin aku ya? Kita lepasin semua ini. Kamu harus bahagia sayangku, kamu duniaku. Kamu harus bahagia”
Younghoon menjerit sambil menangis kencang memeluk kekasihnya, tak ingin melepas sosok yang selama ini memberinya bahagia. Mereka berdua hanya dua orang terlarang, yang benar-benar tak diberi kesempatan untuk bahagia bersama.
Bagaikan harus menjalani cerita masing-masing berjauhan. Younghoon dan Hyunjae yang sudah menjalin hubungan selama lima tahun ini harus rela melepas segalanya dengan ikhlas.
Keduanya diselimuti duka. Sebab benar-benar harus mengakhiri semuanya. Hyunjae tidak lagi mau melukai Younghoonnya. Meskipun Younghoon benar-benar tak ingin melepasnya.
“Kiss me... kiss me jae please kiss me...”
Dengan senang hati Hyunjae meraup ranum milik Younghoon. Memberikan ciuman panjang yang lembut. Hanya ada cinta. Hanya ada rasa sayang yang seharusnya bahagia.
Hyunjae memeluk pinggang kecil itu, dan tangan Younghoon mengalung dibahunya. Keduanya menangis dalam ciuman itu. Karena perpisahan adalah mimpi terburuk bagi keduanya yang terpaksa harus jadi kenyataan.
“Tidurlah dalam dekapanku, karena dalam mimpi kita berdua akan terus saling mencinta”
fin